Part 41

21.3K 821 35
                                    

Marisa tersentak saat sebuah tangan menepuk-nepuk bahunya, ia mengerjapkan matanya lalu menguceknya. Sebenarnya ia baru saja tertidur setengah jam yang lalu dengan posisi yang terduduk.

"Makan dulu yuk"

Marisa menutup mulutnya saat ia sedang menguap "Aku gak laper, Ma"

Erly menatap Marisa dengan cemas "Tapi dari kemarin kamu belum makan sayang, nanti kamu sakit"

"Aku lagi gak nafsu ma"

"Yaudah, kalau kamu gak makan mama juga gak akan makan"

"Yaudah ayo, aku juga makan"

Erly tersenyum manis melihat itu, ia tetap menyayangi Marisa seperti anaknya sendiri meskipun, nantinya setelah Angga sadar lalu menandatangani surat perceraian itu Marisa bukan lagi menantunya tetapi rasa sayangnya terhadap Marisa tak akan pernah pudar, sama seperti ibu kandungnya sendiri.

"Alex mau makan?" Tanya Marisa ke Alex di sebelahnya.

Alex mengangguk.

"Yaudah ayo"

Akhirnya ketiganya berjalan ke arah kantin rumah sakit, ya hanya bertiga Mama dan papanya harus pulang ke rumah tak bisa menunggu terlalu lama dikarenakan papa nya tak bisa terlalu lelah.

***

Marisa, Alex, dan Erly berjalan di lorong rumah sakit ingin menuju ruangan Angga karena ketiganya sehabis makan.

Dari jauh Marisa bisa melihat wanita dengan laki-laki berada di depan ruangan Angga. Marisa menyipitkan matanya, menerawang.

Saat ia sudah di depan ruangan Angga ia menyadarai kalau itu Papa mertuanya dan Sonya.

Dengan sopan ia membungkuk sambil tangannya ingin menyalami tetapi Papanya malah membuang muka dan berjalan duduk ke kursi.

Melihat itu hati Marisa seperti tersayat, bayangkan saja saat kalian ingin menjabat tangan orang tua malah ia tak acuh seperti itu.

"Bagaimana Angga?"

"Belum ada perkembangan" ucap Erly.

"Semua salah aku,Pa. Maaf"

Bram tetap memandang lurus ke arah depan tak menengok sekali pun ke lawan bicaranya.

"Semua salah kamu. Benar"

Marisa diam.

"Karena anda anak saya menjadi seperti ini, memang seharusnya perjodohan ini tak terjadi. Kalau bukan karena Erly yang keukeh ingin menjodohkan kalian saya tak akan merestui."

Tapi syukurlah, setelah Angga sadar nanti kalian resmi bercerai setelah menandatangani surat itu"

Ya Marisa memang menginginkan perceraian itu terjadi, ia ingin Angga bahagia dengan orang yang bisa membuatnya bahagia tetapi, mendengar ucapan Bram yang begitu sangat menyinggung membuat relung hatinya sakit.

"Aku udah memutuskan itu, maaf kalau aku juga selama ini udah ngerepotin Angga"

Bram mendengus pelan "Saya paling tidak suka orang yang selalu merepotkan, bagi saya orang seperti itu hanyalah sampah."

Nyessss

Ucapannya ini sekarang memang sudah jauh menyindir Marisa, perkataannya membuat Marisa sakit hati.

Ia menoleh ke arah samping di mana Erly berada, ia menatap cemas ke arah Marisa, ia juga sadar perkataan suaminya tadi tak seharusnya diucapkan.

"Yaudah aku pulang dulu,Ma. Nanti aku balik kesini lagi"

Difficult WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang