Bagian 10

11.8K 762 10
                                    

"HAH!"

Kedua sejoli itu terlonjak kaget karena teriakan sengaja dari arah
punggung Dhan. Mata mereka
seketika tertuju ke arah suara itu, seorang perempuan yang dihindari tadi-tengah tersenyum, dengan alis yang dinaik-turunkan, menatap Dhan yang sepertinya siap melontarkan gerutuan, tetapi tertahan di tenggorokan ketika sadar musuh sudah berada di depan mata.

"Astagfirullah." Nadila menggelengkan kepala sambil berdecak. Senyum jahil tadi menghilang dari bibir. "Karin lo tolak, anak baik-baik lo embat," semprotnya.

"Ngapain lo?" Sebenarnya bukan itu yang ingin Dhan ucapkan, konsentrasinya terganggu karena kehadiran Nadila yang tiba-tiba muncul. Sumpah, ia belum siap meladeni perempuan satu ini.

"Nonton, lah." Nadila mengibaskan rambut. "Jomblo, mah, bebas." Ada senyum bangga di wajahnya.

"Meskipun jomblo, lo tetap pelajar, seharusnya lo di sekolah sekarang." Dhan mendengkus.

"Punya kaca, Bang?" balas perempuan itu. "Tapi kelihatannya sekarang lo udah punya gandengan." Senyum jahilnya kembali terbit. "Bakalan ada hot news, nih, besok."

Dhan berusaha untuk tidak terpancing omongan Nadila. "Lo sendirian doang, 'kan?"

"Kepala lo habis kebentur, ya, Dhan?" Bukannya menjawab, Nadila balik bertanya. "Lo lupa gue jomblo?"

Dhan mendengkus. "Maksud gue, lo bareng temen kagak?"

"Sendirian gue." Nadila berdecak. "Sorry, gue nggak kayak lo yang bolos sekolah, jalan sama cemewew."

"Temen."

"Siapa yang nanya?"

"Serah lo, deh, La." Dhan memutar bola mata. "Dengerin gue."

"Selama telinga gue masih di samping kepala, gue tetap dengerin lo, kok." Perempuan itu menaruh satu tangannya di bahu Dhan. "Beib," tambahnya dengan nada bercanda.

"Gue serius." Dhan menepis tangan itu.

"Kenalin, dong," sela Nadila, matanya beralih pada perempuan yang berada di sebelah temannya. "Halo, gue Nadila, temennya Dhan." Ia mengulurkan tangan kepada Khanza.

"Khanza," ujar Khanza singkat, tetapi ada senyum ramah di sana.

"Pantas lo nolak Karin yang membahenol." Nadila melayangkan tatapan menilai kepada Khanza. "Jadi, tipe lo yang kayak gini?" Kemudian ia menggeleng samar. "Kalau yang kayak gini, sih, lo susah nyari di Jakarta."

"Ya, adanya di Semarang doang," tutur Dhan spontan.

Temannya itu membulatkan bibir. "Catat, dari Semarang."

Dhan berdecak. "Kalau besok kesebar, gue batalin orderan."

"Sorry, Bang, uang tutup mulut dan uang orderan itu beda."

Dalam hati Dhan beristighfar. "Ya udah, batal," putusnya.

"Ya udah, kesebar."

Dhan kembali beristighfar di dalam hati, mencoba membuang kekesalannya. "Mau lo apa, sih?"

"Besok orderan lo datang, temui gue di kelas sekalian bawa pencuci mulut."

"Sorry, gue nggak biasa nyuap."

"Gue bisa makan sendiri, kok." Nadila menepuk bahunya. "Btw, lo bolos cuma buat nge-date?"

"Bukan urusan lo."

"Kira-kira judul hot news besok bagusnya apa, ya?"

Dhan menghela napas, ia beralih kepada Khanza yang sedari tadi ia diamkan. "Za, private Instagram kamu."

Different #2 (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang