23 :: Iqbaal-Zidny

10.4K 1.1K 13
                                    

Iqbaal telah usai membereskan barangnya untuk shooting besok. Semua barang juga sudah masuk ke dalam mobil. Karena semua urusan sudah selesai, Iqbaal dapat bersantai dengan tiduran di sofa sambil bermain ponsel.

"Iqbaal, barangnya udah di-packing?" Rike muncul dari arah dapur, memakai baju rumahan seperti biasa. Iqbaal mengangguk. "Jangan ada yang ketinggalan. Bunda nggak rela pergi ke Bandung karena nganterin barang kamu yang ketinggalan."

"Iya, Bunda."

Rike berlalu menuju kamarnya. Iqbaal kembali fokus pada ponselnya. Namun hal itu tak berlangsung lama, karena seseorang tiba-tiba datang dan duduk di atas karpet dekat dengan sofa yang sedang Iqbaal tiduri.

"Apaan tuh, Teh?" Iqbaal mendekatkan wajahnya ke laptop Ody. "Laporan pekerjaan?"

"Semacam itulah," jawab Ody. "Eh Le, cewek yang ada di ig kamu itu siapa?"

"(Namakamu) maksudnya?" Iqbaal menoleh ke arah kakaknya yang masih setia memandang laptop. "Dia fans aku, sekarang udah jadi temen. Kenapa emangnya?"

"Ooh," Ody manggut-manggut. "Cantik. Teteh lihat foto-foto di Instagram dia. Anaknya photogenic, kelihatan ramah juga."

"Emang dia begitu."

"Le, Teteh mau nanya, tapi kamu harus jawab. Nggak boleh bohong!" Ody menaruh laptopnya di atas meja, kemudian berbalik dan menghadap Iqbaal sepenuhnya. "Kamu sama Zidny itu putus atau enggak, sih?"

Iqbaal tertegun. Setelah diam selama sepuluh detik, laki-laki itu mengembuskan napasnya pelan. Lalu, Ia mengangkat kedua bahunya. "Enggak tahu."

"Kok nggak tahu?"

"Karena kata putus nggak pernah keluar dari mulut kita berdua," Iqbaal terdiam sejenak. "Ale terlalu larut sama kegiatan di sana. Sering lupa ngabarin. Sampai nggak sadar, kalau hampir sebulan Ale nggak pernah chat dia sama sekali."

Ody diam, menunggu Iqbaal untuk menyelesaikan curhatannya.

"Setelah itu, Ale bener-bener menghilang dari dia. Masalah Ale yang delete account line, itu semua berhubungan sama Zidny. Ale menjauh gitu aja, tanpa alasan."

Ody menghela napas. "Ale udah bosen atau gimana? Nggak mungkin Ale nggak punya alasan, 'kan?"

"I think, she deserve a better boyfriend than me. I'm not as good as she think."

"Then talk to her." Ody membalas sambil tersenyum kecil. "Kamu harus jujur sama Zidny, jangan sakitin dia kayak gini."

Iqbaal terdiam, otaknya masih berusaha mencerna semua ucapan Ody.

***

(Namakamu) mengalungkan sling bagnya sambil menuruni tangga. Alisnya bertaut saat mendengar suara orang yang sedang mengobrol di ruang tamu. Ketika sudah menginjakkan kaki di ruang tamu, sontak kedua matanya membulat.

"Iqbaal, kamu kok udah di sini?"

Iqbaal menoleh dan terkekeh kecil melihat ekspresi terkejut dari (Namakamu). Ia kembali menoleh untuk menatap Firman. "Jadi gimana, Oom? Boleh?"

"Boleh, boleh," jawab Firman. "Jagain anak Om ya, Baal. Dia suka rese kalau perjalanan jauh. Bawel banget."

"Papi ...," Rengek (namakamu) yang kini menekuk bibirnya. "Jangan suka ngejelekkin anaknya sendiri, dong."

Firman terkekeh. "Udah cepet berangkat. Keburu macet nanti."

"Iya.. iya.." (namakamu) menyalimi Firman. Ia sempat bertanya tentang keberadaan Dina, tapi kata Firman, Dina sedang pergi ke supermarket.

Iqbaal dan (Namakamu) memasuki mobil. Kemudian, mobil itu sudah melesat pergi dari perumahan (namakamu) dan menuju jalan tol.

"Nanti di sana kamu sekalian nunggu aku shooting nggak pa-pa, 'kan?" Iqbaal bertanya tiba-tiba. (Namakamu) mengangguk, lalu melanjutkan bermain ponsel. Fokusnya kembali pecah saat Iqbaal mengetukkan ujung sepatunya dengan sepatu (namakamu). "Doyan banget sih, niruin aku."

(Namakamu) memutar bola matanya. "Ini sepatu kesukaan aku!" Dengusnya. Ya, lagi-lagi mereka memakai sepatu yang sama: vans old skool.

"Iya, iya, nggak usah sewot."

"Siapa yang sewot?!"

"Itu kamu tadi—"

"Aku nggak sewot!" Potong (namakamu) cepat. Iqbaal mengerjap, lalu terkekeh. Memilih mengalah daripada meladeni (namakamu) yang sepertinya sedang PMS.

***

a/n; wah (Namakamu) nya kalau lagi PMS serem ya! Kayak maung!

Bersenyawa [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang