28 :: akhir yang pahit

10.5K 1.1K 22
                                    

play lagu yang ada di mulmed ya biar lebih nge-feel gituu hehehe. Diputer berulang kali kalau bisa. Sampai chapter habis. Oke?

***

Di taman yang asri ini, seorang gadis duduk di atas ayunan sambil menggerakkan ayunan itu maju-mundur dengan kakinya. Telinganya sudah tersumpal oleh earphone berwarna putih yang tersambung dengan ponselnya. Ibu jarinya menekan shuffle play di playlists spotify miliknya. Lagu dari Hanin Dhiya yang berjudul Kau Yang Sembunyi terputar.

Gadis yang kerap dipanggil Zidny ini memejamkan matanya. Menikmati alunan piano yang terdengar. Menyerap makna dari lirik lagu yang sudah Ia hapal di luar kepala. Entahlah, sejak hari itu, Zidny menjadi sangat suka dengan lagu ini. Padahal sebelumnya, Zidny benar-benar anti dengan lagu-lagu mellow seperti ini.

Hari itu, hari di mana semua dunianya berubah. Hari di mana, Zidny merasakan pedihnya cinta seperti yang orang-orang katakan. Sebelum itu, Zidny selalu merasakan bahagia dengan laki-laki itu. Semuanya berjalan dengan baik. Komunikasi antar mereka juga tetap baik. Meskipun si laki-laki kadang pergi ke luar kota, lelakinya saat itu selalu memberinya kabar. Tapi saat laki-laki itu harus pergi ke luar negeri, semuanya berubah menjadi tak lagi sama. Laki-laki itu pergi tanpa kabar. Seolah hilang ditelan bumi, laki-laki itu pergi meninggalkan gadis malang yang kini tidak tahu, hubungan kita ini sekarang apa?

Entah dimana dirimu, dimana hatimu?
Bicara yang jujur jangan kau larikan diri
Entah dimana dirimu, dimana hatimu?
Kau biarkanku menerka tak tentu

Ku terus bertahan dibalik anehmu
Menjelaskan hatimu
Bila kau telah bosan,
Tinggal jelaskan, janganlah hanya diam

Setelah kau ingkari,
Tanpa ada bahasa yang bisa ku mengerti.

Iqbaal. Laki-laki yang datang ke hidupnya sejak enam tahun yang lalu. Zidny sangat mencintai Iqbaal. Masa-masa mereka sejak dulu—sejak menjadi sepasang sahabat sampai berhasil menjadi sepasang kekasih. Semua kenangan indah itu masih sangat sering terputar di otaknya. Lantas apa yang bisa Ia lakukan? Hatinya masih terikat, sedangkan hati laki-laki itu sudah pergi mencari hati yang lain. Haruskah dirinya tetap bertahan di sini? Membiarkan hatinya terus tersakiti dengan semua sikap acuh Iqbaal?

Seharusnya Iqbaal bicara. Bukannya diam dan membiarkan perasaan Zidny terapung seperti ini. Zidny butuh Iqbaal untuk jujur. Sebenarnya untuk Iqbaal, Zidny ini apa? Kekasihnya? Atau bukan siapa-siapanya lagi?

Bila memang kita harus pisah,
Bicaralah saja..
Jangan kau sembunyii..

Bicara yang jujur, jangan kau larikan diri..

Zidny membuka pejaman matanya. Tangannya terangkat untuk mengusap kedua pipinya yang basah. Astaga, lucu sekali. Zidny menangis hanya karena seorang laki-laki?

"Zee,"

Zidny sontak melepas benda yang menyumpal telinganya saat seorang Iqbaal sudah berdiri di hadapannya. Zidny mendongak, "eh, Iqbaal?"

Iqbaal duduk di ayunan sebelah Zidny. Tersenyum ke arah gadis itu. "Kamu nangis."

"Hm?"

"Tadi kamu nangis. Ada apa?" Iqbaal memiringkan wajahnya. Zidny menggeleng lemah. "Pasti karena aku."

Peka juga, batin Zidny bersorak.

"Maaf ya, aku bikin kamu bingung hampir setahun ini," Iqbaal memainkan kedua sepatunya. "Boleh aku jujur?"

Zidny sempat menghela napas kecil. Apapun yang akan Iqbaal ucapkan, itu adalah akhir dari semua penantian yang Zidny lakukan. Akankah penantian ini berujung manis, atau justru pahit?

"Mau jujur tentang apa?" Tanya Zidny dengan suara yang lemah.

Iqbaal menggigit mulut bagian dalamnya. "I'm sorry, mungkin memang sampai di sini, Zid. Kamu baik, nggak pantes untuk laki-laki kayak aku gini. I'm not good enough for you."

Zidny menundukkan kepalanya. Mengambil napas dan membuangnya berulang kali. Setelah itu, Zidny mengangkat kepalanya. "Oke, aku menghargai keputusan kamu. Makasih ya, udah pernah jadi bahagiaku, Iqbaal."

"Maaf, Zid ... Perempuan baik pasti akan mendapatkan laki-laki yang baik. Allah sendiri yang bilang. Jadi jangan sedih ..."

Gimana bisa aku nggak sedih, kalau hati aku masih meneriakkan nama kamu?

"Iya, aku tahu itu kok," Zidny beranjak berdiri kemudian menghadap Iqbaal. "Kita tetap teman, 'kan?"

Iqbaal ikut berdiri. Ia mengangguk seraya mengulum senyum kecil. "Pasti."

"Ya udah, aku balik dulu ya ... Ah, satu lagi. Aku harap, kamu cepat nemuin gadis pengganti aku. Cari gadis yang sabar dan baik ya, Baal? Nanti jangan lupa kenalin ke aku. He he ... Aku balik sekarang. Daah," Zidny berbalik dan melangkah menjauhi Iqbaal. Satu langkah yang gadis itu ambil, maka satu air mata juga turun ke pipinya. Setelah pergi dari taman itu, Zidny membekap mulutnya. Menyembunyikan erangan dan isakan tangis yang keluar dari mulutnya.

Ini akhirnya. Apa kita memang ditakdirkan menjadi sepasang sahabat? Bukannya sepasang kekasih?

Hatiku sudah terluka sejak dulu, dan kamu kini membuat luka baru yang tidak tahu kapan akan kembali sembuh. Penawar hati ini hanya kamu, tapi apa kamu berdedia untuk mengobati hatiku yang rapuh ini?

Iqbaal mengepalkan tangannya saat melihat Zidny menangis di sana. Ia membenci dirinya yang sudah berhasil membuat gadis itu menjadi rapuh. Bahkan Iqbaal masih ingin mengusap air mata itu. Sayang, Iqbaal sudah tidak punya hak atas hal itu.

Mungkin Tuhan sedang memberi kamu sinyal, Zid. Aku ini bukan laki-laki baik yang pantas untuk disandingkan dengan kamu. Kamu yang baik, cantik, kamu yang segalanya.

***

a/n; wah, sudah hampir 30 part! Bagaimana sejauh ini tentang cerita Bersenyawa? Telalu flat, kah?


anyway, terakhir aku cek, Bersenyawa ada di rank 500-an dalam fanfiction. And guess what, tiba-tiba naik ke rank 204! Kaget, banget! Terimakasih ya semuaa!

Bersenyawa [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang