40 :: seandainya ..

9.7K 939 52
                                    

Ujian Tengah Semester Genap baru selesai (Namakamu) laksanakan. Langkah ringannya kini berbelok menuju koridor utama. Namun sepasang sepatu menahan langkahnya. Mengejutkan (Namakamu) yang baru saja berbelok.

"Hai?" Sapa orang itu.

"Astaga! Gue kaget!" Dengus (Namakamu) kesal sambil mengelus dadanya. "Jangan suka muncul tiba-tiba, Ar, gua nggak mau mati muda."

Arkan tertawa lebar. "Gue suka lihat muka kaget lo." Kata Arkan. Ia melanjutkan ucapannya, "Pulang bareng, yuk?"

"Gue pake rok–"

"Gua bawa mobil." Sela Arkan cepat. "Sekalian gua mau ngobrol sama lo. Udah lama 'kan kita nggak jalan bareng?"

"Kayaknya baru seminggu yang lalu, Ar?" Tanya (Namakamu) heran. Arkan hanya tertawa kecil, kemudian mengajak (Namakamu) ke tempat parkir.

Drt.. Drt..

"Ar, tunggu, hape gua bunyi." Arkan menahan langkahnya, membalikkan tubuhnya hingga menghadap (Namakamu) yang berjalan menjauh darinya. Entah telepon dari siapa itu.

"Baru aja selesai .. Iya .. Mau jalan sama Arkan, nggak apa-apa, 'kan? .. Enggak, lah! .. Siap, bos .. Haha, iya, assalamu'alaikum."

(Namakamu) berjalan mendekat ke arah Arkan seraya tersenyum kecil lalu mengajak Arkan untuk berjalan lagi.

"Dari siapa?"

"Tadi? Dari Mas Rian."

"Oh ... Yaudah, yuk,"

(Namakamu) masuk ke dalam mobil Arkan. Saat mobil itu keluar dari sekolah, seseorang itu keluar dari tempat persembunyiannya. Dengan mata nyalang dan tangan yang mengepal.

"Dia punya gue!"

***

"Garing parah!"

Arkan menekuk bibirnya kesal saat lawakan keempatnya ini belum berhasil membuat (Namakamu) tertawa. "Ini emang level humor lo yang tinggi, atau lo emang nggak sembarang ketawa ke orang deh?"

"Selera humor gua tinggi! Emangnya lo recehan," (Namakamu) tertawa kecil. Ada lagi sih alasannya ... Karena lo bukan sosok yang jadi sumber bahagia gua Ar, makanya gua susah ketawa. Sori ya, Ar.

"(Namakamu), gua mau nanya serius."

(Namakamu) bergerak gelisah dalam duduknya. Ia takut ditanyai yang macam-macam. Seperti—

"Lo sama Iqbaal putus?"

Gadis itu mendesah kecil. Pertanyaan seperti ini yang sedang Ia sangat hindari. (Namakamu) tersenyum hambar. "Gue nggak bisa jawab. Sori."

"Oh .. Nggak pa-pa." Arkan tertawa garing. "Soalnya yang gua perhatiin. Foto kalian berdua udah hilang dari instagram lo, tapi masih ada di punya Iqbaal. Gue jadi bingung. Tapi kalau lo nggak bisa jawab, nggak pa-pa. Gue ngerti, kok."

"Kabar ayah lo gimana, Ar?" Tanya (Namakamu) berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Ayah masih sama. Belum bisa lepas dari bayang-bayang Alan," jawab Arkan sendu. "Kematian Alan bukan salah gue, 'kan?"

Bersenyawa [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang