MASIH SAMA

47 8 6
                                    

"Hallo?"

Kamu adalah suara yang selalu ku dengar dikepalaku

Kamu adalah potongan yang hilang, senandung dalam hatiku.

Tak mampu mengatakan sepatah katapun. Hanbin terbungkam.
Rasa rindu yang selama ini terpendam telah menemukan celah untuk mengobatinya. Linangan demi linangan air mata memenuhi pelupuk matanya, tak terbendung lagi air matanya mengalir. Tangisnya tertahan. Diujung telpon sana, suara yang sangat Hanbin rindukan terus mengucap "Hallo? Ini siapa?" Namun Hanbin hanya diam tak mampu menjawabnya. Hingga akhirnya telponnya diputus secara sepihak.

Tangisnya pun pecah dalam keheningan malam. Hanbin dekap erat telpon genggamnya, seraya tersenyum ditengah tangisnya. Hanbin bahagia.

*****

Pagi sekali, Hanbin sudah bersiap untuk pergi. Tak biasanya Hanbin bangun sepagi ini dihari libur.

"Kak mau kemana?"

"Ada urusan Ma."

"Kerja?"

"Bukan Ma, sama temen."

"Nggak sarapan dulu?"

"Nggak Ma, Kakak buru-buru. Udah ya kakak pergi dulu." Bergegas Hanbin keluar, tak lupa mencium pipi Mamanya sekilas sebelum pergi.
Sementara Mamanya hanya menggelengkan kepala.

*******

Pukul setengah tujuh, masih sangat pagi untuk urusan bersama teman. Namun Hanbin nampak sangat tergesa-gesa. Tanpa ragu menginjak pedal gasnya dengan kecepatan tinggi.

Menembus Ibu Kota di minggu pagi, tidak terlalu ramai dan padat. Jalanan masih lengang. Bersemangat sekali Hanbin, entah kemana tujuannya.

Satu jam Hanbin berkendara, Hanbin berhenti didepan pertokoan. Menepikan mobilnya, kemudian diam disana. Apa yang Hanbin lakukan pagi buta didepan pertokoan? Masih terlalu pagi untuk menungggu toko buka.

Entah apa yang Hanbin pikirkan. Hanbin hanya duduk bersandar dibalik kemudinya. Memandang lurus ke sebuah toko, yang jelas masih belum buka. Apa Hanbin mau membeli kue para artis yang sedang hits? Yang antreannya selalu rame hingga membuat Hanbin datang sangat pagi agar mengantre paling depan?

Hentikan lelucon garing ini.

Dua jam telah berlalu, Hanbin masih menunggu.

Tiga jam, Hanbin masih tak bergeming juga.

Empat jam kemudian, Hanbin mulai lelah dan bosan.

Menunggu memang membosankan

Makhluk-makhluk diperutnya mulai berdemo meminta asupan makanan. Pinggangnya pun terasa pegal telah duduk disana untuk waktu yang cukup lama.

Akhirnya, Hanbin memutuskan untuk keluar mencari makanan sekalian meluruskan pinggangnya.

Namun sesuatu menghentikan pergerakannya. Matanya terfokus pada satu titik. Tak sedetikpun Hanbin pejapkan matanya.

Seorang gadis berambut panjang dengan sweatshirt berwarna merah muda dan skinny jeans berwarna hitam nampak serasi dengan sepatu kets berwarna senada. Ia tengah membuka kunci sebuah toko yang berada tak jauh dari mobil Hanbin.

"Vi.." Gumam Hanbin pelan.

Seseorang yang menjadi alasan Hanbin pergi sangat pagi, duduk berjam-jam dengan rasa lapar dan bosan.

Lagi, Hanbin terdiam. Sekujur tubuhnya bergetar, keringat bercucuran. Pupil mata yang bersih itu mulai memerah. Hanbin tersenyum dengan tetesan air mata membasahi pipinya.

The Lost FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang