47 :: ungkapan terima kasih

11.9K 1.1K 95
                                    

"LULUUUS!!"

Sorakan bahagia tak henti terdengar dari tempat itu. Puluhan bahkan ratusan orang sedang menikmati masa-masa bahagia mereka. Setelah tiga tahun melewati masa yang indah nan suram, kini mereka dapat melepas semua beban itu. Tapi ... mereka juga tetap harus mengucapkan selamat datang untuk beban baru yang pasti akan lebih berat: kuliah.

(Namakamu) tersenyum lebar dengan banyaknya medali yang berkalung di lehernya. Dua piala juga ada dalam pelukan tangannya. Peraih nilai terbaik di sekolahnya, serta nilai Matematika terbaik di sekolahnya pula. (Namakamu) sempat terkejut karena hal ini benar-benar di luar dugaannya. Gadis yang dibalut kebaya berwarna hitam itu tak bisa menahan tangis saat memeluk kedua orang tuanya.

Beberapa orang mulai ikut memberi (Namakamu) selamat disertai dengan bunga yang cantik. (Namakamu) benar-benar bahagia, terlebih saat melihat seseorang itu yang juga membawakan bunga untuknya. Laki-laki berkemeja putih yang rambutnya kini dibuat rapih, tidak seperti biasanya yang acak.

"Congraduation!" Seru laki-laki itu sambil menyerahkan bunga yang dari tadi Ia bawa. "Medali kamu banyak banget? Wah, pacarku ternyata pinter ya!"

(Namakamu) terkekeh, ia membalas, "pacarku juga hebat. Buktinya berhasil masuk UI!"

Iqbaal memeluk (Namakamu) erat.
Satu tahun belakangan ini, Iqbaal benar-benar difokuskan dengan tugas kampus. (Namakamu) pun maklum, karena ia sendiri juga sibuk berjuang untuk ujian nasional. Masih dengan posisi memeluk gadisnya, Iqbaal bertanya, "Kamu bener masuk ITB? Nggak ada niat masuk UI gitu?"

(Namakamu) menghela napas. Iqbaal sering sekali bertanya tentang hal ini, padahal laki-laki itu jelas tahu apa jawaban (Namakamu). "Baal, aku dapet jalur undangan ke ITB. Masa aku sia-siain? Lagipula, kamu udah bilang setuju soal ini loh?"

"Iya, sih ... Tapi serius, aku nggak bisa kalau harus nahan rindu terus. Kenapa gedung UI sama ITB nggak sebelahan?" Keluh Iqbaal konyol.

"Kamu sama aja kayak maksa Pak Ridwan Kamil untuk mindahin Bandung jadi ke sebelah Jakarta. Emangnya kamu punya kekuatan super untuk mindahin Bandung?" (Namakamu) melepas pelukan mereka, sadar jika keduanya menjadi pusat perhatian sejak tadi. "Lagian, Bandung 'kan kota kenangannya kamu sama Milea."

"Terus?" Iqbaal mengangkat sebelah alisnya.

"Ya, kamu seneng dong? Jadi bisa sering inget kenangan kamu sama Milea di Bandung."

"Nyindir atau cemburu?" Iqbaal malah tertawa. "Milea aku tuh kamu. Aku nggak mau Milea sebenarnya, cukup Lyta."

"Kayaknya kita harus bikin film judulnya Babul dan Lyta, deh." Kata Iqbaal lagi.

(Namakamu) mencebik. "Isinya apa? Drama diputusin atau drama punya pacar artis?"

"Drama punya pacar ganteng kayak aku doong!" Iqbaal merangkul bahu (Namakamu) sambil terkekeh. "Yuk, pulang sama aku. Papi sama mami udah di mobil dari tadi."

Keduanya pulang dengan mobil milik Iqbaal. Sedangkan kedua orang tua (Namakamu) beserta adik-adiknya pulang menggunakan mobil keluarga. Keadaan jalan sangat padat karena hujan yang datang dengan skala besar. (Namakamu) mendengus bosan seraya menyenderkan punggungnya ke jok mobil. Iqbaal yang melihat kekasihnya mendengus hanya terkekeh lalu menggenggam sebelah tangan (Namakamu).

"Anniversary kita yang ke dua tahun nanti, kamu mau aku kasih apa?" Iqbaal tiba-tiba bertanya tentang hal yang, astaga! Agustus masih tiga bulan lagi!

Bersenyawa [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang