"Alergi pisang terjadi karen protein yang terkandung dalam buah pisang yang dikenal sebagai kitinase dapat memicu respon imun yang berlebihan menyebabkan berbagai macam gejala, salah satunya Anafilaksis seperti yang di alami pasien.
Anafilaksis adalah reaksi yang jarang terjadi, namun hal ini merupakan gejala yang dapat mengancam jiwa dimana gejala ini dapat ditandai dengan penyempitan saluran udara. Anafilaksis menyebabkan obstruksi jalan napas karena pembengkakan jaringan secara tiba-tiba, menyebabkan masalah pernapasan. Orang mungkin mengalami rasa sesak tenggorokan atau mengalami benjolan di tenggorokan mereka. Aliran udara untuk bernafas terganggu dapat menyebabkan suara serak. Tekanan darah juga bisa turun drastis, menyebabkan pasien kehilangan kesadaran. Pusing, dan hilang keseimbangan adalah beberapa gejala lain dari anafilaksis. Reaksi parah ini yang memerlukan perhatian medis yang mendesak dapat terjadi dalam hitungan detik setelah mengkonsumsi sedikit buah pisang.
Untung saja pasien segera di bawa ke rumah sakit dan mendapatkan penanganan medis lebih cepat. Untuk saat ini kita akan melihat perkembangan selanjutnya setelah pasien sadar."
Saturnus menatap papan di atas pintu kaca yang bertuliskan kata "ICU".
Ucapan dokter tadi terus menerus terngiang di kepala Saturnus. Cowok itu merasa sangat bersalah dan tidak bertanggung jawab terhadap tamu rumahnya, anak sahabat papanya, dan juga teman sekelasnya.
Andre tadi sudah masuk dan saat ini sedang berada di rumah untuk mengambil beberapa keperluan yang di butuhkan Bunga. Saturnus sangat malu dan semakin bersalah jika masuk dan melihat wajah pucat Bunga.
Sekian lama berdiri, Saturnus akhirnya memberanikan diri membuka pintu tempat Bunga saat ini. Cowok itupun dengan perlahan mulai memasuki ruangan.
Hati Saturnus bergetar melihat beberapa selang menempel di hidung dan juga lengan Bunga. Ia sangat menyesal dan mengakui kesalahannya sendiri. Saturnus tidak seharusnya bersikap begitu terhadap seorang wanita.
Bagaimanapun ini semua sudah terjadi. Toh penyesalan memang selalu berada di akhirkan?
Cklek. Pintu ruangan terbuka. Dengan sedikit kaget, Saturnus menoleh ke arah pintu dan mendapati dokter yang tadi berbicara dengannya tersenyum ramah ke padanya. Orang-orang berbaju biru di belakang dokter tersebutpun tersenyum ke arah Saturnus.
Dokter beserta orang-orang di belakangnya pun berjalan ke arah Saturnus dan Bunga. Perasaan bersalah semakin menggerogoti Saturnus begitu melihat dokter dan para perawat lainnya menyuntik, mengganti cairan dan entah apalagi namanya di tubuh Bunga.
"Pasien sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat inap, a----"
Saturnus hanya mengangguk menanggapi ucapan-ucapan sang dokter.
📝
"Bunga!!"
Lola, Adiba dan Siti berlari kencang ke arah ranjang tempat Bunga berbaring saat ini. Bayu, Agus dan Rudi pun menyusul di belakangnya.
"Bunga kenapa?!" tajam Lola kepada Saturnus yang saat ini tengah duduk di sofa.
"Kok lo bisa tau Bunga masuk rumah sakit?" Dahi Adiba mengkerut.
"Lo ada hubungan apa sama Bunga?!" kali ini Siti yang berbicara.
"Ck. Ini cewek-cewek udah kayak kereta api! Bersambung mulu" Bayu menggelengkan kepalanya. "Bunga kok bisa dirawat disini sih?!"
Pletak
Agus menabok keras kepala Bayu. "Lo juga nyambung pertanyaan bego'"
"What? Bego?"
"IQ 3000 gini lo bilang bego?"
Rudi mendecak. "Itu IQ atau harga Aqua sih?"
"Lo suka Aqua?" Lola menatap Rudi "Lebih enak Lee mineral kali!"
"Gak! Lebih enak Cleo" seru Adiba.
"Aqua dong" Agus bertos ria dengan Rudi.
"Cleo!"
"Lee min hoo eh Lee minera!"
"Aqua!"
"Aqua!"
"Lee mineral!"
"Cleo!!"
"Aqua!!"
"EXTRA JOSS"
Seketika semua hening mendengar pendapat Siti.
Saturnus berdiri, tatapannya menajam. Lola dan kawan-kawan juga baru menyadari Saturnus tetaplah Saturnus yang dingin seperti di sekolah. Mereka juga teringat telah melupakan fakta bahwa cowok itu adalah Ketua Osis sekolahnya.
Yang di takuti warga IPS 3.
Saturnus berjalan ke arah pintu, cowok itu membuka pintu dengan cepat dan menghilang begitu saja di baliknya. Lola heran, setelah tatapan cowok itu berubah drastis , suasana di ruangan ini pun perlahan.. Menegang?
"Yahh, pertanyaan baby belum di jawab main pergi aja. Nah ini ciri-ciri cowok yang harus di Jauhi, main pergi gitu aja tanpa memberikan kepastian. PHP!!"
"Gak tau apa orang-orang yang baca cerita ini juga kebanyakan korban PHP?! IYA GAK? PASTI IYA DONG!"
Lola menggelengkan kepalanya pelan.
📝
Bunga tersenyum kecil melihat punggung teman-temannya menghilang di balik pintu satu persatu. Ia akhirnya bisa bernapas lega setelah menjawab milyaran pertanyaan gila dari mereka. Dan untung saja Andre juga belum datang kesini.
Cklek. Pintu terbuka dan muncullah sosok Saturnus dari balik sana. Bunga hanya terdiam dan memasang wajah datar begitu cowok itu berjalan menghampirinya.
"Lo gak apa-apa?"
Bunga menatap Saturnus dan berucap pede, "Gue gak apa-apa gak usah khawatir"
"Siapa juga yang khawatir"
Jleb
"Lo gak minta maaf?!" seru Bunga.
Saturnus menggeleng, sembari menarik kursi yang ada di samping ranjang "Kan tadi lo bilang gak apa-apa, jadi ngapain minta maaf?"
Bunga menatap tajam Saturnus "Iya, sekarang gak apa-apa, tadi apa-apa!"
Saturnus terdiam. Jujur ia paling anti dengan yang namanya meminta maaf. Ia akan meminta maaf jika itu benar-benar kesalahan, dan seperti saat ini.
"Gue minta maaf"
"Nah gitu dong" Bunga tersenyum puas. "Gue gak maafin!"
"Yaudah" jawab Saturnus enteng.
Bunga mengalihkan pandangannya dan menggerutu namun sedetik kemudian ia kembali Menghadap Saturnus,
"Eh iya, gue masih penasaran. Foto di hplo itu siapa sih?"
Saturnus kembali terdiam. Ia ragu memberitahu Bunga namun saat melihat selang infus di tangan gadis itu, muncul kembali perasaan bersalah dalam diri Saturnus, tak lama cowok itu akhirnya berucap,
"Dia Mama gue"
Dahi Bunga mengkerut, "Mama kandung?"
Saturnus mengangguk.
"Dia... Sekarang dimana?"
Saturnus tersenyum miris, "Entahlah, mungkin saat ini bicth itu sedang bersenang-senang dengan para prianya"
"Hah?!"
Saturnus berdiri, kemudian cowok itu berjalan keluar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis VS Ketua Kelas
Teen FictionPart awal emang singkat-singkat. Tp baca aja dulu lah😂 ** Bunga sangat membenci Saturnus, ketua Osisnya. Pasalnya, sejak Saturnus pindah ke kelasnya, cowok itu selalu saja mendapat perhatian lebih dari guru-guru. Murid di kelasnya pun lebih takut k...