(16) Flashback (2)

458 21 4
                                    

Kejadian tiga bulan lalu kembali teringat pada otak Eva.

"G..Gue udah capek Rel! Kalo emang lo bosen sama gue ngomong! Biar gue ga kelewatan sayang sama lo." Gadis itu berusaha meredam emosi dan air matanya yang sudah jatuh berkali-kali.

Arel menatap lembut gadisnya itu. "Gue nggak maksud kayak gitu. Maaf, gue... gue ga tau. Itu terjadi gitu aja. Gue masih sayang sama lo, Va. Tapi sikap lo yang overprotektif bikin gue bosen," ucapnya parau.

Oh jadi selama ini Arel hanya bosan? Satu tahun penuh yang mereka lewati ternyata hanya kebosanan Arel.

"Harusnya gue ga pernah percaya sama lo! Gue benci lo Rel! Gue benci!" Suaranya semakin beradu dengan suara isakan tangis.

Eva tak tahu harus bagaimana lagi. Arel telah memilih perempuan selain dirinya. Eva sudah berusaha menjaga hatinya hanya untuk Arel. Ia sering menolak lelaki yang mengajaknya hangout atau pun sekedar jalan bersama hanya demi Arel. Dan sekarang? Arel menghianatinya.

Sebenarnya, Eva akan terima-terima saja jika Arel memilih perempuan lain. Tapi tolong, jangan bermain di belakang Eva. Gadis itu sangat benci pada pembohong. Jika Arel memang suka, Arel bisa mengatakan langsung pada Eva dan meminta hubungan ini diakhiri. Sudah kedua kalinya, Arel berhasil menyakiti hatinya.

"Ga seharusnya juga gue kenal lo! Kalo lo suka sama dia, ngapain lo nggak pacaran aja sama dia? Ngapain pacaran sama gue?" Tangisnya masih terus terdengar.

"Silakan, gue ikhlas kalo lo jadian sama dia. Tapi tolong, jangan main belakang, gue benci pembohong!" Matanya yang sembab menatap Arel tanpa belas kasihan. Emosinya sudah membuncah. Mulut Eva tak bisa diam untuk tidak mencibir Arel.

Arel mengusap air mata Eva yang akan jatuh untuk kesekian kalinya walaupun sempat mendapat tepisan dari gadis itu.

"Maaf, gue minta maaf. Gue tahu gue salah. Tapi tolong dengerin penjelasan gue," ujarnya sambil memegang kedua bahu Eva.

Eva berpikir, ia tidak boleh egois. Ia harus mendengarkan penjelasan dari Arel, ia tak mau terjadi kesalahan pahaman yang hanya menyebabkan hubungan mereka retak.

Eva mengangguk, memberikan akses agar Arel dapat bercerita.

"Gue emang suka sama Ardha. Tapi... rasa suka gue ke dia beda. Mungkin, gue cuma suka ke dia. Tapi gue tetep sayang sama lo. Gue tetep pengen terus ada di samping lo, waktu lo butuh. Gue tau gue salah. Maafin gue."

Eva mendongakkan kepalanya, menatap iris hitam legam milik Arel. Bulir-bulir cairan bening itu kembali jatuh.

"Satu tujuan gue yang belum kecapai."

"Apa?" tanya Eva.

"Gue pengen ngerubah lo jadi orang yang lebih baik. Yang nggak overprotektif lagi."

Eva tersenyum miris. "Gimana lo mau ngerubah gue jadi lebih baik, kalo lo sendiri aja masih suka bohongin gue?"

Sangat tidak masuk akal menurut Eva.

Arel bungkam. Ia tak bisa berbicara apa-apa. Gadis itu benar. Ia bukan lelaki yang baik untuk Eva.

"Maaf."

"Gue udah maafin lo daritadi. Tapi lo tau? Kalo lo bikin coretan pensil di atas kertas putih dan lo hapus coretan itu. Apakah bekasnya bakal hilang sepenuhnya?" tanya Eva yang sekarang tangisnya mulai mereda.

Arel menatap Eva dengan ragu. "Nggak," jawabnya.

"Nah, itu kaya perasaan gue abis lo sakitin. Walaupun lo udah minta maaf berkali-kali dan gue juga udah maafin lo berkali-kali. Itu nggak bakal ngerubah banyak. Bekasnya masih rapi, ada di hati gue."

"Terus mau lo apa sekarang?" lanjut Eva yang tidak ia sadari tengah menjaga jarak dari posisi Arel.

"Gue mau kita balik lagi kaya dulu. Gue mau ngulang semua dari nol. Gue pengen kita baik-baik aja. Gue pengen lo nggak terlalu overprotektif sama gue," ucap Arel. Pandangannya semakin sendu. Ia tak kuasa melihat Eva yang menangis dan tersakiti olehnya.

Apa? Overprotektif? Apa maksudnya? Eva masih bingung hingga saat ini. Apa maksud pernyataan overprotektif Arel pada saat itu. Bukannya ia yang malah overprotektif? Eva memberi Arel kebebasan saat berpacaran dengannya. Bahkan, ia biasa saja saat Arel hangout dengan teman perempuannya, chat dengan teman perempuannya, bahkan saat temannya meminta bantuan untuk mencarikan kado, Eva juga tidak apa-apa. Ia tidak memberikan batasan untuk Arel. Memangnya Eva siapanya? Hanya pacar kan? Pada saat itu yang terpikir pada benak Eva hanyalah, kalo emang dia cinta sama lo, dia ga bakal pindah ke lain hati.

Apa semua perilaku Eva yang seperti itu dibilang overprotektif?

"Okay. Gue bakal coba ngelupain semua masalah ini. Kita mulai dari awal. Gue coba gue ga bakal overprotektif lagi. Padahal gue ga tau apa perilaku gue yang lo anggep overprotektif.

Gue ga mau ngulangin kesalahan yang sama untuk yang ketiga kalinya. Jadi gue harap, lo bener-bener ga bakal ngecewain gue," ucapnya dengan lugas dan mantap.

Arel mengembangkan senyumnya dengan sempurna. "Makasih lo udah mau ngertiin gue. Sekali lagi maaf."

Bahu kekar Arel merengkuh gadis itu di dalam pelukannya. Sembari berharap, semoga ia bisa menepati janjinya.

MasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang