Duapuluh Empat

3.7K 357 44
                                    

"Park... Jimin..." lirih Seulgi.

"Kamu sudah sadar?! Aku disini sayang. Aku disampingmu." seru Jimin menatap Seulgi cemas.

Seulgi mengerjapkan matanya perlahan. Ternyata hanya mimpi.

"Ada apa? Kamu menangis..." Jimin mengusap kedua mata Seulgi menghapus sisa air mata itu.

"Jangan pergi dariku." gumam Seulgi nyaris tidak bersuara.

"Tidak! Tidak! Jangan dulu bergerak! Istirahatlah dulu." maki Jimin ketika Seulgi baru saja memutuskan untuk bangun.

Seulgi menatap sekitarnya yang terasa tidak begitu asing. Dia merasa amat benci tempat ini.
"Dimana aku?..."

"Rumah sakit... Aku membawamu kemari."

Well, ternyata dia memang sedang berada disalah satu tempat yang paling dia benci.

"Ada apa denganku?" kini Seulgi menatap infus pada lengan kirinya.

Suara langkah terdengar menghampiri mereka berdua. Tirai tiba-tiba saja disibak oleh seseorang berpenampilan serba putih lengkap dengan stetoskop yang melingkari lehernya.
"Ternyata anda sudah sadar? Kamu beruntung sekali memiliki pria seperti dia. Daritadi dia tidak berhenti-hentinya menanyakan kondisimu. Membuatku kesal saja." gurau dokter perempuan itu.

"Aku hanya khawatir!" manyun Jimin.

"Baiklah saya mengerti. Sekarang saya akan mengecek kondisinya terlebih dahulu."

Dengan berat hati, Jimin menjauhkan dirinya dari Seulgi. Tapi ketika Jimin hendak beranjak, Seulgi menggenggam tengannya erat.

Jimin tersentuh. Kenapa Seulgi tiba-tiba bersifat manis seperti ini!

"Tidak apa-apa. Aku bersamamu." senyum Jimin mencubit kecil pipi itu.

Seulgi menarik nafasnya dalam-dalam lalu mengeluarkannya dengan perlahan.

Dokter perempuan itu terkekeh lalu mendekati Seulgi ketika Jimin sudah menjauhkan diri.

"Anda tahu? Suamimu itu sangat posesif. Dia tidak mau dokter pria yang menanganimu. Dia hanya mau dokter perempuan. Dan akhirnya dia memaksaku yang sedang sibuk sekali untuk menanganimu."

Suami? Siapa yang suami siapa?

"Dokter.... Sebenarnya aku sakit apa?"

"Apa suamimu tidak memberitahukanmu? Kamu itu sedang mengalami-."

"Kamu mengalami kelelahan menyangat. Kamu diharuskan untuk istirahat yang cukup." potong Jimin lalu menatap sang dokter dengan tatapan membunuh, menyuruh dia untuk tidak mengatakannya.

"Baiklah. Tapi istri anda dianjurkan untuk dirawat disini selama beberapa hari."

Istri?. Nyernyit Seulgi bingung.

Apa daritadi dokter mengira mereka adalah seorang pasutri?

Seulgi terdiam sejenak. Dia seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu.

Tapi apa?

Seulgi berpikir keras untuk mengingat apa yang sebenarnya dia khawatirkan.

Seseorang.

Dia sedang memikirkan seseorang.

Tapi siapa?

Seulgi hanya dapat mengingat bayangannya saja.

Oh!

"Dimana Taemin?!" tanya Seulgi langsung.

"Dia pasti baik-baik saja." ucap Jimin menenangkan. Dan iri. Tentu saja.

NASTY || PJM X KSG (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang