Part 31

9.4K 549 26
                                    

Suara sepatu yang di timbulkan Saturnus membuat aktifitas di ruang makan terhenti. Wanita paruh baya yang ada di sana segera mengoleskan roti yang ada di hadapannya dengan selai coklat kesukaan cowok itu, wanita itupun lantas berdiri dan mendekati anak tirinya itu dengan roti yang baru saja di siapkannya. Tak lupa senyuman ramah tergambar di wajah cantiknya.

"Saturnus" panggil Dea pelan, ia menyodorkan roti tersebut ke arah Saturnus. "Ini makan, supaya kamu nggak lapar nanti di sekolah"

Saturnus mengabaikan seperti biasanya. Namun Dea yang sudah kebal akan sikap Saturnus pun memaksa agar cowok itu mau menerimanya.

Saturnus menatap datar Andre yang berdiri juga menatapnya dan Ronald yang berada di meja makan, terus asyik dengan ponselnya seolah-olah menganggap Saturnus tidak ada di sana. Saturnus menghembuskan napas kasar, ia menoleh kembali ke arah Dea yang masih menyodorkan roti dengan tatapan memelas, namun Saturnus sama sekali tidak merasa iba, ia mengambil roti tersebut dan langsung membuangnya ke bak sampah yang ada di sana.

Dea tidak terlalu kaget, hal ini sering terjadi.

Saturnus pun berjalan ke luar rumah sambil meredakan emosinya yang masih membara.

📝

Berulang kali Bunga melirik Saturnus yang ada di meja sebelahnya, cowok itu tampak asyik mengetuk-ngetukkan pensil yang ada di tangan ke atas meja. Tatapannya kosong ke depan menandakan ia sedang melamun entah apa.

"Saturnus" suara bariton bu Dona membuat pusat perhatian, kebetulan bu Dona yang mempunyai giliran mengawas hari ini. Semua orang yang ada di ruangan seketika menoleh ke bangku cowok itu. Tampak Fadli yang duduk di samping Saturnus menyenggol lengan cowok itu membuatnya seketika tersadar.

"Iya bu?" tanya Saturnus sedikit terkejut melihat seluruh tatapan mata terarah kepadanya.

"Sudah jadi?" tanya Bu Dona "Kamu melamunin apa? Doi gak ngirim kabar? Ditinggal married?"

Saturnus tersenyum singkat, hampir tidak kelihatan. Ia berdiri dan berjalan menuju meja guru kemudian meletakkan lembar jawabannya di sana.

Bunga mengerjap pelan, ia melirik lembar jawabannya, lagi dua soal yang belum ia jawab. Sebodoamat, ia asal mencoret, setelah terlebih dulu memilih menggunakan tekhnik 'cap cip cup' dan mengumpulkannya segera kemudian menyusul Saturnus keluar.

Bunga menengokkan kepala ke kanan kiri, dan tak menemukan Saturnus dimana pun, hanya ada beberapa murid yang kelewatan pintar yang sudah menyelesaikan ulangan yang ada disini.

Bunga melangkahkan kakinya asal-asalanya, matanya memicing melihat cowok yang dicarinya sedang menaiki tangga menuju roftoop.

"Saturnus!"

Saturnus menghentikan langkah, ia menoleh ke arah Bunga yang berlari menuju ke arahnya. Ia pun melanjutkan langkahnya lagi.

Bunga sedikit terengah, akhirnya ia sampai, ia menatap kesal ketua osisnya itu yang berdiri di pinggir pembatas roftoop.

"Kenapa?" tanya Saturnus tanpa menoleh sedikitpun. Tatapannya lurus kedepan, Bunga jelas tau ada hal yang menganggu pikiran Saturnus.

"Apanya?" Bunga balik bertanya.

"Lo mau nanya sesuatu kan? Sedari tadi lo natap gue mulu"

Sedari tadi? Kening Bunga mengkerut. Berarti Saturnus menyadari Bunga melirik-liriknya tadi selama di kelas?

"Ah. Lo ngumpulin lembar jawaban kosong?" entah kenapa pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibir mungil Bunga.

Saturnus menggeleng pelan. "Semuanya udah gue jawab"

Ketua Osis VS Ketua KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang