JADIAN

66 11 2
                                    

Jika kau pikir jatuh cinta dan mendapatkan cinta semudah memindahkan channel televisi, mungkin saja kau bukan jatuh cinta tapi hanya tidak ingin kesepian. Bahkan memperjuangkan cinta dibutuhkan kerja keras, usaha yang gigih, dan do'a yang kuat.

Jika kalian pikir Vi akan begitu saja menjawab " aku juga cinta kamu " kalian salah. Bahwa memiliki pasangan itu tak cukup hanya dengan tampan, baik, lucu, dan romantis. Baginya, dirinya sangat berarti. Bukan jual mahal, tapi prinsip dalam hidupnya bahwa cintanya itu harus diperjuangkan dengan begitu ia akan tau sejauh mana pria menginginkan dirinya, dan dengan begitu ia bisa melihat ketulusan dan kesungguhan prianya. Karna Vi bukan seseorang yang nantinya ingin bergonta-ganti pasangan, dalam hidupnya impiannya tentang cinta adalah jika ada pria yang harus ia cintai selama hidupnya ia hanya ingin mencintai pria itu dengan kata lain harapannya adalah cukup ada satu pria dalam hidupnya ia hanya ingin jatuh cinta sekali tapi untuk selamanya. Jika memang harus jatuh cinta berkali-kali, itu bodoh kenapa kau tidak berhati-hati hingga harus jatuh berkali-kali.

Tiga bulan lamanya Vi menggantungkan perasaan Hanbin. Hampir sepuluh bulan mengenal dan cukup dekat dengan Hanbin mungkin bukan waktu yang cukup bagi Vi untuk mempertimbangkan Hanbin menjadi pacarnya. Hari itu tepat sabtu terakhir dibulan ketiga setelah untuk pertama kalinya Hanbin menyatakan perasaannya. Hanbin bahkan mengubah jadwalnya ke toko bunga menjadi seminggu sekali setiap hari sabtu. Hanya untuk memberikan tiga tangkai mawar merah dan satu tangkai mawar putih. Setiap sabtu selalu sama, bukan jawaban " ya atau tidak " Vi hanya menjawab " maaf Bin, belum saatnya." Apa Hanbin jatuh cinta pada wanita yang salah? Kenapa wanita ini begitu kejam, padahal jika ia tidak menginginkan Hanbin cukup katakan " tidak."

Sore itu hujan turun sangat deras. Prediksi Vi, Hanbin tidak akan datang ditengah hujan sederas ini hanya orang bodoh yang akan melakukannya. Selain itu, Vi pikir mungkin Hanbin sudah lelah menantinya digantungkan perasaannya. Jam sudah menunjukan pukul 17.00, kedatangan Hanbin pun tidak terdeteksi. Ya, sepertinya prediksi Vi memang benar. Karna toko sepi, apalagi hujan begini mana mungkin ada pelanggan yang akan datang, Vi putuskan untuk menutup toko lebih awal. Segera ia bereskan beberapa barang dan menata beberapa guci berisikan bunga segar sebelum mengambil tas dan payung untuk pulang. Setelah semuanya tertata rapi, ia bergegas pulang membuka payungnya baru mengunci pintu tokonya.

"Vi.." Ketika tiba-tiba saja suara yang tak asing lagi memanggil namanya ditengah derasnya air hujan.  Vi palingkan wajahnya, didapatinya Hanbin yang sudah basah dengan air hujan. Bibirnya gemetaran, terlihat sekali bahwa ia kedinginan. Vi menatap lekat mata Hanbin, begitupun sebaliknya Hanbin menatap lekat mata Vi.

"Vi..gue..maaf..bunganya.." Terdengar jelas suaranya gemetar. Tanpa menjawab sepatah katapun Vi mengangkat payung yang sedari tadi ia gunakan, berjalan satu langkah ke depan Hanbin dan memayungi Hanbin bersamaan dengan dirinya. Nampak sekali Vi harus mengangkat lebih tinggi tangannya karna Hanbin lebih tinggi darinya. Lalu, tanpa mengatakan apapun Hanbin meraih gagang payung itu memeganginya berdua dengan Vi. Mereka saling memandang.

Satu senyuman terkembang di wajah Vi, diiringi tetesan air yang keluar dari pelupuk matanya mengalir perlahan dipipinya. Hanbin yang melihat air mata itu menjadi cemas. "Lo kenapa? Lo kedinginan? Lo sakit?" Begitu ucapnya terdengar khawatir dengan kedua tangannya memegang lembut dan menghapus air mata di pipinya Vi. Vi tidak menjawabnya, ia hanya menggeleng dan terdengar tersedu-sedu. Tanpa ragu lagi, Vi melepaskan payungnya. Merebahkan kedua tanganya memeluk erat Hanbin yang berdiri dihadapannya. Sebenarnya, Vi memang berharap Hanbin datang hari ini, ia akan merasa bersalah jika Hanbin menyerah dan tidak menemuinya lagi, karna sebenarnya hatinya telah memilih Hanbin. Dengan sedikit rasa tak percaya Hanbin pun membalas pelukannya.

Berpelukan ditengah derasnya air hujan. Tanpa satu katapun terucap. Bahkan matapun terpejap. Hanya ada dua hati yang saling berbicara. Tidak peduli pada hujan dan langit yang mungkin saja merasa iri kala menjadi saksi dua hati yang kini saling memiliki.

"Lo gak perlu kasih gue tiga tangkai mawar merah dan satu tangkai mawar putih lagi Bin, gue udah bisa liat rasa cinta dan ketulusan lo sama gue."

"Lo udah siap kasih gue jawaban Vi?"

"Iya Bin."

"Vi, lo mau kan jadi cewek yang selalu pengen gue lindungin. Jadi cewek yang selalu gue muliakan selain nyokap gue. Lo mau kan jadi cewek yang bakalan gue kasih buket bunga yang selalu terselip bunga dahlia didalamnya?"

Vi mengangguk berulang kali dengan air mata yang terus mengalir dipipinya berbaur dengan air hujan.

"Lo ngapain sih ujan-ujanan gini. Dasar bodoh! Kalo lo sakit gimana coba!"

"Kalo gue sakit kan sekarang ada lo yang bakalan ngerawat gue. Lo juga ngapain ngelepas payung? Kan lo jadi basah. Nanti kalo keliatan lagi terus ada yang ngeliat gimana?"

"Hanbiiinn begooooo!!!! Gue sayang sama lo!" Teriak Vi sekencangnya mengalahkan kencangnya suara yang hujan ciptakan. Hanbin menarik Vi kembali kepelukannya, tanpa ia sadari bulir-bulir air mata pun mengalir dari pelupuk matanya.

Bukan Hanbin namanya jika akan menyerah begitu saja pada keinginannya. Hanbin bukan orang selemah itu, ia akan terus memperjuangkan apa yang memang masih dapat diperjuangkan.

**********

Hanbin menyeka air matanya. Mengingat kembali bagaimana ia memperjuangkan cintanya, mengingat dengan mudahnya ia menyia-nyiakan apa yang ia perjuangkan. Andai saja, ia selalu mengingatnya sepanjang waktu mungkin tidak akan pernah Hanbin kehilangan cintanya.

"Kak, kamu kenapa?" Tiba-tiba suara seorang wanita memecah kegalauan Hanbin.

"Nggak ma, enggak kenapa-napa kok."

"Vi ya??" Hanbin hanya menganggukan kepalanya meng-iya-kan pertanyaan mamanya.

"Kak, kamu nggak mau nyoba ngejalin hubungan sama cewek lain biar kamu bisa sedikit lupain Vi. Ini udah empat taun kak."

"Enggak ma, kakak nggak akan berhubungan sama cewek lain sebelum kakak ketemu sama Vi."

"Kalo dia udah nikah gimana?"

"Itu urusan lain ma. Yang penting nemuin dia dulu."

"Ya udah kak, tapi jangan sampe itu semua ganggu kesehatan kamu."

"Iya maa."

I need to find you...
I gotta find you...

————




The Lost FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang