Chapter 10: Aliran Waktu dan Bahamut.

18 2 0
                                    

Makan. Minum. Baca. Tidur.

Aku tidak pernah bisa keluar dari siklus ini. Entah sudah berapa lama aku terus membaca buku demi buku. Halaman demi halaman. Aku tidak mengatakan kalau semua yang kubaca percuma. Banyak dari mereka adalah buku yang tidak bisa dibaca, dan sebahagiannya lagi aku bisa membacanya. Bukan karena aku terlalu bodoh, tapi bahasa yang digunakan seperti coretan anak bayi.

Setelah rak mitos itu telah habis digarap, aku tidak menemukan tentang mitos tujuh pahlawan legendaris maupun tentang Mahfuzi. Sia - sia usaha yang kulakukan. Namun aku menemukan buku yang menarik. Walaupun tidak bisa membacanya, tapi kupikir Alisha akan mampu melakukannya. Hanya firasat saja.

"Rahl!" Bahamut datang menghampiriku, "Alisha ada perlu denganmu ... apa-apaan kau ini!"

Melihat reaksi terkejutnya seolah melihat monster dari gua hantu. Itu membuatku kesal. Rasanya ingin kucubit bibirnya itu.

"Apa maksudmu, Tup-Bahamut?"

"Tunggu sebentar."

Bahamut membentuk semacam portal dengan sentuhan jarinya di udara. Saat tangan kecilnya ia masukkan ke dalam portal itu, sebuah benda berukuran yang sama denganku muncul dari balik tempat itu.

"Apa itu, Tup-Bahamut?"

"Lihat saja sendiri."

Aku bergerak ke arah benda itu sambil membawa buku yang ingin aku tunjukkan ke Alisha. Saat aku berdiri di depannya, tanganku langsung melemparkan buku yang sedang kugenggam ke arahnya. Menyebabkan benda itu rusak seketika. Secara insting aku ketakutan melihat'nya'.

"Siapa orang mesum itu, Tupai?!"

"Itu kau, Anak Kecil! Aku bukan tupai aku Naga! Bahamut sang Naga! Lagian kenapa kau takut melihat cerminanmu sendiri?"

"Kau bohong, Tupai! Itu pasti sihir atau semacamnya, kan?"

Bahamut mengerutkan jidatnya yang berbulu. Jujur, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas.

"Ya sudah kalau kau tidak percaya! Biar Alisha yang menilai, Anak Kecil!"

Bahamut itu langsung menarikku menuju portal itu dan secara ajaib aku sudah tiba di depan kamar Alisha. Aku hanya bisa keheranan melihat apa yang terjadi. Tangan kecilnya itu mampu menarik tubuhku. Dan portal ini lebih menakjubkan lagi.

Ia menutup portal itu dengan gerakan tangannya.

Aku membuka pintu itu dan berharap Alisha akan tersenyum melihatku.

Namun bukan itu yang kuterima. Sebuah buku dengan kecepatan lemparan bola bisbol mendarat di wajahku tanpa sempat memberi salam.

"Siapa Tarzan Mesum ini!" Alisha berteriak ketakutan.

Sambil mengelus - ngelus wajahku yang sakit, aku berkata kepadanya, "Ini aku Rahl, Alisha!"

"Rahl tidak bertampang mesum seperti itu! Bahamut, usir dia!"

"Tenang Alisha," Bahamut menghela nafas panjang, "Dia memang Rahl."

" ... Eh ...? Benarkah?" Alisha mulai menatap mataku dengan serius.

Lalu ia perlahan memasang raut wajah sedikit menyesal sambil tersenyum.

"Maaf ya, Rahl. Aku tidak menyangka kalau itu kamu."

"Sudahlah. Lagian aku juga tidak mengenal diriku sendiri tadi." Fakta yang kusesali seumur hidup. "Yang kamu pakai itu ... kursi roda, Alisha?"

Ia menggerak - gerakkan kursi rodanya sambil tersenyum lepas seolah kejadian barusan itu tidak pernah terjadi. Tapi memang seperti itulah Alisha.

Shitty World and Heroes [Vol. I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang