Jakarta terbilang sangat padat malam ini. Semua orang seakan keluar dari rumah masing-masing, untuk menikmati malam pergantian tahun. Iqbaal dan (Namakamu) sendiri sudah siap untuk ikut merayakan tahun baru. Terbukti dari keduanya yang sudah siap berada di dalam ruang konser.
"Konsernya masih satu jam lagi. Aku ambilin makan malem, ya?" Usul Iqbaal.
"Oke." Jawab (Namakamu) singkat. Iqbaal berlalu dari kerumanan yang mulai ramai. Iqbaal membeli tiket termahal, which is, posisi paling depan di konser ini. Posisi mereka cukup strategis. Ada di barisan kedua tengah dari depan. Tak lama, Iqbaal kembali dengan dua box makan malam yang disediakan oleh panitia acara. Tiket konser ini memang sudah termasuk makan malam dan souvenir.
(Namakamu) makan dengan lahap. Matanya tak bisa diam, seluruh sudut ruangan Ia telusuri. Iqbaal hanya tersenyum geli saat menangkap binar mata (Namakamu). Gadisnya benar-benar tak sabar untuk melihat aksi Tulus di panggung nanti.
Tepat ketika makan malam mereka habis, petugas pembersih lewat di hadapan mereka untuk mengambil sampah makanan. (Namakamu) membuka insta story, kemudian memfoto keduanya dari bawah.
(Namakamu) mengetik 'we're ready!' lalu menaruhnya di foto tersebut. Lantas mengirim foto itu ke snapgram-nya. Lima menit setelah itu, pembawa acara mulai menaiki panggung untuk memulai acara. Iqbaal mengalungkan lengannya di leher (Namakamu), sedangkan (Namakamu) menyenderkan tubuhnya pada tubuh Iqbaal. Beberapa penampil tambahan lebih dulu muncul. Usai dua penampil itu memulai acara, suara merdu dari Tulus mulai terdengar—membuat (Namakamu) berteriak kegirangan.
Iqbaal menyubit pipi (namakamu) gemas. Tak ada yang jauh lebih indah, dari bahagia gadisnya. Tubuh (Namakamu) bergerak ke kanan dan kiri, mengikuti irama lagu 1000 Tahun Lamanya.
Iqbaal mengabadikan beberapa pose gadisnya saat sedang tertawa atau tersenyum kagum. Iqbaal terkekeh lalu mengirim foto itu ke snapgram-nya. Tidak peduli dengan tanggapan orang lain. Ia hanya ingin menunjukkan, kalau gadisnya ini begitu cantik! Dan dia hanya satu di dunia, dan sudah menjadi milik Iqbaal seorang.
Tibalah waktu perhitungan mundur ke tahun yang baru. Tangan Iqbaal yang semula bertengger di pundak (Namakamu), beralih menggenggam tangan mungil tersebut dengan erat. (Namakamu) menatap genggaman mereka, juga memandang Iqbaal yang berusaha acuh dan lebih memilih untuk ikut berhitung bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersenyawa [IDR]
Fiksi PenggemarIni adalah kisah tentang (Namakamu) yang sangat menyayangi idolanya, Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan. Kisah ini juga bercerita tentang (namakamu) yang selalu menelan luka pahit, akibat Iqbaal yang tak pernah peduli pada perasaannya. Cinta (Namakamu) bert...