Bagian 20

11.7K 797 9
                                    

Dhan duduk di jok belakang mobil yang sangat asing. Di hadapannya dua orang dewasa tengah duduk, terlihat tidak tenang dengan suasana hening yang tercipta. Sudah berbulan-bulan berlalu, nyaris menyentuh dua tahun mereka tidak pernah berada dalam tempat yang sama. Oleh karena itu, ketika sadar orang tuanya tidak merasa nyaman, Dhan merasa seperti pengganggu. Kenapa tidak turunkan saja dirinya di tengah jalan?

Awan telah berubah menjadi kelabu, nampaknya hujan akan turun mengguyur ibu kota. Waktu menunjukkan hampir pukul dua belas siang, sebentar lagi adzan salat dzuhur akan berkumandang. Dhan mengerutkan kening ketika sadar tujuan mereka bukan ke rumah Kakek Ravi, melainkan ke rumah Kakek Ferdi. Ketika ia mengingat kembali, ini adalah akhir pekan. Waktunya berkunjung ke rumah orang tua dari Kenan.

"Aji ada di rumah ayah?" Pertanyaan Nada mengisi keheningan.

"Iya, ini aku sekalian jemput."

Dhan tidak menggubris percakapan mereka, ia memainkan ponsel untuk menghilangkan kesuntukan. Dua hari yang lalu adalah terakhir kali ia mendengarkan suara Khanza, saat itu mereka mengobrol sampai larut malam. Ketika pagi menyapa, ia kembali mencoba menghubungi perempuan itu, tetapi lagi-lagi ponsel tidak aktif bahkan sampai sekarang. Jujur, Dhan khawatir apa yang sebenarnya terjadi, oleh karena itu ia memaksa Rian untuk mencari informasi.

Satu pemberitahuan masuk, Dhan membuka chat dari Rian. Sahabatnya itu mengirimkan foto berupa koran yang sengaja diambil gambarnya, bukan hanya satu foto, melainkan beberapa. Ia kurang mengerti apa maksud Rian mengirimkan foto koran, yang diketahuinya dari koran tersebut adalah terungkapnya pelaku korupsi di salah satu institusi yang berada di Semarang.

Rafardhan: Maksudnya?

Rian: Baca, nama abinya Khanza ada di sana.

Jujur Dhan tidak tahu nama orang tua Khanza, selain nama belakang perempuan itu yang tertera di absen kelas. Jadi, untuk memastikan hal tersebut, ia hanya mencari nama Hermawan di foto surat kabar.

Ya benar, nama Hermawan disebut sebagai penerima suntikan dana dari pelaku korupsi. Jadi, ini yang membuat Khanza sulit untuk dihubungi, dan juga saat terakhir mereka mengobrol perempuan itu bilang bahwa banyak yang menghubunginya. Itu berarti ada banyak orang yang terus mengganggu Khanza dengan pertanyaan-pertanyaan yang menjurus ke kasus tersebut.

Mulut Dhan terasa gatal untuk bertanya kepada sang bunda, mengingat wanita itu telah bertemu keluarga Khanza saat di Semarang, maka kurang lebih bundanya tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun, di sini masih ada Kenan, seseorang yang mungkin lebih tahu kronologi kasus yang menjerat abinya Khanza.

Menyadari akan hal itu, Dhan menjadi lebih ingin menanyakan kepada pria itu, tetapi pasti akan terasa canggung untuk bertanya. Lalu, jika sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi, apa yang akan ia lakukan selanjutnya? Meminta tolong kepada Kenan untuk membantu keluarga Khanza?

Ah, dunia memang suka bercanda.

---

"Aji masih tidur. Kamu mau langsung pulang, Nak?" Pertanyaan tersebut meluncur dari mulut Shinta ketika Kenan melewatinya.

"Nunggu Aji bangun, Bu," jawab pria itu.

Dhan yang duduk di sebelah neneknya hanya melihat Kenan dengan ekor mata. Ini sudah kedua kalinya ia mendengar nama Aji disebut oleh orang terdekatnya. Namun, tak ada satu pun yang mau memberitahukan kepadanya siapa itu Aji, Dhan pun tak punya keinginan untuk bertanya karena itu bukan urusannya.

"Makan siang dulu yuk," ajak Shinta kepada Dhan dan juga Nada.

Mereka menuju ruang makan, di mana Ferdi tengah duduk, terlihat sedang menunggu mereka untuk bergabung bersamanya di meja makan.

Different #2 (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang