Sinar mentari pagi membangunkan Nara dari tidur lelapnya. Cewek itu membuka mata sekilas, mengumpulkan nyawa sebelum beranjak dari posisi berbaringnya. Nara merenggangkan otot-otot tubuhnya sebelum benar-benar membuka mata. Beberapa detik berlalu begitu saja sampai Nara mengangkat satu alis mendapati seorang pemuda tampan yang tampak tengah tertidur pulas dengan posisi duduk di sofa tak jauh dari ranjang tempat Nara berada.
Gimana gue gak bersyukur punya lo, Dav?
Satu dua menit berlalu dan Nara tak melakukan apapun kecuali menatapi wajah damai Davi hingga cowok itu menggeliat kecil sebelum membuka mata. Davi mengumpulkan nyawa terlebih dahulu lalu, tersenyum ketika matanya menangkap sosok Nara yang sudah terbangun.
"Selamat pagi, Gendut."
Bibir Nara mengerucut mendengar sapaan pagi Davi yang sekarang terkekeh geli. Nara mendengus. "Gue gak gendut! Cuma kelewat bahagia aja!"
"Masa?"
Nara memutar bola mata. "Masih pagi, Davino. Jangan mulai. Gue masih ngantuk banget, untung aja hari ini libur." Nara merentangkan tangan sambil menguap, menyambut pagi dengan mengantuk lagi.
Davi beranjak dari sofa dan tiba-tiba saja bergabung dengan Nara di atas ranjang, menyembunyikan sebagian tubuhnya di selimut yang menutupi tubuh Nara. Davi mengeratkan pegangannya pada selimut tersebut dan menyandarkan kepala pada bahu Nara.
"Gue juga masih ngantuk banget. Gak nyaman tidur di sofa." Davi mendusel manja di tengkuk leher Nara.
Nara tak memprotes sama sekali atas tingkah manja Davi. "Siapa yang suruh tidur di sofa? Kenapa gak di ranjang aja?"
"Takut khilaf."
Jawaban singkat nan receh Davi membuat Nara tertawa keras dan Davi tak bisa menyembunyikan senyum kebahagiaan di bibirnya. Cowok itu memejamkan mata dan mendusel manja lagi saat satu tangan Nara mengelus puncak kepala.
Dengan nada yang dibuat-buat, Nara berkata, "Duh, kasihan anak Mama. Pasti pegel badannya, ya, tidur di sofa?"
Davi mengerucutkan bibir. "Tanggung jawab lo. Pijitin gue sampai pegelnya hilang."
"Injek-injek aja boleh?"
"Jahat!"
Setidaknya, pagi hari ini terasa sangat tidak nyata untuk seorang Davino Alaric Syahm karena Nara ada di sisinya. Davi merasa sangat bahagia pagi ini.
"Dav, Wisnu mana?"
Pertanyaan cemas Nara itu membuat Davi tersenyum tipis, tanpa membuka mata dan memindahkan kepalanya dari bahu Nara. "Wisnu gak tahu ke mana. Kayaknya dia udah gak mau tinggal sama gue lagi. Sejak kerja, dia belum balik lagi ke sini. Tapi barang-barangnya masih ada."
Nara tiba-tiba bergerak, membuat Davi mengangkat kepalanya saat Nara hendak turun dari ranjang. Davi menahan lengan cewek itu. "Lo mau ke mana? Mau pergi? Takut ada Wisnu?" Nara tak menjawab, tapi Davi tahu apa jawaban Nara.
Davi menarik napas, menarik kembali Nara supaya bertahan di ranjang. Davi memeluk tubuh Nara, erat sambil berkata penuh penekanan, "Gue bakal mastiin lo baik-baik aja. Gue jamin lo aman di sini. Gue jamin Wisnu gak akan ganggu lo lagi, termasuk yang lain-lain. Lo aman sama gue."
"Lo yakin lo bisa mastiin kalo gue aman?" Nara memasrahkan diri dalam pelukan hangat Davi yang memang selalu punya efek dahsyat untun menenangkan dirinya.
Davi mengangguk. "Yakin. Pasti."
Nara tersenyum dan balas memeluk Davi erat.
☢☢☢
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumerang
General FictionLuna baru benar-benar menjalin hubungan serius bersama Wisnu meskipun, Wisnu tak jarang membuat Luna naik darah. Di saat hubungan mereka hendak meningkat ke jenjang yang lebih tinggi, sesuatu terjadi dan terpaksa membuat mereka saling menahan keingi...