"Ma! Aduh! Sakit ma!" Lili menangis merasakan kakinya begitu perih akibat sapu lidi yang hantamkan Regina ke arahnya. Ia menangis meminta mamanya agar berhenti.
"Ma aduh!"
Regina mengepalkan sebelah tangannya kuat-kuat, ia melakukan ini semua demi Lili. Tangannya tak henti memukuli telapak tangan dan kaki putrinya itu.
Disebelah sana Morgan menatap istri dan anak tirinya sambil menyilangkan kedua tangan di dada. Ia tersenyum puas melihat gadis cilik itu yang terlihat sangat tersiksa. Setelah hampir lima menit menonton, ia pun segera pergi dari situ karena banyak hal yang harus ia urus.
Deru mobil terdengar dan perlahan menghilang, menandakan Morgan sudah pergi jauh dari rumah ini. Regina seketika terduduk lemas, ia dengan cepat menyeka air yang menggenang di pelupuk matanya agar tidak terlihat oleh putrinya.
Kepala pelayan di rumah itu segera berlari menghampiri Lili, Regina memberi isyarat agar membawa Lili ke kamar untuk di obati. Kepala pelayan itu mengangguk mematuhi perintah atasannya.
Air mata kembali mengucur deras membasahi pipi Regina. Ia memegang dadanya yang terasa sakit, sungguh perih.
Nilai ulangan matematika Lili tidak mendapat nilai tertinggi, ia hanya mendapat nila 95 saja. Hal itu membuat Morgan murka, ini kesempatan yang bagus buat menghukum anak tiri yang sangat di bencinya itu. Well Morgan memang begitu membenci Lili dikarenakan Lili bukan darah dagingnya, melainkan milik pria lain. Alhasil, Morgan yang bersiap-siap akan memukul Lili menggunakan sapu lidi dihentikan Regina, ia memaksa agar dirinya saja yang menghukum putrinya. Beruntung Morgan menyetujui, Regina tidak bisa membayangkan pukulan yang akan di terima Lili pasti dua kali lipat sakitnya jika Morgan yang memukul.
Setiap pukulan yang mengenai badan Lili, serasa ikut melukai dirinya. Hati Regina tercabik-cabik, ia tidak bisa melakukan apapun untuk kesayangannya itu.
📝
Lili menatap mamanya yang tengah fokus menyetir di sampingnya. Ia merasa heran dengan perubahan sikap mamanya, kadang-kadang marah dan kadang-kadang begitu baik terhadapnya. Seperti saat ini.
Lili tidak mengerti mengapa mama memarahinya sepulang sekolah tadi, bahkan sampai memukulnya. Dan malam harinya tiba-tiba saja mamanya mengajaknya pergi melihat pesta kembang api.
"Ma! Itu kak Bunga!" Seru Lili antusias. Ia tak sengaja melihat keluar jendela dan mendapati Bunga yang tengah berdiri di depan kasir bersama seorang lelaki tinggi di sampingnya. Regina pun segera menyetop mobilnya, ia tahu betul putrinya itu begitu merindukan Bunga.
Mereka pun segera keluar dari mobil, bertepatan dengan Bunga dan lelaki itu keluar dari minimarket.
Tubuh Regina seketika membeku. Lidahnya kelu, pikirannya berkecamuk tak menentu. Ujung matanya perlahan mulai digenangi air. Perasaan wanita paruh baya itu sangat tak menentu.
"Saturnus.." lirihnya tertahan.
Sama halnya dengan Regina, Saturnus pun memandang diam dengan sorot mata yang tak bisa di jelaskan. Bunga yang berada di sampingnya tak jauh beda.
Lili seakan paham suasana. Ia hanya memandang tak mengerti tanpa banyak bertanya. Niatnya untuk bersorak memanggil Bunga pun tertahan begitu saja. Ia seolah dapat merasakan ada ketegangan di antara makhluk-makhluk ini.
Setelah berhasil menguasai dirinya, Saturnus membungkukkan badan, memungut barang-barang yang terjatuh tadi. Bunga pun seketika ikut tersadar dan membantu Saturnus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis VS Ketua Kelas
Teen FictionPart awal emang singkat-singkat. Tp baca aja dulu lah😂 ** Bunga sangat membenci Saturnus, ketua Osisnya. Pasalnya, sejak Saturnus pindah ke kelasnya, cowok itu selalu saja mendapat perhatian lebih dari guru-guru. Murid di kelasnya pun lebih takut k...