(5) Benci dan Arel

651 35 3
                                    

Sekarang Akbar dan Eva semakin dekat. Yah, karena seringnya Eva curhat, pergi dan terkadang jalan-jalan bersama Akbar. Mungkinkah Eva sudah move on?

Oh sepertinya tidak.

Matanya masih merasa panas saat melihat Arel bersama seorang perempuan. Oh itu pasti pacar baru Arel. Siapa ya namanya? Tasya? Eh bukan, bukan itu. Eva masih mengingat-ingat dengan keras. Siapa ya namanya?

Nah! Namanya Fasya! Eva baru saja ingat.

Matanya menatap kedua orang itu dengan terluka--dan sedikit emosi. Arel? Laki-laki itu bertambah tampan saja. Lekuk di wajahnya terlihat semakin tegas. Dan tatapannya masih sama, tatapan yang membuat Eva sempat luluh satu tahun yang lalu.

Hal pertama yang ingin Eva lakukan sekarang hanyalah pulang ke rumah, memeluk bantal, lalu menangis sekencang-kencangnya. Ia tahu, Akbar sedang mencoba memasuki celah hatinya yang seluruhnya telah terisi oleh Arel.

Eva sudah bisa menerima Akbar sebagai teman tentunya. Tetapi, masih berat rasanya ketika melihat Arel bahagia dengan yang lain.

Di sisi lain, otaknya masih terus berpikir. Jika ia bersikap seperti ini terus-menerus, itu tidak akan berpengaruh besar. So, Eva harus move on!

Tapi ... bagaimana caranya?

MasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang