Kenyataan bahwa Luna mengenal Wisnu, cukup mengecewakan hati Nara. Obrolannya tempo hari bersama Luna sangat mengasyikkan dan nyatanya, Luna memiliki banyak kesamaan dengan dirinya, termasuk adiktif terhadap sesuatu. Jika Nara adiktif pada Spongebob, maka Luna adiktif pada Hello Kity meskipun, casing ponselnya Spongebob. Tapi Luna bercerita jika casing ponselnya yang Hello Kity belum juga sampai padahal, sudah hampir dua bulan Luna memesannya.
Luna juga sama seperti Nara, tipikal cewek pemakan segala yang tidak dapat berhenti mengemil, tapi bentuk tubuh sama sekali tak mengalami perubahan. Ah, keduanya juga sama-sama suka Hoka-hoka Bento, menu apapun yang ada di sana dan mereka berjanji akan pergi ke Hokben bersama, suatu hari nanti.
Keduanya juga sama-sama anak tunggal dan menyukai anak-anak dengan alasan mereka tidak mempunyai adik untuk dibanggakan. Keduanya sama-sama pecinta drama Korea, bahkan Luna cukup terkejut saat tahu Nara juga kecewa atas alur cerita film Real yang diperankan oleh Kim Soohyun dan Sulli, yang kelewat tak jelas.
Intinya, jika saja Luna tak mengenal Wisnu atau paling tidak, jika saja Nara tak memergoki Luna dan Wisnu, mungkin saat ini Nara mempunyai sahabat wanita baru yang kali ini satu jalan pikiran dengannya.
Nara tak pernah membenci Wisnu, sedikit pun tidak. Tapi Nara benci menerima kenyataan jika Wisnu berhubungan dekat dengan keluarga Syahm, terlebih lagi Davi dan Lutfi. Tak perlu tahu alasannya, yang jelas Nara tak mau berhubungan dengan keluarga Syahm lagi. Hanya itu.
"Nara."
Nara menyelesaikan suapan terakhir sebelum menoleh. Napas cewek itu tercekat menyadari siapa yang berdiri di belakangnya saat ini. Padahal, Nara sudah yakin tempat ini sangat terpencil di rumah sakit dan hanya dia serta beberapa perawat yang dapat menghabiskan waktu di ruangan ini. Bukan gudang, hanya sebuah ruangan kosong yang berisikan satu meja dan satu kursi.
Kotak makanan yang Nara pegang jatuh begitu saja, tangan cewek itu bergemetar melihat seorang Wisnu Audri Prasetya berada di dekat pintu. Wisnu tersenyum kepada Nara lalu, menutup rapat pintu di belakangnya sebelum melangkah mendekat.
"Gak usah kaget gitu lihat gue-nya." Wisnu berujar santai, memperhatikan Nara dengan teliti dan berkomentar, "Kesampaian juga lo jadi dokter. Gue sama Davi aja gak kesampaian jadi apa yang kita cita-citain dulu."
"L−lo ngapain di−di sini?" Nara bertanya, bangkit berdiri dan melangkah mundur hingga tubuhnya tertabrak pada dinding.
Wisnu tersenyum tipis. "Nara, gue gak jahat. Lo kenapa kelihatan takut kayak gitu, sih? Emang gue pernah ngapa-ngapain lo? Enggak, kan?" Wisnu melangkah mendekat, menarik kursi yang tadi Nara duduki dan duduk di sana, melipat kaki.
Nara berdiri dengan tubuh bergetar, dia benar-benar ketakutan dan cemas berlebih sekarang. Apa yang akan Wisnu lakukan?
"Gue mau nanya sama lo. Lo sama Davi masih pacaran gak, sih? Udah berapa tahun kalian gak ketemu? Davi masih anggap lo pacarnya, tuh. Lo masih anggap dia pacar lo gak?" Wisnu bertanya cepat dan Nara diam, menundukkan kepala. Apa yang harus Nara jawab?
Melihat Nara yang masih tak berkutik, Wisnu tersenyum mengejek. "Kalo masih pacaran, lo bilangin pacar lo, dong, buat berhenti tebar pesona. Cewek gue berpaling ke dia. Lo inget cewek yang kemaren lo lihat sama gue, kan? Itu Luna, namanya. Dia cewek−ah, mantan maksudnya−gue yang direbut sama Davi."
Nara memejamkan mata, masih sambil menundukkan kepala.
"By the way, lo gak banyak berubah juga, ya, Nara. Masih tetap cantik, kayak dulu. Lebih cantik, malahan."
"Lo mau apa?" Nara mengangkat wajah untuk pertama kali, menatap tajam Wisnu yang tengah tersenyum puas karena dia berhasil membawa sisi lama Nara kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumerang
General FictionLuna baru benar-benar menjalin hubungan serius bersama Wisnu meskipun, Wisnu tak jarang membuat Luna naik darah. Di saat hubungan mereka hendak meningkat ke jenjang yang lebih tinggi, sesuatu terjadi dan terpaksa membuat mereka saling menahan keingi...