24 :: Mileanya Iqqi?

10.4K 1.1K 14
                                    

(Namakamu) duduk dengan kaku. Bagaimana tidak? Sekarang Ia sudah berada di lokasi shooting film Dilan. Beberapa pemain sedang berkumpul jadi satu di ruang yang cukup luas ini. (Namakamu) bisa melihat Vanesha, Omar, Zulfa, Gusti, dan Yoriko. Iqbaal pergi sebentar untuk berganti baju menjadi seragam SMA.

Saat Iqbaal datang bersamanya, beberapa pasang mata sempat menatapnya dengan alis yang menyatu. Seolah bertanya, lo siapa? Kok bareng Iqbaal?, lewat tatapan mata mereka.

"Gue nyuruh dia nemenin gue. Soalnya kita habis shooting mau jalan keliling Bandung," Jelas Iqbaal saat salah seorang kru bertanya tentang gadis yang berdiri di sebelahnya. Iqbaal sempat berpesan, "kamu nggak usah takut di sini. Mereka semua baik, percaya deh."

Hampir satu setengah jam (namakamu) menunggu sampai bosan. Akhirnya Ia mengambil langkah untuk mengelilingi tempat ini. Namun langkahnya terhenti saat lorong yang Ia tapaki ini ternyata sedang dipakai sebagai lokasi shooting.

Iqbaal tampak bersandar pada dinding, tangan kanan tertekuk di pinggangnya. Vanesha berdiri di hadapan Iqbaal dengan senyuman. Samar-samar (namakamu) bisa mendengar dialog keduanya.

"Ikuti mauku," kata Vanesha.

"Memang apa maumu?"

"Jangan ikut belajar di kelasku!" Vanesha menggoyangkan jari telunjuknya. Iqbaal tertawa.

"Oke, kalau begitu," jawab Iqbaal. Seorang wanita dengan seragam guru on frame. Saat wanita itu ingin masuk ke dalam kelas Vanesha, Iqbaal menyapanya. "Bu, boleh ikut belajar di kelas Ibu?"

Guru itu mengerutkan alisnya. "Heh? Kamu, 'kan, punya jadwal sendiri," jawab guru itu. "Ayo, pada masuk! Sudah bel."

"Siap, grak!" (Namakamu) terkekeh saat Iqbaal menegakkan badannya, lalu tangan laki-laki itu ditempel di jidatnya. Seperti hormat kepada bendera atau presiden. Setelah itu, Iqbaal pergi. Vanesha melirik Iqbaal sebentar lalu masuk ke dalam kelas.

"Cut!"

Bola mata (namakamu) kini mengarah pada kru yang sedang melihat hasil scene barusan di monitor.

"Bosen, ya?" (Namakamu) terkesiap saat Iqbaal berdiri di sebelahnya tiba-tiba. Iqbaal tertawa. "Aku baru selesai sekitar satu jam lagi. Nggak apa-apa, 'kan?"

"Nggak pa-pa. Eh, tapi kalau aku keliling boleh, 'kan? Bosen juga nunggu di ruangan tadi." Iqbaal mengangguk memberi ijin. Seorang pria mendekat ke arah mereka berdua. Kalau tidak salah, pria itu adalah Pidi Baiq, penulis novel Dilan. (Kata orang-orang, Pidi Baiq juga merupakan tokoh Dilan yang asli! Tapi semua orang belum bisa berkata bahwa pernyataan itu memang benar adanya)

"Loh, ini siapa? Ayah baru lihat ..."

Iqbaal nyengir. "Ini (Namakamu), Yah. Teman Iqbaal."

Pidi mengulurkan tangannya untuk dijabat. "Saya Pidi Baiq. Panggil saja Ayah Pidi."

"(Namakamu), Yah,"

"Omar!" Pidi mengibas-ngibaskan tangannya, menyuruh Omar untuk mendatanginya.

Omar datang lalu bertanya, "Kenapa, Yah?"

Pidi merangkul Omar. "Enggak, Ayah cuman mau bilang," Pidi diam sejenak. Matanya melirik ke arah Iqbaal dan (Namakamu) bergantian. "Kawanmu itu pintar sekali mencari teman yang cantik! Kamu? Ayah saja nggak tahu apa kamu punya teman perempuan atau tidak!"

"Punya lah, Yah! Di UWC dulu, teman perempuanku itu banyak! Iya, 'kan, Baal?" Jawab dan tanya Omar. Iqbaal mengangguk saja sambil terkekeh. "Ooh, jadi Iqqi sudah punya Milea-nya?"

"Apa, sih?" Kata Iqbaal jengkel.

Omar dan Pidi terkikik. "Sudah, mengaku sajaa! Tuh lihat, pipi Iqbaal merona ungu!" Kata Pidi sambil menunjuk-nunjuk Iqbaal.

Iqbaal mengelus kedua pipinya, sesaat kemudian Ia mendengus. "Sejak kapan warna rona di pipi berubah jadi ungu? Memangnya aku habis dikeroyok orang?!"

"Iqqi ketahuan salah tingkah," Omar tertawa keras. "Udah, Yah, kita tinggal aja. Tuh lihat, telinga Iqbaal udah keluar asap. Bisa-bisa kita diseruduk sama dia."

"Maksudnya apa? Emangnya gue banteng?!" Kata Iqbaal tidak terima. "Aing téh maung!"

"Terserah, ya!" Omar mendengus, lalu mengajak Pidi pergi dari hadapan Iqbaal dan (Namakamu). "Ayo, pergi, Yah!"

"Sana pergi! Hus hus." Usir Iqbaal. Kedua orang yang menjengkelkan itu pergi dari hadapan Iqbaal. Iqbaal menggaruk tengkuknya, entah kenapa Ia berubah gugup. "Maafin mereka, ya, suka nggak jelas emang."

(Namakamu) hanya membalas dengan gumaman pelan.

"Iqbaal, ayo, ke-scene berikutnya!"

Iqbaal berseru iya sambil mengangkat jempolnya. "Aku pergi dulu," pamit Iqbaal. Tangannya secara otomatis terangkat untuk mengacak pelan rambut (namakamu) yang tergerai rapih.

"Iqbaal!" (Namakamu) mendengus saat Iqbaal berlari meninggalkannya. (Namakamu) merapihkan rambutnya, Ia kesal, namun bibirnya tetap mengulas senyum manis.

***

a/n; scene Dilan tadi aku ambil dari novel. Jadi jangan berpikir kalau itu akan benar-benar ada di film. Soalnya aku juga nggak tahu, hehe.. (Aku 'kan bukan peramal hebat seperti Dilan!)

Btw, aku kasih boom part! Karena minggu depan (lagi-lagi) nggak bisa update dengan lancar :( Alasannya? Hp ku rusak. Hehe.

Btw (2), Bersenyawa hampir dibaca oleh 19.000 orang!😭😭 Terimakasih semuanyaaa!! Much love❤️❤️

Bersenyawa [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang