Part 44

24.3K 909 62
                                    

"Mau kemana kamu Angga?"

Angga menghentikan langkahnya, lalu berbalik badan.

"Ke tempat Alex"

Bram berjalan mendekati Angga.

"Ke tempat Alex atau mau ketemu Marisa?"

Papa nya selalu saja ingin ikut campur urusan rumah tangganya. Terlebih saat berita perceraian itu, Papa nya sangat gembira bukan main, ia senang mungkin kalau anaknya itu menderita.

Angga mendengus pelan "Kenapa memangnya kalau aku ketemu Marisa? Aku tahu memang papa gak suka kan sama Marisa? Tapi tolong jangan ikut campur urusan aku, aku cinta sama Marisa pa, jadi biarin aku pertahanin itu"

Bram mengerutkan alisnya "Tahu apa kamu soal cinta?" Bram menatap Angga dengan sangat sengit "Hey, ingat kamu itu masih bocah ingusan"

Degg!!!

Hati Angga begitu tertohok atas ucapan papa nya, bocah ingusan bagaimana? Sekarang ini umurnya sudah menginjak dua puluh empat tahun, bukan umur anak abg lagi tentunya.

Papa nya selalu saja merendahkan Angga seperti itu.

"Jangan ikut campur urusan rumah tangga aku, biar aku yang mengurus semuanya" Angga membalas tatapan sengit papa "Urusin aja simpanan papa yang di luar sana!"

Angga keluar dengan mebanting pintu.

Dirinya saat ini sangat-sangat naik pitam. Bagaimana tak marah, Papa nya sendiri mengatainya seperti itu.

Dulu, papa nya tak seperti itu, ia menyayangi Angga sekali. Bahkan, Marisa pun sudah di anggap anak olehnya tetapi, semenjak papa selingkuh atas sepengetahuan Mama sikapnya mejadi berubah.

Ia merasa dunia nya hancur saat itu, sangat kasihan terhadap Mama nya. Hampir setiap hari Mama dan papa nya bertengkar sampai-sampai Angga tak betah di rumah tetapi, ia tak boleh pergi begitu saja saat papa dan Mama nya bertengkar ia takut terjadi apa-apa pada Mama nya terlebih Papa nya kadang main fisik.

Waktu itu ia sudah megusulkan agar Mama nya bercerai saja dengan Bram tetapi, Mama tetap menpertahan kan perikahan yang sudah terjalin selama dua puluh delapan tahun.

Angga menjadi paham dari hubungan rumit Mama dan Papa nya. Mama tetap menerima Papa dengan senang hati, sedangkan papa ntah masih mencintai Mama seperti dulu atau tidak.

Cinta itu buta, itu yang ia lihat dari pandangan Mamanya.

Perempuan itu selalu terlihat kuat di depan tetapi kalau sudah di suatu ruangan sendiri ia akan menumpahkan keluh kesahnya. Itu yang di lakukan Mama semenjak Papa selinghkuh.

Ia berpikir mungkin itu juga yang di lakukan Marisa, memendam rasa itu bukan hal yang mudah ia paham mengenai itu, ia juga selalu mengutuk dirinya sendiri karena ulahnya Marisa selalu saja menumpahkan air matanya. Ia merasa disini ia sangat jahat,seperti Papa nya dan Marisa seperti Mama.

Memang benar ia menginginkan perceraian Papa dan Mama nya dari pada Mama nya selalu menderita seperti itu.

Mungkin pilihan yang benar yang di pilih Marisa untuk meninggalkannya.

***

"Makan!" Perintah dua orang berbadan kekar kepada Kevin dan Marisa.

Marisa hanya menatap dua orang  berbadan besar itu melangkah pergi meninggalkan mereka di dalam ruangan yang tak layak ini.

"Makan, Sa"

"Aku gak laper"

Kevin sedikit mebungkukan badannya, agar rasa pegal itu hilang dari pungungnya.

Difficult WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang