Angga berjalan cepat menuju dalam kafe. Amarahnya sudah tak bisa di tahan lagi.
Ia sedikit berlari ke arah meja dimana Papanya berada kemudian meggebrak keras meja itu hingga membuat pengujung lainnya menoleh.
Angga mencengkal kerah baju Papanya. Ia benar-benar marah saat ini.
"Ternyata anda tidak berubah sama sekali. Masih senang bermain perempuan seperti ini." Angga semakin mengeratkan cekalannya. "Apa gak pernah mikir kalau di rumah Mama selalu nunggu anda pulang? Dan ternyata apa ini." Angga mendengus keras "Bersama perempuan lain."
Angga memang seperti itu sekarang, selalu saja jika orang itu sudah keterlewatan batas ia akan meggunakan bahasa 'Anda-Saya'. Dulu juga ia pernah seperti ini pada saat Papanya melakukan penghianatan ini pertama kali.
Papa hanya diam saja medengar ucapan Angga. Ia tak tahu harus mengatakan apa lagi.
"Kalau memang anda lebih memilih perempuan ini. TINGGAL KAN MAMA!!" Angga ingin melayangkan satu tinjuan kepada papanya tetapi tangannya di cekal.
Ia menoleh ke samping. "Ga udah, Ga."
"Dia tuh gak bisa di omongin pake kata-kata,Lex!"
Alex memutar badan Angga hingga menghadap ke arah Alex tunjukan. Angga mendengus pelan kemudian meghempaskan tubuh Papanya ke kursi.
Ia berjalan ke arah Marisa yang sudah ketakutan karena suara Angga yang tinggi.
"Ayo" Angga menarik tangan Marisa agar mengikutinya.
Di dalam mobil Angga tetap melirik Marisa yang daritadi hanya diam sesekali melirik juga ke arahnya.
"Maaf." Ucap Angga.
Marisa menoleh kemudian menghadapkan badannya ke arah Angga.
"Kok kamu yang minta maaf. Harusnya aku, aku gak ada di saat kamu ngebentak-bentak Papa tapi malah aku datang terlambat dan gak bisa meredakan emosi kamu. Seharusnya kamu gak lakuin itu, Ga. Papa itu tetap Papa kam--"
"Dia bukan Papa aku!"
"Apa Mama akan senang ngeliat sikap kamu kaya gini ke Papa?"
"Ya tapi aku ngelakuin ini semua buat Mama. Aku gak mau Mama terus-terusan sedih karena dia"
Marisa mendongak menatap Angga. "Iya. Apa Mama senang kalo kamu berbuat gak layak seperti ini sama papa kamu sendiri?"
Angga menunduk "Iya aku tahu aku salah. Maaf"
Marisa menarik dagu Angga pelan agar pria itu menatap ke arahnya. Marisa menggeleng. "Aku akan selalu ada di samping kamu sampai titik tersulit pun."
"Makasih,Sa." Angga memeluk Marisa dan beralih mencium puncuk kepala perempuan itu.
Ia beruntung amat sangat beruntung memiliki Marisa saat ini, dan sampai kapan pun.
"Ekhmmm. Tolong jangan lupain gue!"
Marisa dan Angga menoleh ke jok belakang yang di dapatinya Alex disana.
"Ganggu suasana emang lo!" Angga melepaskan pelukannya dan menjalankan mobilnya kembali.
***
Angga dan Marisa sedang berada di luar rumah Erly, mereka terus memencet bel tetapi tak ada yang membuka pintu sama sekali.Angga membuka pintu dan ternyata tak di kunci. Ia masuk ke dalam sambil menggenggam erat tangan Marisa.
"Maaa." Panggil Angga memastikan kalau Mamanya ada di rumah.
Ia menaiki tangga ingin ke kamar Mamanya, siapa tahu saja Mamanya berada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Wedding
RomanceUntuk apa kau menerima tawaran di jodohkan kalau kau sama sekali tak mencintaiku?... -Marisa anjani Apa untuk membuatku hancur karena kesalahan dimasa lalu yang sama sekali tak kulakukan? Apa kau senan...