TIH(21) Yakin?

38 4 0
                                    

Obat dari patah hati adalah jatuh hati

♡♡♡

Angin berhembus,awan masih menggelap, matahari pun enggan untuk terbit. Pagi ini diawali dengan cuaca mendung, tapi ga semendung hati. *adu curcol.

Ketika matahari masih enggan untuk terbit, ketika awan menampakan warna ke abu-abuan, mungkin pertanda hujan akan segera turun.

Pagi ini seperti biasa, tetapi tidak biasa untuk Syla. Karena tepat ditanggal ini Syla mengingat kejadian satu tahun lalu. Ia mengingat tentang kalimat yang Arga kirimkan,Syla mengingat bahwa pesan yang dikirimkan Arga itu adalah sebuah kata perpisahan. Perpisahan untuk mengakhiri hubungan mereka secara sepihak. Syla masih mengingat,tahun lalu pun cuaca nya sedang seperti saat ini, hujan.

Sebetulnya tidak ada yang berarti saat hujan. Tapi karena kejadian itu, Syla menyukai hujan. Mengapa menyukai? Karena setidaknya ketika hujan turun ia dapat mengingat tentang kenangan manis nya tentang Arga(dulu). Ia tidak membenci hujan,karena hujan ia sadar bahwa air hujanpun akan berhenti jika matahari menampakan wajahnya. Seperti keadaannya, ia yakin bahwa seseorang akan datang untuk membantunya pergi dari air matanya itu.

💕💕


"Sylaaaaa ayo pergiii nyet"

Syla tersadar dari lamunannya.

"Lo lamunin apasi Syl?" Syla masih bergeming, Rara pun mengajaknya untuk pergi, karena ingin membahas tentang kelanjutan acara reuninya.

"Ha? Iya ra maaf gue gafokus aja tadi tuh"

"Lo masih mikirin Arga? Ih bukannya lo udah move on kan? Ayo ih cari pacar."

Memang kebiasaan, Rara menyuruh Syla untuk berpacaran,tetapi Rara selalu memarahi lelaki yang mendekati Syla, ya walaupun Rara hanya memarahi lelaki yang tidak baik dimatanya. Ya tetapi tetap saja Syla malu karena pernah saat itu, Rara memarahi teman cowok Syla karena ia tiba-tiba memegang lengan Syla.

"Dasar mak comblang, gue siap-siap dulu."

Tidak butuh waktu lama, Syla telah selesai merias dirinya, sebetulnya Syla tidak dandan , hanya memakai sapuan bedak tipis dan lip tint saja. Namun, terkesan begitu manis.

"Eh Syl, lo ada niatan mau rapatin hal ini sama Arga juga ga?"

Syla menatap Rara, bukan sebagai tatapan namun pertanda bahwa ia tak ingin mendengar nama itu.

"Eh hehe maaf, Arfi Syl maksud gue." Ralat nya.

"Mausih,tapi pas Arga dateng ya gue pulang. Gue jiji liat muka so cool nya."

Sebetulnya Rara mengetahui bahwa Syla berbohong, mana mungkin hati manusia bisa secepat itu melupakan ? Jika dipaksakan pun tidak akan sempurna hasilnya. Karena move on itu bisa terjadi jika seseorang telah ikhlas menerima semuanya. Jangan bilang rela kalo hati masih ga rela.

" ya ya ya terserah lo." Jawab Syla sekenanya.

Tidak lama kemudian mereka tiba di SMP. Ya, mereka datang di SMP tempat mereka menimba ilmu sebelum memasuki tahap SMA.

Tidak ada yang berubah dari tempat ini, hanya saja saat ini banyak bangunan yang lebih modern. Kenangan Syla Arga masih tersimpan rapat di tempat ini, bahkan gedung sekolah ini selalu menjadi saksi bisu tentang apa yang terjadi pada saat mereka masih sekolah disini.

Mereka berkumpul di lobby. Syla, Rara, Virgi, Syahriel, dan Azra telah berkumpul disini. Mereka masih menunggu teman-temannya yang lain datang.

"Eh syl apa kabar lu? Udah move on dari si Arfi?" Tanya Syahriel, dia salah satu temannya Arfi. Bahkan dia pernah membantu Arfi saat memberi hadiah ulangtahun kepada Syla.

"Eh ... Iya lil udah" Jawab Syla dengan susah payah karena ia kaget mendengar pertanyaan seperti itu.

"Woi" Ucap seseorang yang baru datang, Syla melirik kearah suara itu. Ternyata itu , Arfi. Syla menunduk karena tidak ingin melihat wajah lelaki itu, lelaki yang dengan tega meninggalkan Syla karena bosan. Sungguh alasan yang tidak logis.

"Ehh bro. Gimana kabar lo?" Tanya Alvaro. Alvaro, ah iya dia teman Arga, yang memiliki wajah cukup tampan bahkan dia sangat baik terhadap Syla.

"Baik , btw itu siapa di samping lo?boleh kali." Tanya Arga, karena ia melihat gadis yang bisa dibilang cukup cantik dengan rambut sedikit ikal dibagian bawah nya.

"Ah iya, kenalin namanya Keyla. Dia sepupu gue. Rumah diakan deket rumah lo fi."

Keyla mengulurkan tangannya dengan sangat sopan, dan disambut oleh lengan Arga. Tidak... Arga tidak hanya memegang lengan key, tetapi ia mencium lengan key. Syla yang melihat kejadian itu menjadi sulit untuk bernafas sepertinya udara sangat sulit dihirup olehnya untuk saat ini.

"Syl lo gapapa kan?" Tanya Rara, untuk memastikan keadaan Syla.

"Gue gapapa lo gausah khawatir ya ra."

"Lo gausah bohong sama gue, kelewatan emang Arfi. Godain cewe depan lo segala ew, belom aja gue gesperin lehernya" Ah Rara selalu saja

Untung saja Syla memiliki teman yang selalu ada untuknya,selalu ada saat dirinya terpuruk. Apa jadinya jika ia tidak memiliki teman? Bunuh diri kali ya tu anak. Eh bentar kalo Syla bunuh diri gimana ya?wkwk.

Demi ih lagi gatau mo post apa lagi di wp

This is hurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang