1.2%

2K 335 104
                                    

Eunha menghela nafasnya. Sudah 10 kali wanita itu menghubungi Jungkook tapi tak kunjung di angkat. Mungkin kalo bukan ajakan makan siang dari ayah nya, Eunha tak akan sepusing ini.

Wanita yang memakai dres biru langit selutut itu melirik jam dinding di atasnya. Sudah jam 10, dan sang ayah meminta agar mereka sudah di rumah jam 12 siang.

"Bagaimana ini? Kenapa Jungkook susah sekali di hubungi?" Gumam Eunha.

Dan untuk ke sebelas kalinya, Jungkook tidak mengangkat telfon. Akhirnya Eunha memutuskan untuk menyusul Jungkook ke perusahaan. Tidak peduli dia mau marah atau apa. Dulu, Jungkook pernah melarang Eunha untuk mengunjunginya ke kantor. Apalagi sampai berani kesana tanpa izin.

Aneh ya, padahalkan itu masih hak milik ayahnya.

Eunha berjalan memasuki perusahaan yang sudah sangat lama tidak ia injak. Beberapa orang menyapanya. Mereka yang memiliki jabatan tinggi pasti tau siapa Eunha. Sisanya hanya berpikir ada seorang gadis yang kepo ingin berkunjung.

Eunha dengan santai memasuki lift khusus presdir. Menekan tombol teratas gedung ini.

Entah kenapa Eunha merasa sesak di dada. Pernahkah kalian tiba-tiba merasa ingin menangis padahal tidak ada suatu alasan yang harus ditangisi?

Jika iya, Eunha sedang merasakan itu.

Tak berselang lama pintu lift terbuka di tempat tujuan, pandangannya langsung di sambut oleh Sunra sekertaris Jungkook.

Wanita berumur 23 tahun itu memberi hormat ke arah Eunha, "Ibu ingin bertemu bapak? Beliau ada di dalam, ingin saya antar?"

Eunha menggeleng halus, "Tidak usah. Lanjutkan saja pekerjaanmu."

"Kalau begitu saya permisi ingin ke ruangan manager." Jawab Sunra membungkuk memberi hormat.

Eunha hanya membalas dengan senyuman. Membiarkan Sunra menghilang dari balik lift.

Tarik nafas. Buang. Tarik nafas. Buang.

Eunha memberanikan diri membuka pintu ruangan Jungkook dengan sangat pelan. Sampai, yang di dalam tidak menyadari seseorang baru saja masuk. Ia mendapati Jungkook sedang berdiri membelakanginya. Tangan kanannya terangkat sedang menerima telfon.

'Ck, telfon ku tidak diangkat. Tadi dia sibuk menelfon orang lain.' Batinnya.

Eunha akhirnya memilih menunggu Jungkook selesai mengobrol dengan entah siapa di balik telfon. Wanita itu berdiri di ambang pintu, membuat Eunha tanpa sengaja mendengar percakapan sepihak Jungkook,

"Oh ya? Hahaha lalu bagaimana dengan kue nya?"

"..."

"Ck! Kau ini harusnya lebih berhati-hati."

"..."

"Bertemu? Baiklah kapan?"

"..."

"Aku akan selalu ada waktu untukmu."

"..."

"Aku serius! Bagaimana jika nanti malam? Sekalian aku ingin menginap di rumah mu."

"..."

"Baiklah, jangan lupa makan siang sayang. Salam untuk calon kakak ipar."

Dan sekarang Eunha tahu alasan hatinya sesak.

Sayang?

Eunha bahkan lupa kapan terakhir kali Jungkook menyebut dengan kata sayang dengan tulus.

Eunha bahkan lupa dengan kapan terakhir Jungkook ada waktu dengannya.

Eunha tidak bisa menahan air matanya. Hatinya benar-benar sakit mendengar Jungkook menyayangi orang lain selain dirinya.
Sebenarnya Eunha itu apa di mata Jungkook?

Eunha menggengam knop pintu dengan sangat kuat. Ia terisak mengetahui ternyata Jungkook memiliki yang lain.

Jungkook memutar tubuhnya. Sedikit terkejut melihat Eunha sedang berdiri beberapa meter darinya. Ia diam memandang Eunha yang berdiri di ambang pintu. Wajahnya merah, matanya sudah mengeluarkan air mata.

Jungkook memutar matanya jengah, "Kenapa kau kemari! Bukankah sudah kubilang-"

"Siapa dia?" Eunha memandang Jungkook dengan tatapan geram.

Jungkook menghampiri Eunha, menarik tangannya agar benar-benar masuk ke dalam ruangan.

"Jangan berdiri di pintu! Jika ada Sunra dia akan membuat gosip aneh melihatmu menyedihkan seperti ini." Ucap Jungkook sembari menutup pintu.

PLAK!

Sebuah tamparan mulus mengenai pipi Jungkook. Eunha menampar Jungkook dengan emosi penuh yang ia miliki.  Walaupun bagi Jungkook tamparan dari tangan kecil Eunha tidak ada apa-apanya. Dadanya naik turun menahan emosi. Lihat! Bahkan sebuah tamparan tidak akan menyadarkan Jungkook. Lelaki itu malah menatap Eunha tidak suka.

"Kau berani menamparku?!" Tanya Jungkook dengan nada tinggi. Matannya membulat terkejut dengan hadiah tiba-tiba yang ia terima.

"Ku tanya! Siapa orang yang kau telfon tadi?! Jawab aku Jungkook! Apa dia seorang wanita?" Eunha mengguncang tubuh Jungkook kencang.

Tangisannya pecah! ia takut dengan jawaban Jungkook. Jika benar yang ia telfon adalah seorang wanita, itu artinya Jungkook mempunyai wanita lai. Dan jika seorang lelaki akan menyeramkan sebenarnya.

Eunha menatap Jungkook. Tatapan seorang wanita yang baru saja dikhiantai suaminya.

Jungkook diam. Hanya diam memandangi Eunha tanpa arti. Lelaki itu menurunkan tangan Eunha dengan lembut, "Ada apa kau kemari? Ada sesuatu yang terjadi?"

"Jungkook! Kenapa kau tidak jawab?! Hah?! Jadi benar dia wanita jalang yang ingin merebutmu?!"

PLAK!

Giliran Jungkook yang menampar Eunha. Pipi Eunha berkedut. Nyeri, bahkan telapak tangan Jungkook membekas merah di pipinya. Dunianya terasa berhenti seketika. Dia tidak pernah merasakan sakit luar biasa seperti ini. Batin dan fisiknya baru saja di lukai oleh orang yang ia cintai.

"Sekali lagi kau menyebutnya jalang, kupastikan kau tidak akan bisa bicara besok! Ya! Dia seorang wanita. Wanita yang kucintai. Dan kau hanya seorang wanita yang menjabat sebagai istriku! Jadi jaga mulutmu itu anak jalang!" Desis Jungkook tajam.

Hati Eunha hancur seketika. Dia merasa baru saja diinjak dan di lempar ke jurang yang sangat dalam. Lelaki itu baru saja mengatakan kejujuran yang sangat pahit! Apa sebenarnya Eunha dimata Jungkook. Apa semua kesan manis selama mereka pacaran hanya tipuan belaka? Eunha tidak mengerti, dunia nya merasa terbalik mendengar setiap tutur kata yang di ucapkan Jungkook.

Eunha merasakan kakinya melemas. Seluruh saraf di tubuhnya merasakan sedih yang amat menyakitkan. Eunha menangis tersedu, ia terduduk sembari memegangi dadanya yang baru saja di hancurkan.

Taukah kalian seberapa besar Eunha mencintai Jungkook?
Dan Jungkook baru saja menyakitinya dengan kata-kata murahan!

Jungkook melepas jas nya. Memakaikan jas tersebut ke tubuh Eunha, "Kita pulang." Bisik Jungkook lembut.

Eunha tidak mampu menangkap suara apapun. Telinganya terasa tuli dengan suara, kepalanya terasa pening dan perutnnya mual. Bahkan tubuhnya saja bereaksi karena hatinya hancur. Eunha merasakan tubuhnya di angkat oleh Jungkook.
Ia ingin memberontak, tapi tidak mampu. Ia terlalu lemas untuk bergerak dan tanpa sadar dia pingsan.

Dan jika boleh jujur, Jungkook ikut merasa sakit melihat istrinya seperti ini

-TBC-

Hallo kesayangan pacar masing-masing.
Hehe kemarin kuota ku habis dan kebetulan juga lagi sibuk 😊

So? Wdyt?

SWEETHURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang