(16) Jeda

50.4K 4.2K 255
                                    

Bisa kamu pilih, jeda atau titik?

-Key

Maudy yang berniat pergi ke kantin untuk membeli minuman terdiam kaget ketika melihat wajah Cassie begitu pucat dengan mata sembab yang masih ketara.

"Whaattt?? lo kenapaaa Caaaaa??" teriak Maudy membuat seluruh kelas menoleh ke sumber suara.

Gadis itu menggeleng lemah lalu menoleh mencari keberadaan orang yang tadi sempat berkunjung sebentar ke UKS. Bangkunya kosong tapi tasnya masih ada. Dia kemana?

"Lo kenapa sih???"

"Kecapekan aja."

"Sumpah lo pucet banget Ca. Nggak mau pulang aja? lagian kayaknya jam terakhir ini jamkos kok."

"Nggak ah, males jalan keluar."

Maudy yang mengamati gadis di sampingnya meletakkan kepala di atas tangan merasa begitu khawatir. Sebelumnya ia tidak pernah melihat Cassie dalam keadaan seperti ini. Dia kenapa sih?

Mungkin karena efek menangis, matanya mulai terasa berat dan akhirnya pun terlelap. Hembusan angin yang masuk melalui jendela seakan menambah suasana mengantuk yang semakin terasa. Mungkin saat ini tidur adalah pelarian terbaik ketika air mata tidak mampu melegakan.

Meski mata gadis itu terpejam, Maudy tau ada sesuatu yang berat di atas kepalanya. Ia tau ada yang membenani perasaan sahabatnya. Tapi untuk saat ini mungkin bukan waktu yang tepat untuk menanyakan kata 'mengapa'. Dia hanya butuh diam dan menunggu mulut Cassie bicara sendiri untuk memberikan alasan.

Tepat ketika Danel baru saja kembali, bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Maudy yang sampai detik itu masih terdiam menatap ponsel sambil sesekali melirik Cassie menghembuskan nafas lega lalu mulai membereskan peralatan sekolahnya yang berantakan.

"Key kenapa?"

"Ngantuk mungkin." ucap Maudy entah mengapa sedikit malas saat itu.

"Tadi dia ngapain di ruang OSIS?"

"Gue.nggak.tau."

"Yaelahhh sewot amat, lagi PMS lo?"

"Kalau iya kenapa?!! bukan urusan lo kan?!! minggir, gue mau pulang, jagain sahabat gue, sampek lecet gue tampol muka lo yang pas-pasan itu." ucap Maudy sewot dan segera berlalu dari tempat itu membuat Danel menghembuskan nafas lega.

Belum sampai cowok itu duduk, sosok Maudy kembali berlari masuk dan menunduk di dekat Cassie membuat Danel sempat terkejut untuk sesaat.

"Gue pulang ya, gws, gue tunggu cerita lo." bisiknya pelan lalu menoleh menatap Danel sekilas sebelum kembali pergi meninggalkan kelas.

"Tuh anak gila, nggak waras, nggak penuh, apa stress?" tanyanya pada diri sendiri sambil duduk dan tersenyum menatap bahu Cassie yang bergerak teratur.

Tangannya bergerak perlahan mengelus puncak kepala gadis itu. Beberapa detik kemudian, senyumnya memudar bersama gerakan tangan yang juga ikut berhenti. Entah mengapa bayangan tentang sesuatu itu kembali muncul tanpa meminta izin. Kini ia bingung apa yang harus dilakukan untuk melindungi yang lebih berharga.

"Gue harap gue nggak salah pilihan." gumam Danel pelan sambil mengusap kasar wajahnya.

Gadis itu melakukan pergerakan membuat Danel menoleh ke arahnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia memasukkan buku Cassie yang berserakan diatas meja ke dalam tas lalu melepas jaketnya untuk diserahkan kepada gadis itu. Entah kenapa Danel sedikit tidak menyukai seragam hari ini, menurutnya rok tersebut terlalu pendek digunakan Cassie. Padahal bagi siapa saja yang melihat mungkin tidak masalah, karena memang ukurannya hampir sama dengan rok gadis lain di sekolah ini.

DANEL'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang