Suasana mall terlihat sangat sepi, sama seperti suasana hati seorang Temmy Maulana Syarif saat ini dan sama seperti suasana hati Laluna Emalia Putri juga. Itulah alasan kenapa duo patah hati itu memutuskan hang out bersama sepulang kampus tanpa mengajak dua teman mereka yang lain untuk bergabung. Alasannya sederhana: karena mengajak Ayu dan Siska di saat hati Temi dan Luna sedang sangat menye jelas bukan ide bagus.
Pertama, Ayu tak akan berhenti mengejek ke-menye-an Temi. Ayu dan Temi memang paling senang menjatuhkan satu sama lain. Dapat dipastikan, jika Ayu ikut, dia akan terus adu mulut dengan Temi, tanpa peduli tempat dan waktu.
Kedua, Siska yang terlalu lemot akan membuat emosi Luna meningkat drastis. Luna marah di depan publik jelas salah satu hal terburuk yang pernah ada di dunia.
"Jangan film A. Kayaknya cinta-cintaan. Gue gak mau nonton yang cinta-cintaan."
Luna memutar bola mata, tapi setuju juga atas komentar Temi tentang film yang nyaris Luna pilih untuk mereka tonton sore ini. Mereka memutuskan untuk nonton bioskop, daripada harus keliling mall tanpa melakukan apapun dan membeli apapun.
"Ya, udah. Dunkirk aja, gimana? Yang main mantan gue juga, Harry Styles dan kayaknya, bukan cinta-cintaan." Luna berkata seraya menatap poster film Dunkirk tersebut.
Temi ikut menatap poster sebelum mengangguk. "Ya, udah. Dunkirk aja."
"Sono beli tiket." Perintah Luna.
Temi memicingkan mata. "Lah, lo aja, lah, yang beli. Sekalian kedipin petugas tiketnya. Siapa tahu jodoh."
Luna memutar bola mata, tapi tanpa membalas ucapan Temi, cewek itu melangkah mengantri untuk dapat membeli tiket. Setelah mendapatkan tiket, Luna menghampiri Temi yang masih berdiri menatap poster Dunkirk seperti terhipnotis oleh poster itu.
"Masih satu jam lagi. Mau nunggu di sini atau muter-muter lagi?"
Perhatian Temi teralihkan dari poster. Cowok itu memasukkan tangannya ke saku celana yang dia kenakan sebelum menjawab, "Beli minuman dulu, deh. Balik ke sini sepuluh menit sebelum film mulai. Gue haus."
Luna mengangguk setuju. "Lo yang bayar. Gue udah bayar tiket bioskop tadi."
Setelahnya, Luna melangkah mendahului Temi yang menepuk dahi menyesali kenapa tidak dia yang membayar tiket menonton tadi. Mengajak Luna untuk makan dan minum jelas bukan ide bagus mengingat nafsu makan Luna yang sangat tinggi.
Berbahaya untuk kantung Temi yang cetek.
Perhatian Luna dan Temi yang baru hendak memasuki Hoka-hoka Bento teralihkan oleh kerumunan orang yang seperti berderet memanjang memperhatikan sesuatu. Pada dasarnya, memang Luna adalah cewek cuek dan tak peduli pada sekitar, dia memilih masuk terlebih dahulu ke dalam Hoka-Hoka Bento ketika Temi malah penasaran dengan sumber yang membuat banyak orang mengantri tersebut.
Luna baru sadar Temi tidak mengikuti masuk ke dalam Hoka-Hoka Bento saat dia duduk dan baru mau menyuruh Temi memesan, tapi cowok itu tak ada di dekatnya. Luna memutar bola matanya, tak lama kemudian, Temi melangkah menghampirinya dengan senyuman lebar.
"Pantes heboh. Ada artis tadi."
Luna mendengus melihat Temi yang menarik kursi di hadapannya. "Gak peduli."
"Eh, si Siska, kan, bentar lagi ulangtahun. Harusnya tadi gue ikut ngantri minta tandatangan aja kali, ya, buat kado ulangtahun Siska? Lumayan gratis daripada harus beli barang buat dikadoin?"
Mata Luna memicing. "Idih, gak modal. Emang si Siska mau dikasih tandatangan artis gitu doang? Ya, elah. Lo tahu sendiri itu anak cuma demen artis musiman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumerang
General FictionLuna baru benar-benar menjalin hubungan serius bersama Wisnu meskipun, Wisnu tak jarang membuat Luna naik darah. Di saat hubungan mereka hendak meningkat ke jenjang yang lebih tinggi, sesuatu terjadi dan terpaksa membuat mereka saling menahan keingi...