3

2.3K 263 10
                                    


Eunbi menggeliat dan bersembunyi di balik selimut, menghindar dari sinar matahari yang perlahan menyentuhnya.

Bunyi pintu terkunci membuatnya segera sadar dan bergegas keluar kamar, langkah cepatnya mulai pelan hingga akhirnya terhenti.

Ia melihat beberapa lauk di atas meja dan merasakan hangat dari sisi kompor, seseorang yang baru saja memasak.

Eunbi kembali ke kamar dan melihat seorang lelaki dengan setelan jas rapi berjalan santai menuju mobil.

Ingin sekali ia menyebut namanya, tapi apa daya? Jaraknya terlalu jauh, mustahil lelaki itu akan mendengarnya.

Eunbi duduk di kursi, tangannya telah menggenggam sumpit. "selamat makan" ucapnya melahap beberapa menu yang tersedia.

"aku bahkan lupa kapan terakhir kali kita makan bersama" gumamnya menghela nafas.

Jeon Jungkook lah yang membuatkannya sarapan pagi ini, sudah kesekian kalinya ia melakukan hal itu ketika membuat Eunbi menunggu.

Memang awalnya Eunbi sangat kesal pada Jungkook, tapi pada akhirnya ia akan memaafkan walaupun tidak mendengar satu katapun dari bibir kekasihnya itu.

Cinta memang buta, membutakan Eunbi akan hal yang selalu menyakitinya. Orang yang ia kasihi malah memberikan luka dan itu sering terjadi.

Wanita lebih menyukai pria yang membuat bulir air mata mereka menetes ketimbang pria yang membuatnya tertawa.

Itu hukum alam, tak ada yang salah. Dan saat itulah hati setiap wanita menjadi memar karena pilihan yang mereka buat.

Begitupun Hwang Eunbi. Ia selalu berusaha tersenyum seakan tak terjadi apapun, melewati hari dengan sewajarnya membagikan keceriaan pada orang terdekat.

Tapi siapa sangka senyuman itu berubah menjadi tangisan ketika malam datang. Ketika cahaya mentari yang cerah berganti dengan cahaya remang-remang dari rembulan.

Eunbi mencuci piring dan berniat bermalas-malasan hari ini, karena hari senin ia tidak memiliki jam untuk melatih dance.

Ingin sekali ia pulang ke Cheongju, kampung halamannya. Tapi jika Eunbi melakukan itu ia pasti tidak ingin kembali ke Seoul.

Sudah lima tahun sejak ia memilih hidup mandiri di ibu kota dan menjadi tutor dance di salah satu tempat kursus.

Memang gajinya tidak seberapa, setidaknya ia bisa menyalurkan hobi yang telah menjadi teman hidupnya.

Mulai bosan, ia melirik jam dinding dan telah menunjukkan jam makan siang. Tepat saat cacing di perutnya meronta.

Dengan pakaian santai, ia mengenakan kaos hitam dan hotpants karena sedang musim panas.

Walaupun terik seperti ini, sepertinya warga Seoul tidak peduli dan melakukan aktifitas seperti biasa.

Eunbi menaiki bus dan menatap keluar jendela, melihat beberapa pasangan yang berbagi mobil. "aku juga lupa kapan kita pernah keluar bersama" gumamnya melirik ponsel dan tersenyum.

Kini Eunbi sudah berdiri di depan sekolah yang cukup elit di Seoul. Seorang wanita keluar dari sana dan melambaikan tangan.

"eonni, bagaimana kelasmu hari ini?" tanya Eunbi saat mereka duduk di bangku rumah makan keluarga, "seperti biasa, apa kau bermalas-malasan lagi?"

"majja"

"carilah pekerjaan lain, kau tidak harus bergantung pada tempat kursus itu" ucap wanita di hadapannya, "kalau begitu biarkan aku menjaga Kim Seokjung"

"aish, berhenti berpikiran seperti itu. Lagipula Jin oppa tidak mengijinkanku untuk menerima pengasuh"

"aku hanya bercanda".

Do You Love Me? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang