Sembilanbelas

4.7K 410 60
                                    

"Mama?!" pekik Jimin terkejut begitu mendapati Ibunya sendiri disana.

Ini terlalu mendadak.

"Ya! Tidak sopan berteriak-teriak seperti itu kepada Ibumu!" Ny. Park mengusap telinganya pelan, kemudian dia masuk begitu saja.

"Ah, maaf. Tapi kenapa Mama tidak mengabariku terlebih dahulu sebelum mampir kemari?" tanya Jimin langsung, berusaha mencegah Ibunya sendiri agar tidak memasuki rumahnya lebih dalam.

Ny. Park mendadak berhenti, melirik anaknya, menatap penuh curiga.

Jimin merasa hidupnya sudah berada di ujung tepi jurang.

Dimana ajalnya sedang di ayun-ayunkan oleh malaikat maut.

"Kenapa? Kamu menyembunyikan sesuatu?" selidik Ny. Park membuat Jimin terdiam kaku.

Tepat sekali. Jimin sedang menyembunyikan sesuatu.

Ini juga alasan Jimin mengapa Ibunya tidak bisa masuk kecuali jika disana ada Jimin. Itu karena Ibunya tidak memiliki kunci berupa sidik jari.

Jimin hanya takut Ibunya tiba-tiba muncul ketika dia sedang melakukan hal-hal seperti minum alkohol atau sebagainya, yang pasti bukan membawa wanita. Karena Jimin tidak pernah membawa wanita kedalam rumahnya, kecuali Kang Seulgi.

Ny. Park mengangkat bahunya seolah tidak peduli dengan tingkah Jimin yang semakin gelisah.

"Sepertinya kamu memang menyembunyikan sesuatu. Dimana? Dikamar?" tanya Ny. Park sekali lagi tepat sasaran.

Feeling Ibu memang selalu benar dan akurat. Tapi Yoongi juga begitu.

Dengan rasa penasaran, Ny. Park berjalan menuju letak kamar anaknya tersebut.

Sial! Jimin benar-benar ketakutan!

Dia sendiri bahkan bisa merasakan kakinya mulai mendingin. Tinggal tunggu waktu kapan malaikat maut itu berhenti memainkan ajalnya, dan segera menulis namanya dalam catatan kematian.

"Sudahlah Ma... Mau makan dulu? Mama pasti capek. Aku akan membuatkannya khusus untukmu!" Jimin berusaha membuat Ibunya itu untuk tidak membuka pintu kamar.

"Tidak. Mama baru saja makan. Kamu mau membuat Ibumu ini gendut?" ketus Ny. Park lalu membuka pintu kamar Jimin.

Jimin menutup setengah wajahnya yang terasa panas, menahan malu juga mencari keberanian untuk menghadapi situasi ini.

Dengan perlahan, Jimin mendekati Ibunya yang sudah terpaku seperti batu, tepat diambang pintu.

Ny. Park menatap Seulgi yang sedang duduk menyila diatas ranjang sambil meminum segelas air yang telah disediakan oleh Jimin.

"Aku... Bisa jelaskan." lirih Jimin takut.

Ibunya benar-benar menatap Seulgi lurus. Tidak berkutik dari sosok tersebut.

"Apa ini?" gumam Ny. Park menyipitkan matanya, menghampiri Seulgi yang tiba-tiba tersedak karena kaget.

Di lain sisi, Seulgi terlihat kebingunan. Dia menatap Ny. Park dan Jimin secara bergantian.

Jimin mengusap rambutnya kasar, dia berjalan melewati Ibunya, menghalangi dia agar tidak lebih mendekati Seulgi.

"Ini salahku. Tolong jangan menyalahkannya." Jimin mengangkat kedua tangannya diudara, menatap Ibunya penuh permohonan.

Ny. Park menggeser tubuh anaknya tersebut, dia tidak peduli dengan tingkah gelisah dan wajah Jimin yang mulai memucat, dia lebih penasaran pada sosok wanita dihadapannya.

Ny. Park menatap wajah wanita itu penuh arti. Dia sedikit bergumam tidak jelas.

Demi neptunus! Wajah Jimin sudah pucat pasi seperti mayat! Dia benar-benar ketakutan!

NASTY || PJM X KSG (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang