46 :: nikmatilah lara

10.5K 1K 93
                                    

REPOST KARENA ERROR!
[putar lagu di mulmed berulang-ulang ya]

***

Iqbaal berjalan santai ke dalam starbucks Kota Kasablanka. Laki-laki itu langsung duduk di hadapan seorang gadis yang sedang menekuk wajahnya sambil memandangi ponsel milik gadis itu. Iqbaal meminum vanila frappucino nya sambil terus mengamati gadis di hadapannya.

"Heh," Iqbaal menendang kaki gadis di hadapannya pelan. "Serius banget, sih?"

Gadis itu menaruh ponselnya di atas meja, lalu langsung ikut menyedot minuman miliknya yang sama dengan milik Iqbaal. "Kamu main film Teman Tapi Menikah, Baal?"

Iqbaal mengangkat sebelah alisnya. "Oh ... iya, tapi peran aku nggak penting banget, kok. Cuma—"

"Tapi yang digosipin malah kamu sama Vanesha, sih?" Gerutu gadis itu kesal seraya mendengus. "Dilan Milea 'kan udah selesai dari kapan tahu. Lagian, Vanesha lawan mainnya Adipati, bukan kamu. Kenapa tetep kamu sama dia yang digosipin?!"

Iqbaal terkekeh. "Cemburu mah cemburu aja, (Namakamu)ku sayang."

Gadis itu mencebik kesal.

"Mereka itu haus akan gosip. Biarin aja. Kamu makanya jadi artis. Kalau digosipinnya sama kamu terus, aku sih rela." Tambah Iqbaal lagi.

"Nggak mau jadi artis, kebanyakan setting-an," ujar (Namakamu) penuh penekanan dalam setiap kata. Ucapannya ini sebenarnya sarkasme untuk Iqbaal yang sangat sering dikabarkan dekat dengan semua perempuan. "Pacar nomor dua. Nomor satunya tenar dulu. Iya, nggak?"

Iqbaal menaruh minumannya, lalu memandang (Namakamu) lekat. "Apa harus aku bahas soal resiko-menjadi-seorang-artis? Aku rasa kamu udah cukup ngerti soal ini."

"Nggak, aku nggak ngerti!" Balas (Namakamu) kesal. "Udah, ah, aku mau jalan sendiri." (Namakamu) bergegas berdiri lalu berjalan mendahului Iqbaal.

Iqbaal berdecak kesal, ia mengikuti (Namakamu) yang berjalan cukup cepat. Untungnya kaki Iqbaal cukup lebar dalam tiap langkahnya, jadi (Namakamu) takkan tertinggal.

"Ini masalah yang udah sering banget kita lewatin, loh? Masa kamu marah sampai segininya sih, (Namakamu)?" Iqbaal terus saja berbicara meski (Namakamu) hanya memandang lurus ke depan sambil sesekali menyesap minumannya. "(Nam..), kamu harusnya ngerti aku. Kamu—"

"Dan kamu harusnya ngerti aku!" (Namakamu) tiba-tiba berhenti melangkah dan langsung berseru seraya menghadap Iqbaal. "Aku capek selalu ngerti kamu, sedangkan kamu sama sekali nggak ada upaya untuk cari tahu apa mau aku!"

Iqbaal hampir saja meremas starbucks yang ia pegang jika Iqbaal tak ingat bahwa minuman itu masih tersisa banyak. "Aku minta maaf. Sekarang kita—"

"Maaf aja terus sampai kamu beneran jadian sama Vanesha!" (Namakamu) berbalik arah meninggalkan Iqbaal, langkahnya terkesan berlari. Di depan lift, (Namakamu) segera menekan tombol turun, dan untungnya lift itu langsung terbuka. Malangnya, lift itu turun tepat ketika Iqbaal sampai.

"Shit!" Umpat Iqbaal seraya terus menekan tombol turun pada lift. Begitu pintu lift terbuka dan kosong, Iqbaal langsung mengarahkan lift itu ke lantai dasar. Iqbaal mengacak rambutnya gemas saat (Namakamu) benar-benar tak terlihat di matanya. Ini masalah sepele! Kenapa marahnya (Namakamu) segini banget?, batin Iqbaal tak habis pikir.

Bersenyawa [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang