25 :: genggaman tangan

11.4K 1.1K 30
                                    

Iqbaal mengusap wajahnya yang basah dengan handuk. Ia memakai kaca matanya sambil berjalan masuk ke aula ruang istirahat. Saat mendekati tempatnya, Iqbaal terkekeh kecil. Di kursinya, (namakamu) sedang terlelap dengan kedua telinga yang disumbat oleh earphone. Pasti (namakamu) ketiduran karena bosan menunggunya selesai shooting.

Iqbaal melihat jam dinding, sekarang hampir masuk pukul tiga siang. Masih ada banyak waktu untuk membawa (namakamu) berjalan-jalan. Iqbaal membereskan semua perlengkapannya. Setelah dirasa sudah tidak ada yang tertinggal, Iqbaal membungkukkan badannya. Menyejajarkan wajahnya dengan wajah (namakamu). Bibir Iqbaal menyungging senyum tipis.

"Hey, (namakamu), wake up." Iqbaal menepuk kedua pipi gadis itu pelan agar nanti (namakamu) tidak terkejut dari tidurnya. "(Namakamu).."

Gadis itu menggeliat, mengucek kedua matanya yang sedang berusaha memfokuskan pandangannya. Dan yang pertama Ia lihat adalah: wajah tampan seorang Iqbaal. (Namakamu) mengerjap.

Iqbaal tersenyum kecil. "Kamu bosen nunggu, ya?"

(Namakamu) menggeleng kaku. Ia melepas earphone yang masih menempel di telinganya, lalu mencabut kabel itu dari bagian bawah ponselnya.

Iqbaal menegakkan punggungnya, kemudian duduk di sebelah kanan (namakamu). Laki-laki ini sudah berganti pakaian dengan kaos berwarna merah maroon dan jeans hitam. (Namakamu) menguap. Kantuknya belum sepenuhnya hilang.

"Kamu nggak capek habis shooting langsung jalan-jalan?" Tanya (Namakamu) heran. "Aku aja yang nungguin ngantuk."

Iqbaal terkekeh, menarik kepala (namakamu) agar bersandar di bahunya. "Kalau masih ngantuk, nggak pa-pa. Tidur aja lagi. Nanti aku bangunin."

"Udah nggak ngantuk, kok," (namakamu) menarik kepalanya. Iqbaal mengangkat sebelah alisnya, mempertanyakan kembali. "Serius, deh! Suer!" (Namakamu) menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Yaudah, ayo kita—"

"Eh eh eh!" Salah seorang kru bernama Agung tiba-tiba menghampiri mereka. Mencegah keduanya yang ingin beranjak. "Gua baru beli kamera baru, numpang test ke lo berdua ya!"

Iqbaal menyatukan kedua alisnya. "Ke yang lain aja."

"Eh, gua nggak nerima penolakan." Agung mengarahkan kamera barunya ke arah kedua orang di hadapannya.

(Namakamu) tersenyum manis dan melirik Iqbaal. Iqbaal hanya tersenyum kecil tanda kelelahan.

Cekrek!

"Satu kali lagi!"

(Namakamu) menarik pipi kiri Iqbaal. "Ayo, senyuum!" Namun yang ada, Iqbaal sama sekali tidak tersenyum.

Cekrek!

"Wih, cakep nih," Agung berdecak kagum dengan hasil jepretannya. "Nanti gua kirim ke lo, Baal."

Iqbaal bergumam tidak jelas kemudian beranjak. Mengulurkan tangannya yang langsung diterima oleh (namakamu). Gadis itu mengira bahwa setelah itu Iqbaal akan melepaskan tangannya, tapi laki-laki itu justru menelusupkan jemarinya ke sela-sela jemari (namakamu).

Mereka kemudian bergenggaman tangan.

Iqbaal menarik (namakamu) keluar dari ruangan setelah pamit kepada beberapa orang yang masih ada di dalam ruangan. (Namakamu) menunduk, menatap genggaman tangan mereka. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas.

"Eeh!" (Namakamu) tersentak saat kepalanya tiba-tiba dipaksa bersandar ke bahu tegap Iqbaal. Ia menoleh, mendapati Iqbaal yang hanya cengar-cengir tidak jelas. "Ngapain? Kaget, tahu!"

"Kamu kelihatan masih ngantuk," jawab Iqbaal singkat. (Namakamu) mendengus dan menggeleng. Keduanya sudah sampai di depan mobil Iqbaal. Iqbaal membukakan pintu mobil, mempersilahkan (namakamu) untuk masuk terlebih dahulu. Baru setelah itu, dirinya masuk ke dalam mobil.

Iqbaal mengatakan suatu tempat kepada supir, tempat yang tidak (namakamu) ketahui. Gadis ini 'kan benar-benar tidak tahu-menahu tentang Kota Bandung. "(Namakamu), aku tidur, ya."

(Namakamu) menoleh dan mengangguk. Membiarkan Iqbaal yang kini sudah memasang bantal leher dan mulai memejamkan mata. Sekarang (Namakamu) mengerti, waktu istirahat bagi Iqbaal selain di rumah adalah saat menunggu take, di dalam mobil, di dalam pesawat, atau di tempat yang dapat memberinya waktu untuk tidur.

Selang lima belas menit kemudian, mobil berhenti di salah satu Café mungil yang cukup ramai pembeli. (Namakamu) mencoba membangunkan Iqbaal pelan-pelan. Saat sudah bangun, Iqbaal menyuruh (namakamu) untuk masuk terlebih dahulu. (Namakamu) mengiyakan, lalu Ia masuk ke dalam Café sendiri.

Karena bingung ingin memesan apa, (namakamu) akhirnya menunggu Iqbaal yang baru datang lima menit kemudian. Wajah laki-laki itu tampak lebih segar dibanding saat selesai shooting. Kini Ia memakai denim jacket sebagai luaran kaosnya. Saat Iqbaal sudah duduk di sampingnya, (namakamu) terkekeh.

"Apa yang lucu?" Tanya Iqbaal heran.

"Kamu, kamu yang lucu," Tangan (namakamu) terangkat untuk merapihkan rambut Iqbaal yang berantakan. Ia hanya merapihkan sedikit, karena rambut itu masih terlihat sama dengan sebelumnya. "Rambut kamu berantakan. Tapi lucu buat aku."

Iqbaal geleng-geleng. Ia memanggil pelayan dan menyebut pesanannya tanpa melihat menu. (Namakamu) dapat menduga jika Iqbaal sudah sering ke sini. Laki-laki itu bahkan sampai ingat menu Café ini.

Iqbaal menyenderkan tubuhnya dan kembali memejamkan mata. (Namakamu) sudah bilang, 'kan, Iqbaal akan tidur di mana saja yang penting nyaman?

Tidur Iqbaal terhenti karena pesanan mereka yang sudah sampai. "Aku kalau ke sini, selalu pesen sandwich. Kamu harus coba. Enak banget, deh!" Setelah mengatakan itu, Iqbaal langsung membuka bungkus sandwich dan menggigitnya dengan satu gigitan penuh.

(Namakamu) mengulum senyum tipis. Ia mengambil ponselnya dan membuka kamera. "Iqbaal, lihat sini!" Iqbaal menengadah, melihat (namakamu) yang sedang mengarahkan kamera belakang ponsel gadis itu ke arahnya. Iqbaal menjulurkan lidahnya.

(Namakamu) tertawa melihat hasil foto Iqbaal barusan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Namakamu) tertawa melihat hasil foto Iqbaal barusan. "Rambutnya lucu. Orangnya enggak." Iqbaal merengut dan menekuk bibirnya. (Namakamu) tertawa semakin keras sampai matanya menyipit. Iqbaal yang ditertawakan bukannya semakin merajuk, malah tersenyum tipis saat mendengar tawa milik (Namakamu).

***

a/n; part terpanjang: 820 words!

Bersenyawa [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang