2.2%

3.2K 340 108
                                    

Jungkook baru saja bertemu dengan ibunya.
Walau hanya melihat dari kejahuan dan tidak bisa ia gapai. Sang Ibu diam, tidak bicara ataupun menghampiri Jungkook. Yang dia lakukan hanya tersenyum seraya mengulurkan tangan.

Dan hal itu hanya terjadi beberapa menit saja. Lelaki itu kembali sendiri. Di ruangan tidak putih yang hampa.
Tuhan sedang memberikan waktu baginya. Jika ia memang menginginkan untuk terus hidup, ia harus berlari untuk mencari kesadarannya. Tapi jika lelaki itu sudah pasrah, pintu dengan tangga putih terbuka lebar untuknya.

Jungkook menunduk. Ia kembali mengingat dosa yang ia perbuat saat hidup.

Terlalu banyak hal yang membuatnya untuk tetap diam, dan terlalu sedikit alasannya untuk berlari. Jungkook menatap lurus ruang putih tidak berujung ini.

Untuk apa dia hidup? Ketika semuanya tidak berpihak kepadanya.


💞💞💞

3 hari 19 jam 56 menit, setelah operasi.

Eunha melangkah masuk kedalam sebuah pub mewah milik sepupunya yang terletak di pusat kota Seoul. Wanita itu mengedarkan pandangannya, saat menemukan apa yang dicari, ia segera melangkah menghampiri dia.

"Eonnie," Panggilnya.

Seulgi yang sedang meracik sebuah minuman segera menoleh. Bibirnya tertarik membentuk lengkungan, "Kau sudah datang? Ingin minum dulu?" Tanyanya

Eunha segera menggeleng cepat, ia tidak ingin meminggalkan Jungkook terlalu lama, "Tidak, aku tidak ingin berlama disini. Jadi apa yang ingin eonnie katakan."

Seulgi menghela nafasnya. Ia mengajak Eunha untuk pergi ke ruang kerjanya yang berada di lantai tiga. Pandangan Eunha langsung disambut dengan seorang lelaki dengan postur tubuh sempurna duduk dengan santainya di sofa, lelaki itu menengok ke arah mereka.

"Hai," Sapanya.

Eunha mendekat ke arah lelaki itu, "Hai." Katanya.

Seulgi duduk berhadapan dengan Eunha. Wanita itu menarik nafas panjang sebelum bicara, "Jadi begini, saat kau bercerita tentang masalahmu tadi pagi, aku merasa ada yang aneh." Katanya.

Eunha memasang wajah tidak mengerti, "Maksud eonnie apa?"

Jimin menegakkan tubuhnya, lelaki itu mengambil beberapa berkas yang tersimpan di atas meja dan menyerahkannya kepada Eunha, "Ayahku pernah bilang jika Bibi-Taena sering kesini dulu. Padahal bibi sudah menikah."

Eunha yang makin tidak mengerti memijat pelipisnya, "Lalu?"

"Ini data yang aku pinta dari ayahku. Beberapa kali bibi memesan kamar khusus disini. Ya ku taulah, kamar untuk apa."

Eunha menggigit kuat bibir bawahnya, jantungnya berdetak sangat hebat seketika.
"Ayah bilang, kalo Bibi sering sekali kemari untuk menemui seorang lelaki, ya siapa namanya tadi? Jungwoon." Lanjut Jimin.

Eunha memijat pelipisnya, itu semua hampir membuktikan jika dia adalah anak Jungwoon.

"Dan kata ayah. Jungwoon itu selalu bermain dengan hati-hati."

"Maksud oppa?" Tanya Eunha tidak mengerti.

Jimin menggaruk kepalanya,"Aduh, bagaimana aku menjelaskannya." Lelaki itu melirik ke arah Seulgi untuk meminta pertolongan.

SWEETHURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang