Bagian 1

33.5K 1.1K 30
                                    

Satu hal yang baru kutahu tentang cinta, yaitu rindu.

Dua hal yang telah kurasakan sebelumnya, yaitu hangat dan nyaman.

Tiga hal yang tak ingin kurasa, yaitu Patah hati, sakit, dan jauh.

Aku pikir semudah itu saat membiarkan hati jatuh menjelma menjadi cinta, ternyata aku salah. Cinta ini membuat sakit, tak acuh membuat patah hati, dan rindu ini menyadarkanku bahwa kau semakin jauh.

----

Untuk sebuah rasa yang telah lama tertanam, untuk sebuah kisah yang telah lama tak diceritakan, untuk rindu yang beradu, Khanza tak bisa menahan senyumnya saat tiba di kota Jakarta.

Ah, hampir dua tahun lamanya ia menunggu saat ini. Meskipun ia tahu, berada di tempat tersebut hanya beberapa hari mengisi liburan sambil mengunjungi kakak semata wayangnya-Andra, yang sedang mengenyam pendidikan di kota metropolitan.

Sudah lima bulan Andra berada di kota tersebut, tetapi baru saat ini Khanza berkesempatan mengunjungi. Kesibukan sebagai ketua OSIS, membuatnya tak bisa berkutik meski di hari libur sekali pun.

Ini tahun terakhirnya berada di SMA, dua minggu yang lalu Khanza menyerahkan posisinya sebagai ketua OSIS kepada adik kelas yang terpilih. Asal kalian tahu, libur yang dimaksud oleh Khanza hanya di hari kamis, Sabtu dan minggu. Namun, ia berniat akan menjadikan selama satu minggu. Hitung-hitung sebagai balas dendamnya pada kesibukan yang menyita selama ia duduk di kelas sebelas.

"Kalau kakak kuliah, kamu sendirian di apartemen, nggak apa, 'kan?"

Khanza mengangguk karena sekarang perhatiannya tersita pada suasana kota Jakarta yang sangat ramai dan padat. Namun, entah mengapa Khanza sama sekali tidak terusik, senyum bahagianya masih sama sejak ia menginjakkan kaki di bandara tadi sekitar dua puluh menit yang lalu.

Sadar akan satu hal, Khanza mengambil ponsel dari dalam tasnya kemudian mencari kontak seseorang yang juga ikut bahagia saat ia mengatakan akan mengisi liburan di kota Jakarta. Ah, sepertinya kota ini akan selalu masuk dalam list kunjungan saat ia akan melakukan trip.

Khanza Ashadiyah: Aku udah nyampe, An.

Lima detik kemudian Khanza mendapatkan balasan dari Rian, seseorang yang tahu bagaimana perasaannya saat ini.

Rian Fajar: Alhamdulillah, Have fun, ya.

Tersenyum Khanza membalas chat dari Rian, kemudian menyimpan kembali ponselnya. Sepuluh menit kemudian ia menghela napas lega saat mobil yang ditumpangi memasuki gedung apartemen.

"Kalau di sini jangan keluyuran, ya, takutnya nanti kamu nyasar," canda Andra sambil mematikan mesin mobil.

"Sejak kapan aku suka keluyuran, Kak?" Khanza lebih dulu membuka pintu mobil.

Tersenyum Andra keluar dari mobil tersebut kemudian membuka pintu bagasi dan mengambil koper kecil milik sang adik. Menyeret koper tersebut, ia mengangguk kepada Khanza memberikan kode untuk mengikuti langkahnya.

"Apartemen kakak ada di lantai berapa?" Khanza mensejajarkan langkahnya dengan langkah sang kakak.

"Tiga," jawab Andra. "Nanti kamu yang masak, ya."

Khanza menoleh. "Loh kok gitu? Di sini, kan, aku sebagai tamu."

Andra mengangkat tangan kemudian merangkul bahu adiknya. "Di sini harus irit, kalau nggak masak, ya, jadinya harus beli makanan cepat saji. Jadi mahasiswa itu kebutuhannya banyak, kalau nggak masak, uang jajan cepat habis," jelasnya.

"Jadi Kakak masak?" tanya Khanza sambil menoleh menatap wajah samping kakaknya.

"Jarang, sih, palingan masak mi doang," aku Andra membuat adiknya mendengkus. "Mumpung ada kamu, jadinya kakak bisa irit."

Different #2 (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang