TOKO BUNGA

96 15 12
                                    

Jakarta dan kemacetan seperti bunga dengan kumbang. Apa hal lain selain nama, warna, dan keindahan bunga yang akan terpikirkan? Tentu saja kumbang. Seperti halnya Jakarta dan kemacetan, jakarta memang terkenal dengan banyak hal namun satu yang akan selalu orang ingat, kemacetan.

Sudah menjadi rutinitas keseharian warga jakarta menghadapi kemacetan terutama saat pagi dan sore hari, ketika orang-orang berangkat dan pulang kerja. Salah satu orang yang tengah berkutat dengan kemacetan adalah Hanbin, setiap hari rasanya seperti berada dalam situasi yang sama, terjebak bersama ratusan orang lainnya ditengah mobil, bus, dan motor yang jumlahnya berhasil membuat jalanan lebih terlihat seperti parkiran.

Ditengah kebosanan, Hanbin memutarkan salah satu lagu favoritnya di dalam jazz kesayangannya, I Like Me Better dari Lauv. Menjalankan mobilnya perlahan ketika mobil didepannya mulai maju perlahan. Hanbin melihat ke samping kanan, sederetan toko berderet dipinggiran jalan. Pandangannya tertuju pada satu toko, D'florist. Sebuah toko bunga, Hanbin terdiam sejenak pandangannya beralih kedepan namun kosong. Kembali, sebuah toko bunga mampu membangkitkan ingatannya tentang kenangan indahnya bersama Vi.

Hanbin tenggelam dalam lamunannya, hingga tak ia sadari mobil didepannya sudah berjalan.
Tet tet tet, bunyi klakson dari mobil dibelakangnya menyadarkan Hanbin dari lamunannya. Ia segera bergegas menginjak pedal gasnya, dan memacu mobilnya dengan kecepatan rendah ditengah jalanan yang mulai lancar.

********

Sore itu, sabtu terakhir di bulan juli. Seperti biasa setiap hari sabtu diakhir bulan, sepulang sekolah Hanbin akan mengunjungi sebuah toko bunga yang berada antara rumah dan sekolahnya, Dahlia's Flower.

"Selamat sore bu." Sapa Hanbin ketika ia memasuki toko bunga itu.

"Eh mas Hanbin, kirain hari ini nggak dateng." Seorang Ibu yang sepertinya sudah akrab dengan Hanbin.

"Hehe iya bu, hari ini sore banget pulang sekolahnya soalnya tadi ada latian sebentar." Jawab Hanbin yang sepertinya juga merasa akrab dengan Ibu pemilik toko bunga.

"Seperti biasa mas?"

"Mmm iya bu, saya boleh langsung liat bunganya ya."

"Iyaa silahkan mas, kaya baru pertama aja."

"Hehehe makasih ya bu." Dengan wajah cengengesan Hanbin menuju deretan bunga.

"Ibuuuuuu." Tiba-tiba saja suara seorang gadis menggema diseisi toko.

"Kok tumben datengnya cepet." Seru si Ibu pemilik toko.

"Iya bu, tadi Vi pulangnya cepet. Ibu pulang aja gih, biar Vi yang jagain toko." Dia adalah Vi, putri pemilik toko bunga. Gadis yang Hanbin beri jaket saat badai.

"Tapi lagi ada pelanggan spesial Ibu nih, masa Ibu tinggalin."

"Siapa sih bu?" Ibu menunjuk ke arah Hanbin yang tengah selesai memilih bunga dan bersiap merangkainya.

"Sini Ibu kenalin." Ibu langsung saja menggusur anak kesayangannya itu.

"Mas Hanbin."

"Iya Bu, kenapa?" Hanbin memalingkan wajahnya, Vi sepertinya mengenali Hanbin. Ia mengerungkan wajahanya menajamkan penglihatannya menatap Hanbin.

"Loh, lo kan yang waktu itu?" Hanbin balas menatapnya heran, seperti tersirat " siapa sih?"

"Kamu kenal Vi?" Ibu juga bertanya heran.

"Enggak bu, dia yang ngasih Vi jaket itu bu, waktu ada badai itu."

"Aaahh iya iya iya." Tiba-tiba Hanbin berteriak mengagetkan Ibu dan juga Vi, sepertinya manusia pelupa ini sudah mengingatnya.

The Lost FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang