Angga menatap khawatir perempuan yang ada di hadapannya,wajahnya yang pucat pasi itu yang membuat Angga menjadi tambah khawtir pada dirinya.
"Lo gak usah ngantor dulu,di rumah aja istirahat"
Marisa menggeleng,masih mengunyah roti di mulutnya "Aku mau ngantor, banyak kerjaan yang harus aku kerjain"
"Gak,pokonya lo har....." ucapannya terpotong saat jari telunjuk Marisa berada di depan bibir Angga dan tangan satunya mengelus tangan Angga. Jantungnya bekerja sangat cepat sekarang,padahal Marisa hanya mengusap tangan Angga tetapi jantungnya berasa inging lepas.
Angga hanya melongo melihat itu "Aku harus masuk,Ga. Please" ia mengeluarkan puppy eyes nya dan itu membuat Angga mengangguk mengiyakan permintaan istrinya.
Marisa masih menatap mobil Angga yang berjalan meninggalkan area kantornya sebelum mobilnya itu berbelok. Angga juga hanya melihat Marisa lewat kaca spion mobilnya,tatapanya nanar seolah tak tega kalau Marisa harus merasa lelah karena bekerja di saat badannya kurang enak seperti ini. Ingin rasanya Angga sekantor dengan Marisa,ingin memastikan bahwa perempuan itu baik-baik saja.
Marisa berjalan menuju pintu akses dan mengeluarkan kartu aksesnya dari tasnya,belum sempat ia menempelkan kartu itu tetapi sudah ada Gilang yang memanggil namanya dan itu membuat Marisa menoleh.
Marisa lalu menempelkan kartu akses itu,dan langsung pintu terbuka. Ia berjalan diikuti Gilang di belakangnya.
"Sa"
Marisa berhenti berjalan dan menoleh "Hmm"
Gilang terus saja memperhatikan wajah gadis impiannya itu. Gadis itu pucat.
"Kamu sakit?"
"Pusing doang kok nanti juga sembuh" ia melangkahkan kakinya lagi diikuti Gilang yang berjalan sejajar dengannya.
"Suami macam apa Angga itu,masa istrinya sakit malah dibiarin ngantor"
Mendengar itu Marisa menatap sinis ke arah Gilang dan membuang nafasnya kasar "Dia udah nyuruh aku buat gak masuk,tapi aku tetep ngeyel"
Gilang hanya ber oh saja mendengar ucapan Marisa.
"Jadi jangan nilai orang dari luar,kamu gak tahu dia yang paling khawatir sama aku" Gilang hanya diam seribu bahasa mendengar itu.
Jam menunjukan pukul setengah satu Gilang beranjak dari sofa dan menatap ke arah Marisa yang sedang fokus pada layar laptopnya. Ia sedang berada di ruangan Marisa saat ini.
"Sekarang,Sa" Marisa mengangguk dan menutup laptopnya dan berdiri berjalan berampingan bersama Gilang.
Marisa tersenyum melihat orang-orang di hadapannya "Selamat siang semua" orang-orang itu tersenyum dan membalas perkataan Marisa dengan perkataan yang sama.
"Kali ini,kita akan tahu siapa yang akan menggantikan posisi pak Anton menjadi direktur keuangan,memang saya sendiri juga belum mengetahuinya. Saya mempercayai pak Toni selaku senior dan kepercayaan papa saya disini untuk memilih orang yang terpercaya dan lebih baik kinerja kerjanya dari pak Anton sebelumnya." Pak Toni tersenyum ke arah Marisa dan tersenyum balik.
"Kalau begitu,bisa kita mengetahuinya sekarang pak?"
Pak Toni mengangguk "Bisa,Bu. Saya panggilkan dahulu."
Toni masuk ke dalam ruangan itu lagi diikuti perempuan yang berjalan di belakangnya dan menjadi pusat perhatian karyawan yang lain. Memakai rok hitam selutut dengan kemeja putih panjang,ditambah blazer hitam yang melengkapai keanggunannya.
Marisa dan Gilang saling bertukar pandang,keduanya terkejut mengetahui siapa yang akan mejadi direktur keuangannya nanti.
Marisa tersenyum sedangkan Gilang mengalihkan pandangannya.
"Marisa?" Perempuan itu memanggil namanya. Marisa mengangguk.
"Nanti kita bicarakan lagi" ucapnya berbisik pada perempuan yang disebelahnya.
"Sekarang anda bisa memperkenalkan diri anda"
"Perkenalkan nama saya Mika armatadea,umur saya dua puluh empat tahun,saya lulusan dari University College London" orang-orang di dalam ruangan itu bertepuk tangan bangga kecuali Gilang yang sedari tadi mengenyahkan pandangannya. Semua bangga atas Mika yang lulusan luar negeri masih berusia muda.
Marisa berjalan sembari berbincang-bincang dengan Mika,ia melihat jam tangannya pukul setengah enam sore. Mereka duduk di kursi depan ruang resepsionis,Marisa menunggu Angga menjemputnya sedangkan Mika menunggu supirnya.
Gilang berjalan di hadapan Marisa tanpa menengok sedikit pun kearah mereka berdua tak seperti biasanya seperti itu. Aneh batin Marisa.
Suara klakson membuat keduanya menghentikan percakapannya dan beralih menatap mobil hitam yang ada di depan kantornya. Marisa berpamit duluan pada Mika dan diikuti anggukan perempuan itu.
Marisa membuka pintu mobil,dengan cepat ia duduk dan menutupnya. Sedangkan Angga masih melihat orang yang duduk bersama Marisa tadi.
"Itu Mika?" Tanyanya mencoba memastikan tanpa menoleh ke arah Marisa
Marisa mengangguk "Iya,dia yang jadi direktur keuangan di kantor aku"
"Jadi..."ucapannya terpotong saat ia menoleh ke arah istrinya itu. Dilihatnya wajah Marisa yang semakin puat lebih pucat dari tadi pagi.
"Lo masih sakit?"
"Engga kok,aku udah baikan"
Angga menempelkan punggung tangannya ke kening Marisa,dan berjingkat kaget.
"Baikan apanya,ini badannya panas"
Menghembuskan nafasnya kasar "Kalo gue bilang gak usah ngantor dulu gak usah,kan jadi lo makin sakit gini" bisa terlihat dari wajah Angga kalau dia memang sangat khawatir pada Marisa.***
Angga masuk ke dalam kamar Marisa dengan membawa bubur ayam di tangannya dan wadah berisikan air hangat disana.
Marisa yang semula sedang berbaring itu langsung duduk di ranjangnya saat Angga masuk ke kamarnya. Dan Angga duduk di tepi ranjang. Ia menaruh wadah berisikan air hangat itu di atas meja. Dan mengambil bubur.
"Makan dulu" ia memberi mangkok itu pada Marisa. Tetapi Marisa menggeleng.
"Aku gak laper"
"Tapi kan lo lagi sakit" Marisa tetap menggeleng "Pokoknya harus makan" Angga menyodorkan sendok ke arah mulut Marisa tapi Marisa malah menutup mulutnya dengan tangan.
"Lo ngeyel banget sih,di bilang suruh makan ya makan. Gak mau kan gue marah?" bentak Angga.
Marisa menunduk mendapatkan bentakan suaminya, Angga yang merasa bersalah karena membentak Marisa menangukup wajah Marisa,mengangkat dagu perempuan itu agar menatap ke arahnya.
"Gue gak mau lo sakit,jadi makan ya" nadanya halus sekarang. Marisa mengangguk dan menerima suapan dari suaminya.
Dilihatnya mangkuk yang sudah habis itu,ia menaruh di atas meja dan menuangkan air di gelas lalu memberikannya pada Marisa. Setelah dirasa sudah cukup ia memberikan kembali gelas itu pada Angga.
"Udah sekarang lo baringan"
Marisa mengangguk lalu berbaring di kasurnya. Angga memasukkan kain ke dalam air hangat tadi lalu memerasnya dan menempelkannya di kening Marisa.
Angga bangkit dari tempatnya tetapi tanggannya di cegah oleh Marisa,sehingga membuat pria berbaju hitam itu menoleh.
"Kenapa?""Makasih,Ga" ia tersenyum manis ke arah suaminya,bisa-bisa Angga meleleh dengan senyuman maut itu.
Angga mengangguk dan tersenyum kembali. Lalu mengambil mangkuk kosong dan wadah berisikan air hangat tadi,berjalan berlalu dari kamar Marisa.
Uhuyy mas angga dan mbak marisa dateng lagi nih.
Kenapa sih mas angga kamu itu gak pekaan banget, udah tau dedek marisa always cinta kamu.
Ewww.....
tenggelamkan author di rawa-rawa.
Vote and coment para reader 😃💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Wedding
RomanceUntuk apa kau menerima tawaran di jodohkan kalau kau sama sekali tak mencintaiku?... -Marisa anjani Apa untuk membuatku hancur karena kesalahan dimasa lalu yang sama sekali tak kulakukan? Apa kau senan...