(14) Akbar

459 23 2
                                    

Akbar mematikan motornya lalu melepas helm berwarna hitam itu. "Turun. Udah sampe."

Eva tergelak. Perasaan tadi ia baru berangkat, mengapa cepat sekali sampainya?

Ia segera turun dari motor Akbar disertai beberapa gumaman kecil.

"Iya iya," jawab Eva canggung.

Matanya tak sengaja menatap lelaki berbaju putih di sana. Oh ternyata Arel sudah sampai. Kabar baiknya--atau bisa dibilang buruk--Fasya juga sudah duduk manis di sebelah Arel.

Separuh hati Eva ingin melepas Arel, separuhnya lagi ingin mencintainya kembali. Seperti dulu.

Apakah langkah Eva untuk mencoba mengenal Akbar itu salah? Ya, Eva tau, mungkin kalian berpikir bahwa Akbar hanyalah seorang pelampiasan bagi Eva.

Kalian tidak sepenuhnya benar. Eva tidak pernah memiliki niat seperti itu. Eva tidak ingin mematahkan hati malaikatnya itu.

Kepingan itu kembali bermunculan. Siapa yang selalu ada di sampingnya ketika ia lupa membawa buku tugas? Siapa yang membantunya saat mengerjakan tugas? Siapa yang menepuk pundaknya lembut, saat ia menangis? Lalu siapa yang selalu meyakinkan Eva berkali-kali supaya ia tidak mudah putus asa?

Satu nama yang dapat Eva sebutkan.

Akbar.

MasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang