32 - Ambruk

502 76 59
                                    

Laluna Emalia Putri menatap cowok tampan di hadapannya yang tengah asyik menyantap menu makan siangnya, soto Bogor. Wisnu Audri Prasetya jelas berubah selama beberapa hari belakangan. Yang Luna ketahui, sejak tiga hari lalu, Wisnu susah mendapat pekerjaan sebagai seorang programmer di sebuah perusahaan swasta di daerah Karet.

Wisnu yang dulu berambut selalu berantakan dan berpenampilan sangat apa adanya, kini terlihat lebih rapih dengan kemeja dan celana yang dia kenakan hari ini. Wajahnya juga terlihat lebih segar, tidak ada lingkaran hitam di sekeliling matanya.

Tak tahu bagaimana, tapi pukul sebelas siang tadi, Wisnu tiba-tiba muncul di depan rumah Luna dan mengajak Luna untuk makan siang. Luna berusaha menghargai kedatangan Wisnu dengan mengiyakan ajakan cowok itu meskipun, Luna masih sedikit gondok dengan tuduhan Wisnu atas dirinya yang selingkuh dengan Davi.

"Kakek kamu masih di rumah sakit?"

Luna tersentak ketika Wisnu bertanya, berhenti makan. Wisnu menyingkirkan piring berisikan siomaynya ke sisi kanan dan melipat tangan di atas meja, matanya tak teralih dari sosok cewek berambut panjang lurus yang memang sudah sejak lama merebut seluruh perhatiannya.

Anggukkan kepala adalah jawaban Luna, cewek itu lanjut memakan siomaynya ketika Wisnu sibuk mengabadikan setiap pergerakan cewek itu.

Jujur, Wisnu sangat merindukan Luna dan tak tahu apa yang harus dia lakukan untuk mendapatkan Luna kembali. Luna memang tak menjauhinya, tak memusuhinya. Luna masih bisa dia kirimi pesan, ajak bertemu dan ajak bicara. Tapi Wisnu tahu perhatian dan fokus Luna tak lagi tertuju padanya. Perhatian dan fokus itu sudah berpindah kepada cowok lain, yang secara tak sadar sering sekali dia sebutkan.

Wisnu benci hal itu. Wisnu benci karena Luna terlihat sudah mulai menyukai seorang Davino Alaric Syahm yang notabene sudah Wisnu anggap sebagai adiknya sendiri.

"Pernah ketemu Nara lagi di rumah sakit?"

Pertanyaan Wisnu kali ini membuat Luna menghentikan makannya sambil menghela napas. Luna menatap lekat iris indah Wisnu. Wisnu jelas menatapnya balik penuh harap.

Keep it just for you. Semua tentang Nara. Gak usah lo share ke siapapun.

Suara Davi terngiang begitu saja di pikiran Luna, membuat cewek itu memejamkan mata sambil menggeleng. Gue gak mau terlibat sama hubungan Wisnu, Davi dan Nara.

"Luna?"

Luna membuka mata mendengar Wisnu yang memanggil namanya tersebut. Luna tersenyum ragu serata meraih botol minumnya dan menegak hampir setengah isi botol minuman tersebut sebelum menatap Wisnu kembali dan menggeleng.

"Gak pernah ketemu lagi. Gak begitu hafal mukanya juga."

Bohong. Memang Luna berbohong. Faktanya, Luna seringkali bertemu dengan Nara bahkan, mendesak Nara agar mau bicara lagi dengannya kemarin malam.

Luna memang tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi mengingat bagaimana ekspresi Nara saat melihat Wisnu, bagaimana ekspresi Nara saat Luna bertanya tentang Wisnu dan Davi. Seperti...ketakutan dan Luna yakin, itu beralasan.

"Oh, gitu?"

Luna mengangguk menjawab pertanyaan Wisnu lalu, berpura-pura fokus pada minumannya. Wisnu menatap Luna lekat sebelum senyuman manis muncul di bibirnya. Cowok itu bertopang dagu dan membuat beberapa cewek yang sedari tadi memperhatikannya menahan napas.

"Luna, aku kenal kamu sejak lama. Kamu kelihatan banget kalo lagi bohong."

Pernyataan Wisnu membuat Luna mengangkat wajah menatap Wisnu. Satu tangan Wisnu bergerak, menyentuh tangan Luna dan menggenggamnya. "Kamu kenal aku udah hampir empat tahun. Kamu percaya sama aku, kan?"

BumerangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang