Extra Part 1.0

9.6K 1K 43
                                    

Adakah yang masih menyimpan Bersenyawa di perpustakaan?

Karena cerita ini bermula tanpa prolog, jadi nggak mungkin ada epilog. Maka dari itu, aku akan membuat EP sebagai gantinya :)

lagu yang di mulmed diputer berulang-ulang yaaa!!

***

"Iya, aku lagi ngerjain tugas ... Biasa sama Adam ... Iya, see you soon."

Iqbaal meletakkan ponselnya. Lalu kembali fokus dengan rokoknya.

"Bohong lagi?" Adam bertanya lalu tertawa.

"Cewek gua bisa ngamuk kalau tahu gue ngerokok di belakang dia," Iqbaal mematikan rokok ke-tiganya. "Tapi ngerokok bagi gue tuh kayak, ngelupain semua masalah gue, Dam. Ya, lo ngerti lah!"

Adam mengangguk. "Gue ngerti. Tapi pernah nggak, lo mikir? Kenapa harus rokok yang nenangin lo dari masalah? Sedangkan, lo punya cewek yang bisa bijak dalam memberi saran. Sumpah, gua akuin, cewek lo tuh bijak banget bor."

"Gua nggak mau dia kepikiran sama masalah gua, Dam. Nanti yang ada dia nggak fokus kuliahnya."

"Mendingan mana, daripada dia tahu lo lebih milih rokok? Dia akan jauh lebih senang kalau lo mau berbagi sama dia. Kalau gini, bisa-bisa lo diputusin lagi, boy!"

Iqbaal menghela napasnya gusar. (Namakamu) sudah kuliah di Bandung sejak enam bulan yang lalu. Komunikasi mereka selalu baik. (Namakamu) cukup sering pulang ke Jakarta, begitu juga dengan Iqbaal. Setiap hari, gadisnya itu tak pernah absen dalam bercerita. Seolah tak ingin jika keduanya menyimpan rahasia. (Namakamu) selalu memberi tahu Iqbaal jika ada laki-laki yang mendekatinya. Tapi ... tidak dengan Iqbaal. Laki-laki itu masih sering menyembunyikan rahasianya dari (Namakamu).

"Gini deh, lo sekarang balik ke rumah. Lo pikirin baik-baik ke depannya gimana. Jangan bohong terus, kalau cewek lo akhirnya tahu, bisa gawat." Adam membereskan tasnya. "Gua pulang dulu."

Iqbaal menyahut, "Hati-hati." Selepas kepergian Adam, Iqbaal tak kunjung beranjak dari tempatnya. Laki-laki itu justru menyalakan rokok baru untuk ia hisap. Matanya terpejam saat mulutnya mengembuskan asap. Setelah setahun lebih bebas dari rokok, Iqbaal kembali candu. Semua ini terjadi karena (Namakamu) sudah tidak bisa lagi mengawasinya.

"Ngerjain tugas tuh, kayak gini ya?"

Iqbaal sontak mematikan rokoknya lalu menoleh ke belakang. Matanya membulat saat melihat (Namakamu) berdiri bersidekap dada tak jauh dari tempatnya. Iqbaal berdiri, berjalan mendekat ke arah (Namakamu), namun gadisnya malah mundur menghindarinya.

"Kamu bau rokok," Ujar (Namakamu).

Iqbaal meremas tangannya gusar. "Aku–tadi–Adam–" Iqbaal memejamkan matanya, lalu kembali menatap (Namakamu) dengan sayu. "Iya, aku bohong."

Tangan (Namakamu) terjatuh lemas ke kanan dan kiri tubuhnya. Kenapa laki-laki itu membohonginya? Padahal (Namakamu) selalu memberi tahu akan rahasianya. Kenapa Iqbaal tidak?

"Udah berapa lama kamu ngerokok lagi?"

"Dua—bulan ...,"

(Namakamu) terkekeh. "Jadi, udah dua bulan kamu bohongin aku?"

Iqbaal duduk di atas meja sambil tetap menghadap (Namakamu). Matanya melirik ke sana kemari, bibirnya terbuka ragu, tangannya bertaut.

Bersenyawa [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang