42 :: denganmu tenang

9.6K 937 53
                                    

(Namakamu) membuka vitamin ke-dua belasnya. Akhir-akhir ini Ia sangat disibukkan dengan acara tahunan sekolah yang lagi-lagi menjadikan Ia sebagai panitia. Vitamin yang seharusnya sudah dibuka sekitar dua puluh, malah hanya terbuka dua belas.

Jika matahari nakal menyengatmu,
Katakan padaku!
Nanti aku akan mengirim awan yang tersenyum untuk melindungimu.
Kalau perlu, aku yang akan langsung melindungimu ....
dengan doa di sholat sepertiga malamku.

(Namakamu) tersenyum kecil. Vitamin dari Iqbaal memang benar-benar ampuh. Hari-harinya selalu menjadi baik setiap mengingat isi dari vitaminnya.

"Gue udah lama nggak telepon Iqbaal," (Namakamu) bermonolog. Ia menghubungi Iqbaal lewat whats app. Cukup lama Iqbaal mengangkat telepon dari (Namakamu), tak seperti biasanya.

"Hai, Babul!"

"Halo, (Namakamu)? Ada apa?"

(Namakamu) mengerutkan keningnya saat suara Iqbaal terdengar begitu tergesa. "Kamu lagi ngapain?"

"Kamu mau ngomongin apa? Kalau nggak penting aku matiin. Aku lagi sibuk sekarang."

"O-oh, yaudah. Maaf ganggu ya, Baal. Aku matiin teleponnya se—"

Tut.. Tut...

Sambungan telepon di matikan secara sepihak oleh Iqbaal. (Namakamu) semakin dalam mengerutkan keningnya. Ada apa dengan Iqbaal-nya? Iqbaal sangat jarang berperilaku seperti ini.

Terakhir kali mereka berkomunisasi adalah dua minggu yang lalu. Dan Iqbaal sama sekali tidak rindu padanya?

***

Demi menuruti kemauan perutnya, (Namakamu) rela berjalan kaki menuju restoran sederhana yang jaraknya cukup jauh dari komplek, namun terlalu dekat jika harus memesan ojek-online. Dua bungkus nasi ada di tangan kanan (Namakamu). Gadis itu memang sudah makan di tempat, tapi Dina tadi menelepon untuk memberi titipan.

Oh iya, sekarang sudah masuk bulan April. Dan (Namakamu) benar jarang berkomunisasi bersama Iqbaal. Percakapan mereka hanya seputar ini:

"Bul, kamu sibuk ya?"

"Iya, sibuk banget. Jadi, jangan nelepon dulu ya?"

"I-iya ..."

Atau seperti ini:

"Babuul, aku kang–"

"Aku dipanggil guru. Nanti lagi, ya!"

Tut .. Tut ..

(Namakamu) memandang kosong kakinya yang terus melangkah. Apa yang membuat Iqbaal sesibuk itu? Biasanya laki-laki itu akan senang jika (Namakamu) menelepon duluan. Tapi sekarang? Laki-laki itu seolah berkata jika semua telepon penuh rindu milik (Namakamu) hanyalah pengganggu aktivitasnya.

"Aw!" (Namakamu) jatuh menggores aspal. Barusan ada motor yang menyerempet lengannya sampai ia terjatuh. (Namakamu) mengamati telapak tangannya yang penuh tanah dan goresan. Siku tangannya juga berdarah akibat bergesekan dengan aspal. Motor itu tidak berhenti, ia terus berjalan. (Namakamu) mencoba berdiri sendiri, kemudian berjalan lebih cepat ke arah rumah.

Sesampainya di rumah, Dina terlihat panik melihat keadaan (Namakamu) yang kotor. Dina langsung mendudukkan (Namakamu) ke sofa lalu mengobati segala luka (Namakamu).

Bersenyawa [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang