38 - Menghibur

375 73 16
                                    

Benar saja, apa yang Davi khawatirkan benar-benar terjadi. Wartawan yang semalam mengabadikan gambarnya bersama Nara, menyebarluaskan gambar itu dan sejujurnya, Davi merasa sangat bersyukur karena wajahnya dan Nara tak begitu kentara jelas dalam gambar itu. Tapi tetap saja, gara-gara gambar itu, Davi harus mendapat banyak pertanyaan di kolom komentar mengenai siapa cewek yang bersamanya itu.

Bukan hanya itu, sekarang Davi harus menghadap manajemen agensinya untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi mengingat pacaran adalah sesuatu yang dilarang dan terdapat dalam perjanjian antara Davi dan agensinya.

"Jadi, jelaskan mengenai gambar ini, Davino. Sejelas-jelasnya sehingga, kita bisa tahu langkah apa yang harus diambil untuk mengalihkan gosip-gosip ini."

Bahkan, hanya masalah foto, presiden direktur agensi Davi yang menginterogasi Davi secara langsung, ditemani direksi lain. Davi hanya ditemani oleh Kak Tika yang juga bingung harus berkata apa. Davi tak bercerita apapun saat Kak Tika mendapat panggilan agensi tadi pagi.

Kak Atika menatap Davi cemas, Davi mengangkat wajah dan memberanikan diri menatap presiden direktur tersebut. Dengan tegas, Davi mulai bicara.

"Saya dekat dengan dia. Kami sering makan malam bareng dan mungkin, kemarin kami sedang dalam nasib buruk sampai ketahuan wartawan."

"Siapa nama cewek itu?"

Davi menggeleng. "Dia gak ada hubungan sama sekali dengan pekerjaan ini."

Si presiden direktur menghela napas dan mengangguk. "Baiklah. Davino, kamu tahu sendiri jika kamu sudah menandatangani sebuah kontrak kerjasama di mana terdapat pasal mengenai larangan menjalin hubungan romansa dengan siapapun, kan?"

Davi mengangguk dan menunduk. "Saya tahu."

"Kamu salah satu tulang punggung agensi ini. Dari semua selebriti yang bernaung di sini, kamu adalah yang paling populer dan memiliki kelas teratas meskipun, baru beberapa tahun sejak kamu debut sebagai selebriti." Si presiden direktur membuka map yang berisikan kontrak kerjasama Davi dengan agensinya, selama lima tahun sebelum lanjut berkata, "Saya tahu, pasal ini memang buruk, tapi pasal ini ada semata-mata untuk menjaga kestabilan sukses kamu sebagai selebriti."

Davi diam, masih sambil menundukkan kepala.

"Saya gak akan memperbesar masalah ini. Tapi saya harap kamu lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Ingat jika kamu seorang selebriti dan gerak-gerik kamu akan selalu menjadi pusat perhatian."

Davi mengangguk.

Presiden direktur beralih menatap Kak Atika dengan satu helaan napas. "Kamu juga, Tika. Bukannya saya sudah peringatkan untuk menjaga selebriti kamu sebaik-baiknya? Termasuk mengingatkan dia untuk menjauh dari semua gosip-gosip buruk yang mungkin akan terus menimpa dia?"

Kak Atika mengangguk kecil. "Maaf, Pak. Saya jamin, ini yang terakhir."

"Kalian bisa ke luar sekarang. Terima kasih atas waktunya."

Setelah itu, Davi dan Kak Atika melangkah meninggalkan ruangan presiden direktur. Keduanya melangkah ke luar dari gedung dan Kak Atika tahu mood Davino sedang sangat buruk dari bagaimana dia tak merespon bahkan, melirik orang-orang yang menyapanya sepanjang jalan. Sama sekalipun tidak.

"Davi,"

"Jangan ajak aku ngobrol, Kak. Aku butuh waktu buat berpikir." Davi memotong sebelum sempat Kak Atika menanyakan mengenai apa yang sedang cowok itu pikirkan.

Davi segera memasuki mobil dan meminta Roy melajukan mobil menjauh, tanpa mengucapkan apa-apa lagi.

☢☢☢

BumerangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang