(11) Senyum

65.3K 4.4K 132
                                    

Setidaknya senyummu adalah obat, jadi jangan pergi.

-Key

Bagi sebagian besar murid mendapat hukuman adalah suatu musibah besar yang sangat dihindari. Mereka akan mati-matian berusaha untuk tidak menyentuh bentuk hukuman apapun di sekolah. Selain karena malu, hukuman adalah suatu hal yang bisa membuat mereka akan habis dimarahi guru dan orang tua masing-masing.

Tapi pendapat tersebut ternyata tidak sejalan dengan pandangan Danel dan Cassie. Menurut mereka hukuman adalah pewarna tambahan di dalam masa SMA. Seperti kata Danel, kalau lo belum dihukum berarti lo belum tau gimana rasanya diperhatiin guru dengan sangat.

Berbeda? sangat. Disaat semua murid yang dihukum pasti akan ketakutan, menyesal, serta malu. Kedua remaja itu justru terlihat biasa-biasa saja ketika disuruh berdiri tegak di depan tiang bendera dengan keadaan hormat. Bahkan sesekali dapat terlihat bahwa mereka sedang bercengkrama dan tertawa entah membahas apa.

Kedua rambut pirang yang semakin terlihat bersinar karena tertimpa cahaya matahari tidak membuat keduanya memilih untuk menyesal dan berjanji tidak mengulangi hal itu. Karena kata Cassie, daripada saya janji tidak akan terlambat tapi saya ingkari, mending nggak usah janji aja.

Ya, Danel dan Cassie adalah dua remaja yang masih menempati urutan langganan telat sampai saat ini. Nomor 1 Danel dan Cassie berada di urutan setelahnya. Kedua orang yang ditakuti adik kelas, jadi hafalan seluruh penghuni sekolah, serta membuat bu Emma sampai kewalahan harus menghadapi dua orang dengan model yang sama. Sama-sama bikin pusing dan naik darah.

"Key, kurang berapa menit?"

"15 menit, lah tumben cepet banget?"

"Pegel hormat terus, mau nurunin tangan tapi Pak Herman ngintip dari lantai 2, nanti malah ditambah lagi hukumannya, ogah banget."

"Ngeluh aja terus, kebanyakan ngeluh nggak bakal bikin waktunya makin cepet."

Danel menoleh ke arah Cassie dan mengelap keringat gadis itu menggunakan satu tangannya yang lain.

"Maaf ya aku bikin kamu keringetan kayak gini."

"Yang bikin keringetan tuh matahari, bukan kamu."

"Pinter banget pacarnya Danel."

"Emang aku pacar kamu?"

Danel terdiam dan mengapit hidung Cassie dengan dua jarinya membuat gadis itu harus membuka mulut untuk membantu pernafasannya.

"Kenapa bisa sayang aku?"

Cassie tersenyum kemudian melepas jepitan tangan di hidungnya sebelum menatap lurus ke arah kedua mata hijau kebiruan milik Danel.

"Aku sayang kamu itu bukan karena tapi walaupun."

"Aku kadang mikir, pantes nggak sih aku buat kamu."

"Danel, sekali lagi kamu ngomong gitu, aku marah." ucap Cassie menatap Danel dengan mata memicing.

"Aku jauh dari kata cowok baik-baik Key."

"Justru itu yang aku suka dari kamu Nel. Kamu secara gamblang ngatain kalau kamu nggak baik. Itu bahkan yang bikin aku yakin kalau kamu lebih baik dari cowok baik-baik."

"Aku takut kamu juga ikutan nggak baik, suka bolos, suka telat, dan masih banyak lagi."

"Nel dengerin aku ya, aku aja juga jauh dari kata baik-baik seperti yang kamu duga. Sebelum pindah sini, aku sering banget telat, bolos, dan bahkan balapan mobil sampai tengah malem. Jadi, karena kamu udah tau gimana disebut 'nakal', aku percaya kamu bisa bikin aku buat nggak masuk ke dalam zona yang lebih bahaya dari itu. Bantuan aku ya Nel."

DANEL'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang