Kata papa, kalau masih bisa diperbaikin, kenapa nggak?
-Key
Meski 2 hari sudah berlalu, semuanya masih sama saja. Dua orang yang masih saling menyayangi tetap teguh untuk tidak bertegur sapa. Meski ada rasa rindu ingin mendekap, tapi ego justru menyuruh langkah mereka untuk saling mundur perlahan.
Lirikan mata masih selalu memandang dari kejauhan meski tak sedekat dulu. Namun entah kenapa pilihan untuk kembali menyatukan raga dalam putaran waktu seakan memilih 'jangan dulu'. Memilih diam di tempat dengan batas jurang yang terlalu dalam jika harus dilewati. Melompat? mau jatuh lebih mendasar dan bingung untuk bangkit? maaf, hati terlalu enggan melakukan itu.
Biarkan semua seperti ini untuk sementara, berjalan di lintasan masing-masing dalam jarak dekat yang seolah jauh. Saling menggenggam hati meski tak nampak, dan saling menjaga meski bersikap seolah acuh. Mungkin waktu istirahat hati dari luka belum selesai, masih terlalu panjang proses pengobatan yang harus dilalui. Sebelum hati harus kembali berlari untuk mengejar sumber bahagianya, entah yang sama atau justru berganti baru.
Entah bagaimana hati memilih, itu haknya. Logika hanya mengarahkan agar tidak menjurus pada kebutaan. Karena memang pada faktanya pikiran lebih kuat dari pada perasaan, tapi perasaan lebih jujur dari sekedar pikiran. Dan apabila keduanya bersatu, kata 'pilihan tepat' pasti akan muncul seiring berjalannya waktu.
Seiring dengan perasaan yang justru semakin tebal ketika mulut berkata 'rela'. Seiring dengan hati yang semakin ingin kembali ketika mata mengatakan 'jangan lihat'. Seiring dengan harap yang mengucapkan 'kembalilah' meski takdir berkata 'sebentar'. Sebentar? harus menunggu sebentar yang ke berapa kali? sampai dia sudah bahagia bersama orang lain disaat kita sekedar 'move on' aja belum bisa? haha lucu.
"Dilihatin mulu, lo pikir patung purbakala? samperin gih." ucap Farel membuat lamunan Danel buyar.
Ia masih terdiam mengamati Cassie yang saat ini sedang mengerjakan tugas hukuman dari Bu Retno di bangku bawah pohon bersama Maudy. Gadis itu selalu terlihat cantik dalam keadaan apapun. Meski saat ini rambutnya dikucir asal hingga berantakan, hal itu sama sekali tidak mengurangi gelar primadona yang dia sandang. Sekarang Danel tau kenapa teman-teman cowoknya dari kelas lain rela diusir dari kelas hanya demi melihat gadis itu pada jam olahraga. Cassie terlalu keren jika hanya disebut cantik.
"Dia ngantuk?" gumam Rino bertanya membuat Danel memfokuskan kembali pandangannya menatap gadis itu.
"Yang lo maksud Maudy? yaelahh keinget mantan ceritanya?" tanya Farel membuat Rino memukul pelan lengan kokoh cowok di sampingnya.
"Caca juga ngantuk woe, yang gue maksud tuh mereka berdua."
"Apa enak gitu tidur tapi kena silaunya matahari?"
"Yaelah manja amat, itu silaunya juga dikit doang."
"Kasihan Maudy."
"Ajak balikan aja sana No, gue rela lo tinggalin." ucap Farel menatap Rino dengan pandangan dibuat sendu.
"Jijay."
"Lah Nel, lo mau kemana woi?!!!" teriak Farel yang melihat Danel berlari menghampiri Cassie yang saat ini sudah terlelap di alam mimpinya.
Langkah cowok itu melambat ketika jaraknya sudah semakin dekat. Ia berdiri tepat membelakangi matahari dengan posisi badan menghadap ke arah Cassie agar wajah gadis itu tidak silau. Perlahan cowok itu tersenyum dan menggerakkan tangannya untuk mengelus puncak kepala seseorang yang sampai saat ini masih tetap menjadi penghuni hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANEL's
JugendliteraturCERITA SUDAH DITERBITKAN!!! di @gloriouspublisher16 Kamu mau ngasih tau aku nggak gimana cara mahamin pikiran cewek? aku tanya gini bukan berarti aku pengen jadi cewek ya, tapi aku pengen aja mahamin kamu. Cewek itu gimana sih? karena jujur aja samp...