(13) Nyaman

509 23 2
                                    

Oke, hari ini Eva harus berhasil! Berhasil untuk membuat Arel cemburu. Dan itu harus terjadi!

Jadi begini rencananya, Eva akan mengajak Akbar ke cafe dan di sana juga ada Fasya. Mereka akan terkesan double date di sana. Dan Eva akan segera melancarkan aksinya.

Matanya menatap pantulan dirinya di cermin. Eva hanya memakai jeans dan sweater. Ini hanya acara kumpul-kumpul biasa 'kan? Ia tidak nyaman menggunakan dress. Ia lebih suka memakai jeans, katanya lebih simple. Kalau kalian mau, kalian bisa lihat di lemari Eva dan di sana terdapat banyak celana dan hanya beberapa rok--termasuk yang ia gunakan untuk sekolah.

Back to the earth..

Gadis itu segera menyambar sling bag yang ia letakkan di atas kasur. Lalu menunggu jemputan Akbar di depan teras. Tangannya masih memainkan handphone dengan tatapan jenuh.

Lalu sepuluh menit kemudian terdengar suara motor. "Itu pasti motor Akbar!" pekiknya senang. Ia berharap rencana hari ini berjalan lancar.

Mata Eva menatap Akbar yang baru saja turun dari motor. Akbar memakai sebuah jaket hitam dan kaus yang juga berwarna hitam bertuliskan stay weird, disertai celana jeans hitam sebagai panduannya. Tak lupa sneakers putih, sepatu favoritnya.

Akbar menyisir rambutnya dengan jari-jari tangan lalu menyapa Eva. "Hai.."

Oke, Akbar mulai menghampiri Eva. Bau maskulin dari cowok itu juga mulai tercium.

Eva masih bingung.

Pertama. Hari ini Akbar sangat tampan. Bahkan dia lebih tampan dari Arel untuk hari ini.

Kedua. Bau Akbar hampir mirip dengan Arel. Dan ini membuat Eva gagal move on untuk kesekian kalinya.

Ketiga. Kenapa Eva masih bingung dengan semua ini?

"Va?" sapa Akbar ketika melihat gadis itu malah melamun.

Eva tergelak. Ia sudah berusaha mencoba untuk bersikap biasa saja. Namun, jatuhnya malah aneh. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Eh iya? Ayo berangkat, siapa tau Arel sama Fasya udah di sana."

Akbar mengangguk. Eva mengunci rumahnya sebentar lalu segera menuju motor Akbar.

"Lah? Kok ga jalan?" tanya Eva pada Akbar karena motornya yang belum berpindah dari tempat semula.

Akbar meringis. "Pegangan. Ntar kalo lo jatuh, gue yang susah," ucapnya sambil melirik spion.

Gadis itu menepuk pelan bahu Akbar sebagai tanda protes. "Halah! Paling lo juga modus kan?" Lalu tertawa kecil.

Akbar juga ikut tertawa. "Ya udah sih. Paling ntar juga nyungsep," katanya dengan ekspresi yang kelewat santai.

Eva memelotot lalu segera mencengkram pinggiran jaket Akbar. "Udah nih!" pekiknya.

"Oh udah ya? Kalo pegangannya gini, ntar nyungsepnya ga parah sih. Tapi masih bikin sakit kok." Hal ini membuat Eva semakin ingin memukul wajah tampan Akbar.

Ia baru saja ingin memeluk Akbar. Tetapi Akbar menepis tangannya. "Eh jangan dianggep beneran. Gue cuma bercanda hehe," katanya, "udah pegang pinggiran jaket gue aja. Belum muhrim ga boleh pelukan." Akbar terkekeh.

Akbar mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Angin menerpa lembut surai hitam Eva.

Gadis itu berdeham.

Ia mulai nyaman berada di dekat Akbar.

MasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang