(9) Gagal Move On (2)

525 30 2
                                    

"Dudududu," ucap Arel sembari melempar tasnya tepat di meja berwarna coklat.

"Kalo mau masuk kelas tuh salam dulu," koreksi Eva yang sedang menggerak-gerakkan tangannya di atas layar handphone.

Arel mendengus, tumben gadis itu ada benarnya.

"ASSALAMUALAIKUM!" teriaknya keras.

"Waalaikumsalam," jawab Eva santai.

"Mana yang lain? Kok tumben pada telat." tanya Arel pada mantan kekasihnya itu. Eh?

Eva pun bingung. Matanya menulusuri kelas miliknya. Dan ia hanya mendapati dirinya, Arel, dan Viona--sang ketua kelas.

Gadis itu mengendikkan bahunya. "Kenapa ga tanya sama Viona aja?" Tangannya meraih earphone yang ia letakkan di tas. Memakainya lalu berusaha mengalihkan pandangannya dari Arel.

Eva kadang suka sebal, mengapa ia sangat susah move on dari Arel? Padahal itu kan hanya Arel. Oke, move on memang tidak hanya melupakan, tetapi juga mengikhlaskan. Dan menurut Eva itu susah--ralat sangat susah. Banyak kenangan yang telah diberikan Arel padanya.

Eva ingat pada ulang tahunnya tahun lalu, Arel memberinya sepasang sandal berbulu berbentuk kelinci. Dan oh ya, sandal itu terlihat lebih imut. Bahkan lebih imut dari Arel--yang ini bercanda.

Eva masih ingat bagaimana rasanya berangkat sekolah bersama Arel. Rasanya aman, ia tak akan diganggu oleh siapa pun.

Eva juga masih ingat bagaimana rasanya duduk bersama Arel di dekat taman sekolah, sambil bertukar lelucon yang menurutnya lelucon itu sangat payah. Memang, Eva memang tak pandai membuat lelucon.

Lalu ... Eva juga masih ingat di saat ia terjatuh saat bermain voli, dan Arel yang membantunya. Memapahnya ke klinik sekolahan. Dan tebak apa yang terjadi di sana?! Ternyata Arel takut dengan darah. Eva memutar bola matanya malas saat itu, sok berani, pikirnya.

Eva juga masih ingat... saat Arel mulai menyakitinya. Menyakiti hati dan perasaannya.

Tetapi Eva benci mengakui ini, Eva memang rindu semua itu. Jika ia bisa, ia ingin kembali ke masa lalu.

Tapi sayangnya, waktu terus melaju, Eva harus kembali membentuk masa depannya yang baru.

Harus.

MasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang