"Apa itu benar, Great Elzardian? Ren tampak gelisah.
"Apa yang saya lihat tidak pernah meleset sekalipun."
"Melihat? Apa maksudnya, Great Elzardian?" tanyaku penasaran.
Rori-chan seketika menjitak kepalaku. Aku hendak menatapnya dengan segenap kekesalan. Namun ... Rori-chan terlihat berbeda kali ini. Dia memancarkan aura yang sama dengan Great Elzardian. Aura yang sangat dalam dan mampu membuatmu terdiam.
"Apa yang kamu lihat dalam penglihatanmu itu, Great Elzardian?" tanya Rori-chan.
Great Elzardian menutup matanya sebentar. Matanya yang sehijau hutan, menatap satu per satu dari kami. Kemudian menatap lurus ke depan.
"Saya ... melihat kehancuran Earsyia"
"Kapan?" Rori-chan tampak gelisah.
"Saya tidak bisa memastikan waktunya. Hanya saja saya mungkin bisa memberikan petunjuk mengenai hal itu nanti. Untuk saat ini, silahkan beristirahat dahulu." Great Elzardian bangkit dari kursi kebesarannya dan pergi ke ruangannya.
Terjadi keheningan di antara kami. Rayfa yang begitu bersemangat tampak sangat gelisah.
"Ini minumannya. Silahkan dinikmati dahulu," ucap seorang pengurus rumah ini.
Aku hanya bisa membagikan senyuman. Namun, entah kenapa mereka menganggap hal ini sebagai masalah besar. Aku pun segera minum untuk menghilangkan dahaga. Namun ternyata ini tidak sebagus Choco Space.
Saat Rori-chan hendak minum, tangannya bergetar hebat. Hingga menumpahkan sedikit dari isi dalam cangkir tersebut. Rayfa berusaha menenangkan Rori-chan. Walau dia sendiri juga mengalami hal yang sama. Sementara Ren masih tetap seperti biasa. Hanya saja wajahnya yang tak seberapa itu terlihat serius. Suasana ini benar – benar membuatku canggung.
Malam pun menyapa dengan penuh kesyahduan. Ringkikan makhluk malam itu mengindahkan melodi alam. Semilir angin menciumi kulitku. Sejuk rasanya.
Walau tak memiliki listrik sebagai sumber utama penerangan, negeri ini sangat terlihat indah dan berwarna. Dari balkon kamar yang disediakan oleh Great Elzardian, aku melihat sesuatu yang tidak akan bisa dibandingkan dengan kota tempat tinggalku. Bagaikan memandang seribu kunang-kunang yang lalu – lalang ke sana kemari.
Namun keindahan malam ini sepertinya tak mampu menghilangkan kegusaran Riro-chan, Rayfa maupun Kapten Ren. Aku tidak mengerti dengan mereka. Ataukah aku yang tidak paham dengan situasi ini? Aku tidak peduli dengan semua itu. Aku cuma punya dua tujuan saat ini. Membantu Alisha dan melunasi hutang yang tak mungkin kulunasi. Mungkin akan lunas, suatu hari nanti.
Masalah dunia itu bukanlah pekerjaan yang bisa dilakukan oleh pria lemah sepertiku. Mengikuti arus adalah solusi terbaik yang kupunya. Jika arus ini mengalir kepada kehancuran, maka hancurlah diri ini. Jika mengarah kepada kebaikan, maka baiklah diri ini. Walau pilihan yang kedua itu tampak sangat jauh dari mataku.
Alisha ... aku harap kamu cepat sembuh dan kembali riang seperti biasanya. Sudah lebih satu minggu kamu terbaring di ruangan itu. Apa kamu tidak bosan, Alisha? Cepatlah sadar dan akan kubiarkan kamu untuk mentraktirku lagi.
Aku terus berbicara pada Alisha yang ada dalam ingatanku. Entah apa yang aku pikirkan. Tapi setidaknya, ini bisa membuatku tenang dan terlelap.
Pada pagi harinya, kami pun berkumpul di ruangan Great Elzardian. Satu kata yang pantas untuk ruangan ini. Berantakan. Seolah angin tornado lewat melalui celah – celah jendelanya.
"Silahkan duduk di mana yang kalian suka." Suara beliau terdengar kelelahan.
"Terima kasih, Great Elzardian," ucap Ren mewakili semuanya.
Great Elzardian merapal sebuah mantera. Seketika muncul sebuah bola cahaya yang mirip seperti bola dunia. Hanya saja, tidak ada benua atau lautan di sana. Hanya sekumpulan tulisan yang tidak mungkin bisa kumengerti.
Entah apa yang ia lakukan, tiba – tiba saja terlihat olehku gambar bencana yang aku tidak ketahui.
"Ini semua adalah bencana yang pernah terjadi di Elysium. Dan yang di sana adalah bencana ketika Earsyia telah terbentuk."
Semua hanya bisa terbengong melihatnya. Bagaimana mungkin dia bisa mendapatkan gambaran yang jelas mengenai bencana – bencana tersebut? Walaupun ia tidak memperlihatkan dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi saat kedua dunia bertemu.
"Ini adalah beberapa hal yang tidak pernah ada di Elysium sebelumnya." Jarinya menunjuk satu per satu, "Leaveland Island, Babylon Tower dan yang terakhir adalah mitos 7 pahlawan legendaris."
"Jadi ... Leaveland bukan berasal dari Elysium. Benar – benar mengejutkan," ucap Ren.
"Bagaimana dengan Babylon Tower? Tempat seperti apa itu?" tanya Rayfa.
"Saya juga tidak tahu. Belum pernah kuketahui orang yang bisa memasukinya." Great Elzardian pun berdiri, "Namun inilah yang akan menjadi tugas kalian selanjutnya."
"Tunggu sebentar, Great Elzardian." Ren menyela, "Bukankah kita sedang menghadapi ancaman dari New Order. Melakukan hal ini akan memperlambat kinerja Great Association dalam menangkap mereka."
"Karena itulah dia memilih kalian berempat." Ucapannya terdengar ambigu di telinga.
"Maksud Anda ...?"
"Kalian berempat akan memiliki tugas masing – masing. Ren Rerera, kamu akan kembali ke Great Association dan menunggu perintah dari pimpinan di sana. Rori-chan, kamu akan bersamaku di sini untuk membahas sesuatu. Rayfa, kembalilah ke negerimu, ada masalah yang harus kamu selesaikan. Dan Rahl Hoff, kamu akan pergi ke Babylon Tower ketika fajar menyingsing."
"Anda menyuruhku ke tempat menyeramkan seperti itu? Wahai Great Elzardian yang agung, Aku tidak memiliki kecerdasan layaknya ilmuwan. Aku tidak memiliki kekuatan seperti Kapten Ren. Aku hanya seorang Cleaning Service. Kenapa malah aku yang harus pergi ke tempat tersebut, Wahai Great Elzardian?"
"Saya menyuruhmu ke sana bukan untuk meneliti atau apa pun. Tapi hanya untuk membawa barang – barang yang diperlukan olehnya."
"Oleh siapa?"
"Olehku?"
"Kam–" Bibirku terhenti saat mata ini melihat sosoknya.
Wanita yang selalu memakai jas laboratorium ke mana pun dia pergi. Dengan wajahnya yang memiliki semangat pejuang kemerdekaan. Ya. Dia ....
"Alisha!? B-bagaimana mungkin? Bukannya kamu sedang terbaring di rumah sakit?" Segudang pertanyaan hendak mengambil alih bibirku.
Dia malah tertawa terbahak – bahak.
Kapten Ren, Rayfa, dan Rori-chan tampak dengan jelas menahan tawa mereka.
"Maaf ya Rahl. Aku sudah me-ni-pu-mu," ucapnya dengan centil.
Saat itu urat maluku mengalami overheat. Teriakanku pun lepas kendali. Aku langsung berlari ke luar tempat ini. Sial! Sial! Sialan!
Mereka tega sekali! Mereka ternyata menipuku! Sialan! Rasa malu ini nyaris meledakkan tangki air mata yang kupunya. Malu banget! Ampas dah!
"Rahl ... tunggu ...," Alisha memanggilku dengan terengah – engah.
Aku pun menghentikan langkah tanpa berbalik.
"Kenapa kamu setega itu, Alisha?"
"Sebenarnya ini bukan rencanaku. Tapi ... aku juga penasaran dengan apa yang akan kamu lakukan."
Aku segera memegang erat bahunya.
"Jahat!"
Ia malah tersenyum dan merangkulku erat.
"Maaf, Rahl. Tapi ... syukurlah ... kamu baik-baik saja."
Perkataan itu diakhiri dengan tangisannya. Seolah ingin mengeluarkan segala perasaan yang ia pendam. Ketakutan, kekhawatiran, kesepian dan kesedihan mengalir di dalamnya. Mungkin aku juga tidak berbeda dengannya.
Kubalas pelukan itu dengan erat.
Dalam reuni yang menghanyutkan ini, kusempatkan berbisik di telinganya.
"Selamat datang kembali, Alisha."
KAMU SEDANG MEMBACA
Shitty World and Heroes [Vol. I]
Fantasy[Cover dibuat oleh : Lin Fantasi] Karena seorang pria normal tanpa bakat, sihir, dan keajaiban surgawi, Rahl sulit mendapatkan pekerjaan di dunia yang baru saja terbentuk akibat perpaduan Bumi dan Elysium. Rahl hanya mampu menafkahi hidup dengan ne...