Setelah terbangun dari dimensi jiwa, aku menyadari beberapa hal yang perlu digarisbawahi.
Pertama, leherku benar – benar terputus. Bekas guratan yang masih terukir di kulit leher menjadi bukti yang tidak terelakkan.
Kedua, rambut mohawk-ku menghilang. Kini gaya rambutku menjadi normal seperti sebelumnya.
Ketiga, kemungkinan besar aku akan meninggalkan status penganggu—maksudku, Job Hunterku, menjadi seorang pahlawan sungguhan. Mungkin aku akan bisa membayar hutangku yang tak terlunaskan itu plus minum Choco Space setiap hari tanpa perlu menunggu traktiran Alisha lagi! Yuuhuu!
Terlepas dari itu, Aku harus serius menjalani latihan untuk menguasai kekuatan yang baru saja kudapatkan.
Menu latihan yang kudapatkan berasal dari Tup—maksudku, Bahamut, dia membuat menu latihan yang cukup mudah dan teratur. Bayangkan saja, salah satu menu latihannya adalah mencabut bulu hidung. Sungguh mulia sekali pemikiran tupai itu—Ya kagaklah! Dia benar – benar mengerjaiku!
Awalnya aku mengira menu itu diisi dengan keseriusan dan ketulusannya. Namun seiring kukerjakan semua itu perlahan, entah mengapa aku merasa terbodohi oleh makhluk yang bahkan tidak memakai baju tersebut.
Oleh sebabnya, aku memulai latihan sendiri.
Eits! Jangan salah! Aku cukup hebat dalam mengamati sesuatu.
Latihan yang kususun simpel sekali.
Hanya perlu berlarian ke sana kemari hingga ngos – ngosan. Squat jump sampai keringat dingin. Lalu lompat ke tiang – tiang seperti monyet lampung.
Aku memang terlalu jenius untuk hal sepele seperti ini. Tentu hasilnya akan sepadan. Asal serius dan tekun, aku pasti berhasil menguasainya.
Selain latihan ini, tentu aku tidak lupa untuk mencari mitos tujuh pahlawan dan Mahfuzi. Seandainya terlupa, Alisha akan dengan senang hati datang membawa senyuman yang membuat bulu kudukku berdiri.
Lupakan. Jangan sampai terjadi, Rahl. It's disaster!
Di sela – sela pencarianku yang mungkin tidak akan pernah berakhir tersebut, ada hal yang masih menjadi misteri di ruang yang penuh dengan buku ini. Yakni proses pengembalian posisi dari setiap benda yang telah bergeser atau digerakkan.
Maksudnya, setiap kali aku memindahkan buku A ke rak B, maka dalam beberapa menit kemudian buku A akan kembali ke rak A dengan sendirinya. Begitu pula pada benda – benda yang lain.
Aku membutuhkan tiga hari tiga malam untuk menyadarinya. Aku memang jenius!
Yang menjadi penemuan terhebatku adalah lantai dan raknya juga bisa digeser ke arah tertentu. Awalnya aku menganggap itu sebagai fitur tambahan agar tidak bosan membaca di tempat ini. Namun secara tidak sengaja, aku melihat tempat ini dari ketinggian setelah melompat menggunakan kemampuan penguatan tubuh. Hasilnya sungguh mengejutkan.
Rak – rak buku, lantai dan tiang – tiangnya membentuk sebuah pola. Aku tidak tahu apakah ini semacam pola untuk membuka folder link persatuan bangsa atau tidak. Tapi saat menyadarinya, aku punya sebuah firasat yang kuat. Maka segera kuberitahu Alisha. Dia yang paling jago kalau masalah kode – kodean.
Namun tahu tidak apa yang terjadi saat Alisha melihat pola yang kugambar di kertas?
Wajahnya sempat kusut dan berkata dengan datarnya,
"Kamu mau buat biscuit jenis baru, Rahl?"
—Begitu komentarnya.
Memang aku juga setuju gambarnya mirip seperti biscuit kelapa, tapi ya ... sudahlah. Aku memang bukan lulusan arsitektur. Andai saja ada kamera, pasti semuanya mudah untuk dijelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shitty World and Heroes [Vol. I]
Fantasy[Cover dibuat oleh : Lin Fantasi] Karena seorang pria normal tanpa bakat, sihir, dan keajaiban surgawi, Rahl sulit mendapatkan pekerjaan di dunia yang baru saja terbentuk akibat perpaduan Bumi dan Elysium. Rahl hanya mampu menafkahi hidup dengan ne...