"Katanya lo mau nyelidikin Wisnu, tapi lo malah nyari cowok baru selama tiga hari di apartment mewah itu."
Luna hampir menyemburkan jus alpukat yang dia minum mendengar ucapan Siska yang baru saja datang menghampirinya di kantin. Luna selesai kelas lebih dahulu dari ketiga temannya dan dia bahkan sudah menghabiskan nasi goreng pesanannya saat Siska dan Ayu datang bersamaan.
Siska dan Ayu menarik kursi, mengapit Luna yang menatap keduanya dengan mata memicing. "Nyari cowok baru apa? Gue benar-benar selidikin Wisnu di sana. Lo pada gak tahu, kan, seberapa banyak masalah yang gue harus hadapin karena si Wisnu?"
Siska mengerucutkan bibir. "Tapi ujung-ujungnya, lo tetap dapet cowok baru yang kayaknya lebih tajir dari Wisnu. Cepet banget lo move on-nya, Lun."
Luna menatap kedua sahabatnya itu dengan heran. "Apaan, sih? Gue gak paham. Cowok baru dari mana? Perasaan gue gak deket sama cowok manapun. Ya, kali, secepat itu gue ngelupain Wisnu dan berpaling ke cowok lain saat alasan gue sama Wisnu putus aja masih gue cari tahu sendiri."
"Nyokap lo yang bilang."
Mata Luna memicing ketika Ayu memperlihatkan percakapan singkat dia dan sebuah kontak yang dinamainya Mama Luna. Luna membaca perlahan sebelum melotot mendapati satu pesan yang membuatnya terkejut setengah mati.
Isi pesannya adalah: Luna udah move on, Yu. Alhamdulillah. Semalam tante lihat dia pulang dini hari diantar sama cowok pake mobil sedan masih kinclong gitu.
Luna berdecak. Bisa-bisanya ibu kandung Luna sendiri menjadikan anaknya sebagai bahan gosip dan ini bukan kali pertama.
Ibunya Luna itu termasuk ibu-ibu gaul yang punya lebih banyak akun sosial media daripada Luna sendiri. Bahkan hampir tiap hari selalu ada update-an dari sang Ibu di akun sosialnya dan sejujurnya, Luna capek menasehati sang Ibu untuk ingat umur dan berhenti dengan kegiatannya di sosial media, tapi Luna selalu kalah telak dengan argumen sang Ibu.
Intinya, Luna tak bisa melawan kehendak mutlak sang Ibu dan Luna tak punya hak untuk berkomentar. Titik.
"Eh, kok, bengong? Jadi, bener lo kemarin pulang dini hari sama cowok baru lo?" Ayu mencoba mengklarifikasi semuanya kepada Luna langsung.
Luna menghela napas. "Lo tahu sendiri nyokap gue gimana, Yu. Lo tahu sendiri seberapa sering dia jadiin anaknya sendiri sebagai bahan gosip sama tetangga-tetangga sekitar."
Ayu mengangguk, begitupun Siska sambil menunggu Luna melanjutkan penjelasannya.
"Gue emang balik dini hari gara-gara patah hati dan keterusan jalan sampai lo tahu depan rumah sakit Budi Asih, kan?" Lagi, Ayu dan Siska mengangguk menjawab pertanyaan Luna.
Luna melanjutkan, "Nah, kebetulan itu udah malam banget dan gue ketemu temennya Wisnu. Dia berbaik hati mau nganter gue balik, ya, mana mungkin gue tolak. Udah malem dan gue takut naik angkot kalo penumpangnya gue doang."
"Jadi, maksudnya lo pedekate sama temennya Wisnu sekarang? Ya, Tuhan, Lun. Lo nyari gara-gara namanya!"
Komentar Siska tiba-tiba membuat Luna ingin menjedotkan kepala ke meja saat ini juga. Ayu juga ingin melakukan hal yang sama dengan Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumerang
General FictionLuna baru benar-benar menjalin hubungan serius bersama Wisnu meskipun, Wisnu tak jarang membuat Luna naik darah. Di saat hubungan mereka hendak meningkat ke jenjang yang lebih tinggi, sesuatu terjadi dan terpaksa membuat mereka saling menahan keingi...