Chapter 21 : Versus Bahamut! Bagian Akhir

26 1 34
                                    

Masa latihan telah mencapai batasnya.

Tidak hanya telah menguak sebagian besar dari rahasia void syndrome, tapi aku juga mendapatkan pakaian tempur yang cukup padat. Warnanya gelap dengan beragam pelindung di dalamnya. Menurut Alisha, pakaian ini dibuat dengan menggunakan bulu Rosales dan sisik Bahamut. Jangan tanya bagaimana dia mendapatkannya. Alisha terlalu hebat dalam hal itu.

Tubuhku menjadi tidak tenang saat menyadari pertarungan kali ini akan menjadi sangat serius. Ya. Aku sangat serius tentang rencana yang Alisha tetapkan untukku. Sangat serius pada kemenangan yang akan kami raih. Untuk mencapai kemenangan itu, aku harus memancing Bahamut untuk menggunakan kekuatan tertentu jika ingin pertarungan berakhir dalam tempo yang cepat.

Aku mendudukkan diri di tengah lapangan koloseum. Menarik napas dan kembali memfokuskan diri sebelum pertarungan dimulai. Tidak boleh ada kegagalan dalam rencana ini. Latihan yang sudah lebih dari dua minggu kulalui, pasti akan membuahkan hasil yang setara.

"Hei, Rahl," sapa Alisha dari belakang. "Bahamut akan tiba sebentar lagi di sini. Jangan sampai melupakan rencana kita."

Alisha menawarkan tos kepadaku.

"Tentu saja." Aku membalas tos Alisha. "Kita berdua akan tunjukkan kehebatan pria tampan dan wanita maniak ilmu pengetahuan."

Alisha menyentil dahiku, ia sedikit tersinggung dengan ucapanku barusan. Heran, terkadang dia menjadi sensitif pada hal yang seharusnya tidak akan mengganggunya. Mungkin itu dampak dari demam panggung yang dia rasakan. Bagaimana tidak? Kali ini dia amat serius untuk mengalahkan Bahamut.

Deru angin yang amat kencang menghamburkan pasir yang ada di dalam arena. Dari atas, muncul sebuah portal yang mengeluarkan naga hitam dengan sayap yang menghalangi pancaran cahaya miniatur matahari.

Saat portal itu tertutup, sang naga telah berdiri dengan mantap di hadapan kami berdua.

"Kalian berdua tampak sangat bersemangat, Rahl, Alisha," ujar Bahamut.

"Siapa yang paling bersemangat di sini, Bahamut?" Aku berdiri dan mengusir debu yang hinggap di celana. "Tentu saja mereka yang akan memenangkan pertarungan kali ini, bukan?"

Tawa Bahamut menggelegar di udara. Menggetarkan bangunan yang ada di sekitarnya. Matanya sontak menajam. Kebiruan mata itu memancarkan kepercayaan diri yang tak bisa diruntuhkan.

"Semoga saja latihan yang engkau lakukan memang dapat menghiburku lebih baik dari sebelumnya."

Aku tidak menanggapi provokasinya tersebut.

Aku fokus menyamankan diri sekali lagi dengan pakaian tempur ini.

Alisha juga tengah bersiap merapikan pakaian tempurnya. Cukup mirip denganku, pakaiannya juga seperti agen rahasia atau pembunuh profesional. Memang, pakaian ini akan membuat pergerakan jadi lebih ringan. Hanya saja, lekukan tubuhnya itu terpampang jelas. Aku tidak ingin ada lelaki liar yang akan melototinya.

Aku mendesahkan napas sekali dan menarik yang panjang. Mengusir segala pikiran yang tidak berhubungan dengan pertarungan satu versus dua ini.

Alisha maju ke depan dan mengeluarkan sebuah koin dari sakunya.

"Jika koin ini telah jatuh ke lantai ... pertarungan kita akan dimulai, Bahamut."

"Tentu. Aku tidak akan melakukan kecurangan," sahut Bahamut.

Alisha melemparkan koin ke atas, berputar – putar hingga ke titik tertinggi.

Ketika koin itu terjatuh ke tanah, Bahamut langsung mengayunkan kedua sayapnya—menimbulkan gemuruh angin yang nyaris membuatku terhempas. Tanpa jeda, Bahamut langsung menyemburkan api dari rahangnya, seketika membuat badai panas dengan lidah api yang berkecamuk.

Shitty World and Heroes [Vol. I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang