EVERYTHING ( has changed )

21 6 2
                                    

Percayakah kamu pada takdir? Dan masihkah kamu meyakini bahwa segala hal yang terjadi dalam hidupmu adalah hal terbaik yang Tuhan berikan untukmu?

Meski takdir kadang terkesan tak adil, namun baik buruknya semua pasti akan dapat kau lihat kebaikannya ketika kau menemukannya.

Jalan hidup Vi seketika berubah. Semua hal baik seakan menjauh darinya. Ayah yang tiba-tiba sakit parah, kuliah yang tiba-tiba harus Vi tunda, dan Hanbin yang sangat sulit ditemui.

Dua minggu telah berlalu, Vi masih saja bergelut dengan kondisinya. Ingin sekali Vi menceritakan semua bebannya agar terasa lebih ringan, setidaknya akan lebih baik jika saat ini ada tangan yang terulur untuk menggenggam tangannya, atau bahu yang bisa disandari olehnya.

Ku mohon, sejenak saja.

Sepertinya memang tak ada yang lain selain Vi dan Ibunya yang berusaha saling menguatkan.

Jadilah wanita yang hebat.

Dua minggu adalah waktu yang cukup untuk hanya menyerah pada takdir. Setelah renungan panjang yang Vi lakukan, Vi memutuskan untuk tidak menyerah pada kondisinya saat ini. Vi hanya butuh tekad yang kuat dan do'a yang lebih sering terucap.

Keadaan ini harus bikin gue jadi seseorang yang lebih kuat.

"Bu."

"Iya Vi, kenapa?"

"Bu, Vi kayaknya nggak bisa berenti kuliah. Lebih cepet lulus lebih baik. Vi janji akan lulus cepet Bu."

"Tapi Vi.." Vi tersenyum lalu menggenggam erat tangan Ibunya.

"Ibu nggak usah khawatir, Ibu nggak usah mikirin biaya kuliah Vi."

"Terus?"

"Vi mau kerja Bu. Pagi sampe siang Vi kuliah, sore sampe malem Vi bisa kerja."

"Nggak Vi nggak, kamu nggak usah bertindak sejauh itu. Ibu janji kamu nggak akan nunda kuliah lama kok."

"Bu, percaya sama Vi ya. Vi kan bentar lagi lulus Bu. Vi bisa kok. Vi cuma harus nyari uang buat satu semester doang sama buat wisuda Bu."

"Kamu yakin?"

"Iya Bu. Percaya sama Vi." Tanpa berkata apapun lagi Ibu mengangguk-anggukan kepalanya, memandang Vi dengan senyuman lalu membawa Vi kedalam pelukannya.

Pelukan hangat Ibu adalah obat segalanya.

🌹🌹🌹🌹🌹

Vi telah larut kedalam dunia barunya. Pagi hingga siang menjadi seorang mahasiswa, sore hingga malam menjadi seorang pelayan disebuah kafe yang cukup ternama, beruntungnya salah satu temannya adalah seseorang yang punya relasi kuat dengan pemilik kafe sehingga memperbolehkan Vi untuk bekerja dengan jadwal yang disesuaikan.

Vi benar-benar bekerja sangat keras, tekadnya untuk menyelesaikan kuliah secepat mungkin Ia imbangi dengan belajar lebih keras lagi. Bekerja menjadi seorang pelayan Vi tak ragu untuk mengerjakan hal lainnya, meski beberapa kali ada saja hal-hal yang cukup membuat sakit hatinya tapi Vi berusaha untuk bertahan.

Lelah, tentu saja.

Kesibukan Vi membuat Vi lupa dengan keberadaan Hanbin. Setiap kali Hanbin mengajak untuk bertemu Vi selalu menolaknya kalaupun Vi bisa bertemu. Vi hanya punya waktu diakhir pekan itupun tak lama, dan Vi selalu terlambat.

Vi tidak menceritakan apapun pada Hanbin, Vi memutuskan untuk menyimpannya sendiri saja. Entah Vi tidak ingin melibatkan dan membebani Hanbin atau Vi terlalu malas mengingat sebelumnya Vi sering meminta untuk bertemu hanya untuk menceritakan keluh kesahnya namun Hanbin tak pernah meluangkan waktunya.

The Lost FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang