"Mama! Lihat!" bocah berusia 10 tahun itu tersenyum riang memamerkan pesawat yang terbuat dari kertas yang di buatnya tadi di sekolah. Ia dengan bangganya menunjukkan pesawat mainan tersebut.
"Unchh, anak mama pinter banget deh" ucap Regina menarik-narik lembut pipi gembil putranya. Ia ikut tersenyum melihat Saturnus yang begitu bahagia.
"Nanti, Saturnus bakalan buatin satu buat dedek bayi. Buat hadiahnya" ucap Saturnus menatap mamanya, kemudian beralih ke perut mamanya yang besar. "Boleh kan ma?"
Regina membelai lembut puncak kepala Saturnus, ia mengangguk berulang kali membuat Saturnus meloncat bahagia. Ronald, sang papa yang baru saja datang langsung mengangkat Saturnus ke pelukannya.
"Ini anak papa kenapa bahagia banget sih?" ucapnya mencium pipi gembil Saturnus. "Ceritain papa dong"
Saturnus tertawa, ia mulai bercerita dengan semangatnya, menceritakan bagaimana ia di ajari membuat beraneka mainan dari kerta origami oleh gurunya, sekaligus tentang mamanya yang mengizinkannya membuat hadiah buat calon adiknya.
Senyum Ronald semakin melebar, begitu pula Regina. Pria itu membungkuk, menurunkan putranya dari gendongan, dan beralih ke arah perut Regina.
"Adik dengar kan? Nanti kakak Saturnus mau buatin adik hadiah" Ronald berucap menirukan suara Saturnus. "Jadi, adik harus sehat-sehat saja disana" ia membelai lembut perut Regina.
Saturnus ikut membelai perut Regina. "Iya, adik harus cepet keluar dari sana biar kita bisa main bareng." ia kembali menatap Regina. "Adik laki-laki atau perempuan ma?"
Ronald yang menjawab. "Maunya kakak apa?"
"Saturnus maunya perempuan"
"Kenapa nggak laki-laki aja? Biar bisa kakak ajak main bola" tanya Ronald lagi.
Saturnus menggeleng cepat. "Saturnus pengen punya adik perempuan biar bisa Saturnus jagain"
Regina terkekeh, "Iya, semoga aja adiknya kakak perempuan ya?"
"Amiin" ucap semuanya serentak.
Saturnus kemudian menatap mamanya yang begitu cantik dimatanya. Apalagi dengan balutan hijab merah maroon tersebut, membuat mamanya tampak sempurna.
"Kakak sayang sekali sama mama. Saturnus sayang sama mama" ucapnya pelan. Entah kenapa kata itu meluncur begitu saja dari bibir mungilnya.
"Kakak gak sayang papa?" tanya Ronald pura-pura cemberut. Saturnus terkekeh. "Saturnus juga sayang sama papa, sayang sama adik" bocah itu kemudian meraih tangan sang papa dan menyatukannya dengan tangan mamanya.
"Mama sama papa, jangan pisah ya. Jangan tinggalin Saturnus." lirih Saturnus pelan.
Regina membelai lembut pipi putranya itu. "Kenapa ngomong seperti itu?"
"Tadi Andi cerita. Katanya mama dan papanya pisah, terus dia mau di kirim ke rumah neneknya di jauh" mata Saturnus berkaca-kaca. "Saturnus takut"
Ronald yang melihat anaknya akan segera menangis, memeluknya dengan erat. "Mama sama papa gak akan pisah, tenang saja"
"Saturnus takut.."
"Nggak sayang, mama dan papa akan selalu temenin kamu dan adik" Regina menatap sayang anaknya. "Mama janji"
Ronald mengangguk menyetujui. "Papa dan mama janji."
"Janji?" tanya Saturnus mengacungkan kelingkingnya.
Ronald mengaitkan kelingkingnya di kelingking mungil putranya. "Janji"
Saturnus mengusap matanya, ia memeluk erat Regina dan Ronald. Berharap apa yang di takutkannya tidak menjadi kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis VS Ketua Kelas
Teen FictionPart awal emang singkat-singkat. Tp baca aja dulu lah😂 ** Bunga sangat membenci Saturnus, ketua Osisnya. Pasalnya, sejak Saturnus pindah ke kelasnya, cowok itu selalu saja mendapat perhatian lebih dari guru-guru. Murid di kelasnya pun lebih takut k...