Semua ingatannya masih berputar saat ia di kafe melihat keduanya sangat bahagia. Angga masih memikirkan itu, apa benar yang ia rasakan sekarang ini namanya cemburu? Terhadap Sonya yang berduaan dengan Kevin.
Ia berdiri dari tempatnya dan mulai keluar dari ruangannya, menyalakam mesin mobilnya lalu berlalu dari kantornya.
Angga sedari tadi menekan bel rumah, tetapi tak ada satu pun yang membukanya. Sudah sekitar setengah jam ia menunggu di depan rumah yang ber cat abu-abu itu. Ia duduk di kursi tepat berada di samping pintu.
Cklek
Suara pintu terbuka lantas ia langsung berdiri menghampiri wanita itu, tatapannya seperti marah.
"Maaf lama, kamu udah lama nunggu?"
Tetapi Angga masih diam tak menjawab ia terus memandang perempuan yang ada di hadapannya sekarang, perasaannya ini tak karuan.
"Ga?" perempuan itu mencolek lengan Angga pelan "Kamu gak papa?"Angga menggeleng "Ada hubungan apa kamu sama photograper itu?"
Sonya membulatkan matanya "Kan aku udah pernah bilang dia cuma t e m e n l a m a" ejanya.
"Kenapa kamu gak terus terang aja sih, gak usah nutupin bangkai lagi!!!!" ucap Angga dingin.
Sonya menghembuskan nafasnya panjang "Aku gak bo.... " Angga langsung menarik lengan Sonya untuk masuk ke dalam rumah tanpa mendengar dahulu perkataan Sonya.
"A-ww, sakit Ga. Lepas" ia menarik tanggan Angga supaya menjauh dari lengannya.
"Aku gak suka kamu bohong, aku gak suka Sonya yang berkhianat"
Air mata Sonya tumpah disana, ia menangis karena perkataan Angga ditambah betapa kasarnya sikap pria yang selama ini lembut padanya.
Angga mulai meraih Sonya lalu memeluknya dalam dada bidangnya "Maafin aku kalau aku udah kasar sama kamu" ia mengecup puncak kepala Sonya.
***
Marisa sangat kaget bukan kepalang, tiba-tiba ada seseorang yang mengirimkannya sebuah video. Ia lantas membukanya dan alangkah terkejutnya Marisa sampai-sampai badannya ingin ambruk. Gilang yang baru saja akan menemui bosnya itu langsung berlari ke arahnya karena dilihatnya dari kejauhan Marisa yang sudah mulai tumbang.
Gilang masih menangkap tubuh Marisa "Kamu kenapa, Sa?" Gilang sudah tahu dari gerak-gerik Marisa sepertinya ini menyangkut Angga tetapi ia tetap menanyakan supaya lebih pasti.
Ia lantas mendudukan Marisa di sofa panjang yang berada di ruangan Marisa. Dengan buru-buru Gilang mengambil air putih ke dapur kantor.
Air mata Marisa mencelos begitu saja turun ke pipi, tatapannya sendu. Apa memang seperti ini lika liku percintaannya? Merasakan terbang setinggi langit lalu di jatuhkan ke dasar bumi paling bawah?Gilang sedikit berlari ke arah Marisa lalu duduk di sampingnya, menyodorkan gelas yang berisi air putih "Minum dulu, Sa" Marisa masih diam, ia seperti orang yang sedang terhanyut dalam pikirannya, tatapannya sendu, air mata jatuh di pipinya lagi, membuat Gilang menghapusnya air mata yang jatuh ke pipi Marisa.
Ia mengguncangkan bahu Marisa agar perempuan itu tersadar "Kamu kenapa? " tanyanya dengan ekspresi khawatir.
Marisa menoleh ke arahnya, air mata itu turun ke pipinya. Dengan cepat Marisa memeluk Gilang sangat erat dan menangis sejadinya dalam dekapan pria itu. Gilang hanya diam saja menerima perlakuan seperti itu, toh dia juga ingin menjadi bahu Marisa saat perempuan itu sedang sedih. Ia membalas pelukan Marisa.
"Kamu boleh sepuasnya nangis, Sa. Keluarin semua perasaan kesal kamu,aku selalu ada buat kamu" benar kata Gilang dirinya selalu ada untuk Marisa, disaat Marisa sedang asik dengan Angga, Gilang tetap ada, disaat Angga entah kemana justru Gilanglah yang selalu ada disampingnya.
Aku bukan seorang yang sempurna, yang bisa menjadi dirinya. Aku hanya lah aku yang masih banyak kekurangannya. Sesekali ku ingin mejadi dirinya yang selalu kau prioritaskan dan selalu kau banggakan. Terkadang meskipu aku sudah memiliki mu seutuhnya tetapi hati mu entah untuk siapa, yang pasti bukan untuk ku.
Air matanya turun membasahi kertas putih yang bertuliskan isi curahan hatinya.
Ia menggigit bibir bawahnya agar suara isakannya tak terdengar, tetapi dengan begitu sama saja ia membuat sesak hatinya.
Suara ketukan pintu menyadarkannya, pasti Angga batinnya.
"Marisa keluar, makan" ucap laki-laki itu tenang.
Tak ada jawaban apa pun dari dalam kamar, Angga membuka pintu kamar Marisa lalu masuk.
Ia mengelus pelan puncak kepala Marisa, lalu meninggalkan gadis yang tertidur itu. Sebenarnya ia tak tidur hanya saja ia pura-pura.
Untuk apa Angga mengelus puncak kepalanya kalau hanya untuk membuatnya terbang terlalu tinggi, hingga ia lupa sayapnya bisa patah kapan saja. Setelah apa yang Angga perbuat di belakangnya, sungguh sekarang ini ia sangat marah, kesal, dan kecewa menjadi satu.
***
"Kamu masih mikirin yang kemarin" ucap Gilang membuat Marisa menoleh ke arahnya.
Marisa menggeleng pelang lalu menghirup nafas dalam-dalam "Aku gak mikirin kok, buat apa mikirin yang gak penting kaya gitu" ucapannya itu sangat berbanding 180 derajat dengan kenyataannya. Buktinya sekarang ia masih melayangkan pikirannya pada video yang menampakan Angga memeluk Sonya dengan begitu erat.
"Jangan pernah sungkan buat berbagi cerita ke aku" Gilang tersenyum dan membuat Marisa mengangguk dan tersenyum balik ke arahnya.
Tingg
Suara pesan masuk datang dari ponsel Marisa, dengan cepat ia membuka pesan itu.
From:Angga
Pulang nanti gue jemput
To:Angga
Aku masih banyak urusan di kantor kamu pulang sendiri aja
From :Angga
Yaudah gue tunggu
Marisa menatap kesal pesan terakhir yang masuk di ponselnya, mengapa lelaki itu sangat-sangat keras kepala.
To:Angga
Pulang!!!! Aku pulang sendiri.
Ia mematikan ponselnya supaya tak ada lagi percakapan di keduanya. Marisa sangat malas kalau sekarang ini harus berurusan dengan Angga. Yang ada Marisa malah menangis lagi karena tak kuasa menahan kecewanya pada pria itu.
Haruskan kodrat perempuan seperti ini? Hanya bisa memiliki sesorang yang ia cintai saat seseorang itu juga cinta padanya. Terlebih perempuan harus menyembunyikan perasaannya.
Mungkin part ini terlalu singat hmmm.
Sesingkat pikiran author sekarang ini :"))
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Wedding
RomanceUntuk apa kau menerima tawaran di jodohkan kalau kau sama sekali tak mencintaiku?... -Marisa anjani Apa untuk membuatku hancur karena kesalahan dimasa lalu yang sama sekali tak kulakukan? Apa kau senan...